Tag: Abdul Muhari

  • BNPB Ungkap Dampak Angin Kencang dan Banjir di Sidoarjo

    BNPB Ungkap Dampak Angin Kencang dan Banjir di Sidoarjo

    Jakarta (beritajatim.com) – Bencana hidrometeorologi basah masih mendominasi di sejumlah wilayah Tanah Air menurut laporan yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per hari ini, Kamis (3/4/2025). Beberapa wilayah Indonesia di antaranya Jawa Timur dilanda bencana mulai dari angin kencang dan banjir.

    Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan, kejadian angin kencang terjadi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Peristiwa tersebut terjadi di dua desa, yakni Desa Cemandi dan Desa Buncitan, Kecamatan Sedati di mana bencana tersebut telah berdampak kepada 44 KK, menyebabkan 44 rumah rusak, 5 kendaraan rusak dan 5 pohon tumbang.

    “Sedikitnya tiga orang mengalami luka berat setelah terdampak reruntuhan bangunan yang dihantam angin kencang. Ketiganya telah mendapat perawatan intensif oleh tenaga medis di Puskesmas Sedati,” kata Muhari.

    Dia menambahkan, kejadian banjir juga terjadi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Bencana itu telah melanda 7 desa di 2 kecamatan. Sebanyak 432 rumah yang ditinggali 432 KK terdampak.

    BPBD Kabupaten Sidoarjo dan BPBD Provinsi Jawa Timur beserta lintas instansi terkait telah mengupayakan dukungan tanggap darurat mulai pembersihan drainase dari sampah hingga dukungan logistik dan peralatan.

    Masih di Jawa Timur, banjir juga melanda wilayah Kabupaten Pasuruan. Sebanyak 1.333 KK di 7 desa dalam lingkup 3 kecamatan terdampak banjir. “Saat ini, kondisi banjir telah berangsur surut dan BPBD Kabupaten Pasuruan telah mendampingi pemerintah desa dan warga dalam upaya penanganan darurat,” ujar Muhari. [hen/but]

  • BNPB: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem, Termasuk di Wilayah Jawa Timur

    BNPB: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem, Termasuk di Wilayah Jawa Timur

    Jakarta (beritajatim.com) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan, cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.

    BNPB menyebut, berdasarkan prakiraan cuaca ekstrem yang dirilis oleh instansi terkait pada periode 30 Maret sampai 1 April 2025, berikut ini adalah wilayah yang berpotensi dilanda hujan sedang hingga lebat.

    Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari memaparkan, wilayah tersebut meliputi hampir seluruh Jawa, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banten.

    Begitu juga Kalimantan yang meliputi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Untuk Sumatera meliputi dari Provinsi Aceh, Jambi, Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Bengkulu hingga Lampung.

    Untuk wilayah Indonesia Tengah hingga Timur yakni Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

    Muhari mengatakan, hujan lebat yang menyebabkan banjir terjadi di sejumlah wilayah. Seperti hujan lebat yang memicu Sungai Gembong dan Petung meluap menyebabkan banjir di Kecamatan Panggungrejo dan Bugul Kidul serta banjir akibat hujan deras terjadi di empat kecamatan lainnya di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, Jumat (28/3) lalu. Sebanyak 1.658 unit rumah terdampak peristiwa ini.

    Selain itu, hujan deras di wilayah hulu Sungai Bengawan Madiun menyebabkan banjir di lima kecamatan di Kabupaten Madiun, Jumat (28/3). Sebanyak 644 unit rumah dan 93 hektar lahan sawah terdampak banjir dengan tinggi muka air berkisar 20 sampai 40 sentimeter.

    Muhari juga menambahkan, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi. Apalagi, saat berkendara ketika mudik lebaran.

    Dia meminta, masyarakat dapat memastikan kondisi kendaraan dalam keadaan layak dan aman untuk dikendarai, mempersiapkan dokumen perjalanan dengan lengkap, mencatat nomor darurat, memastikan kondisi keluarga sehat dan stamina terjaga dalam perjalanan, mematuhi rambu lalu lintas.

    “Ketika melintasi jalur perbukitan pada saat hujan lebat dapat segera berpindah ke lokasi yang lebih aman dan menghindari pohon rimbun maupun papan reklame,” ujar Muhari. (ted)

  • BNPB: Banjir Landa 15 Desa di Ngawi

    BNPB: Banjir Landa 15 Desa di Ngawi

    Jakarta (beritajatim.com) – Hujan deras akibat cuaca ekstrem yang berlangsung selama beberapa hari mengakibatkan banjir di sejumlah daerah, termasuk Kabupaten Ngawi di Jawa Timur.

    Hujan deras yang mengguyur wilayah hulu Bengawan Madiun sejak Jumat (28/3/2025) menyebabkan banjir di sejumlah desa.

    “Air mulai meluap pada pukul 04.50 WIB, menggenangi jalan-jalan di beberapa kecamatan, terutama di bantaran Bengawan Madiun. Sebanyak lima kecamatan dengan total 15 desa terdampak oleh bencana ini,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, Senin (31/3/2025) petang.

    Dia memaparkan, banjir melanda Kecamatan Kwadungan (Ds. Simo, Sumengko, Purwosari, Tirak, Dinden, Warukkalong, dan Kendung), Kecamatan Pangkur (Ds. Waruk Tengah, Pleset, Gandri, dan Ngompro), Kecamatan Ngawi (Ds. Mangunharjo), Kecamatan Padas (Ds. Bendo dan Banjaransari), serta Kecamatan Geneng (Ds. Kersikan).

    Sebanyak 764 Kepala Keluarga (KK) terdampak akibat bencana ini, dengan rincian tertinggi di Desa Sumengko sebanyak 330 KK.

    “Selain itu, banjir juga menyebabkan kerugian materiil berupa 764 unit rumah terdampak dan sekitar 93 hektar sawah terendam dengan tinggi muka air (TMA) berkisar antara 20 hingga 40 cm,” katanya.

    Dalam merespons kejadian ini, lanjut Muhari, BPBD Provinsi Jawa Timur dan BPBD Kabupaten Ngawi segera melakukan assessment dan koordinasi dengan perangkat desa setempat, serta memantau ketinggian air. Berbagai unsur terlibat dalam upaya penanganan bencana ini, termasuk TNI, POLRI, Satpol PP, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, BPBD, serta berbagai organisasi SAR dan relawan masyarakat.

    Perkembangan pada Minggu (30/3/2025), kondisi air mulai surut. Namun, beberapa wilayah seperti jalan raya di Desa Dinden dan Desa Kendung masih tergenang akibat permukaan tanah yang rendah serta drainase yang kurang lancar.

    “Saat ini, tinggi muka air di daerah tersebut tercatat antara 10 hingga 15 cm,” ujar Muhari. (hen/ted)

  • Pemudik Lebaran 2025 Diimbau Waspada Hujan Ekstrem pada 20-30 Maret

    Pemudik Lebaran 2025 Diimbau Waspada Hujan Ekstrem pada 20-30 Maret

    Pemudik Lebaran 2025 Diimbau Waspada Hujan Ekstrem pada 20-30 Maret
    Editor
    KOMPAS.com
    – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau para
    pemudik
    Lebaran Idul Fitri 2025 mewaspadai cuaca ekstrem pada 20-30 Maret.
    Pemudik
    diminta selalu memperhatikan informasi cuaca sebelum melakukan perjalanan.
    Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, dalam 10 hari terakhir atau pada medio tanggal 20-30 Maret ini sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami
    hujan
    lebat hingga ekstrem.
    Potensi hujan dengan intensitas lebat-ekstrem tersebut masih dipengaruhi oleh sejumlah dinamika atmosfer seperti gelombang regional mulai dari fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby, Gelombang Kelvin, dan masih terdeteksi keberadaan bibit siklon tropis di Samudera Hindia selatan Banten.
    “Kondisi tersebut belum banyak berubah sebagaimana yang terjadi pada pekan sebelumnya di bulan Maret yang lalu,” kata Abdul, dalam konferensi yang diikuti secara daring di Jakarta, seperti dilansir dari Antara, Senin (24/3/2025).
    Berdasarkan hasil prakiraan cuaca yang dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika diketahui Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sekitarnya diprediksi akan dilanda hujan dengan intensitas tinggi dimulai pada 23-30 Maret.
    Sementara itu, pada 25 Maret, cuaca serupa diperkirakan terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB).
    Kemudian di Jawa Barat dan Jawa Timur diprakirakan mengalami hujan lebat pada 26 Maret, diikuti oleh Sumatera Barat pada 27 Maret.
    Bahkan, pada 26 Maret, diprakirakan akan terjadi
    hujan ekstrem
    yang berpotensi menimbulkan angin kencang serta puting beliung yang dapat merusak bangunan.
    Diketahui, data Kementerian Perhubungan memprakirakan jumlah pemudik
    Lebaran 2025
    ada sebanyak 146,48 juta orang atau sekitar 52 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
    Puncak arus mudik diperkirakan jatuh pada H-3 Lebaran Idul Fitri atau tanggal 27-28 Maret 2025.
    Maka dari itu, dia mengingatkan para pemudik untuk terus memperbarui informasi cuaca sebelum dan selama perjalanan agar dapat menentukan rute yang lebih aman.
     
    Pemudik yang melintasi daerah rawan bencana, seperti jalur pegunungan atau kawasan dengan potensi longsor dan banjir, disarankan untuk meningkatkan kewaspadaan.
    BNPB memastikan pihaknya telah berkoordinasi dengan berbagai lembaga terkait guna mengantisipasi potensi dampak cuaca ekstrem terhadap arus mudik Lebaran.
    Masyarakat diharapkan tetap berhati-hati dan mengikuti arahan dari pihak berwenang demi perjalanan yang aman dan lancar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Banjir dan Longsor di 23 Titik, 3 Ribu Warga Manado Mengungsi

    Banjir dan Longsor di 23 Titik, 3 Ribu Warga Manado Mengungsi

    Liputan6.com, Manado – Hujan deras yang terjadi sejak, Jumat (21/3/2025), menyebabkan banjir dan longsor di 23 titik di Kota Manado, Sulut. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, sedikitnya 3.103 warga terpaksa mengungsi.

    Berdasarkan data dari BPBD Kota Manado hingga, Minggu (23/3/2025) pagi, tanah longsor terjadi di 7 titik yakni di Kecamatan Tikala, Paal 2, Tuminting, Singkil, Wanea, dan Malalayang.

    Sedangkan banjir merendam sedikitnya 16 titik yakni di Kecamatan Paal 2, Wanea, Tuminting, Bunaken, Tikala, Singkil, dan Tuminting.

    “Akibat banjir dan longsor ini, 1 warga tewas tertimpa longsor. Sedangkan ada 3.103 warga yang mengungsi,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengutip data dari BPBD Kota Manado.

    Sementara itu, untuk penanganan warga yang terdampak bencana termasuk para pengungsi, Pemkot Manado memastikan distribusi bantuan dirasakan warga.

    Wakil Wali Kota Manado Richard Sualang pada, Sabtu (22/3/2025), turun langsung melihat daerah yang terdampak banjir dan tanah longsor di Kelurahan Kombos Timur dan Kelurahan Ternate Tanjung.

    “Kami pemerintah hadir datang memastikan bahwa distribusi bantuan-bantuan akan sampai pada warga yang terdampak,” kata Richard.

    Politisi PDIP ini mengatakan, para camat, lurah dan seluruh perangkat diinstruksikan siaga dan harus tanggap dalam membantu masyarakat.

    Sebelumnya pihaknya juga meninjau sejumlah titik yang terdampak hujan deras berkepanjangan, banjir, dan tanah longsor.

    Lokasi yang dikunjungi meliputi Kelurahan Paal IV, Kelurahan Tingkulu, beberapa titik di Kecamatan Sario, Kelurahan Batu Kota, Jalan Piere Tendean, serta Kelurahan Dendengan Luar.

    “Di beberapa lokasi, air dari drainase dan sungai kecil meluap ke jalan akibat debit air yang tinggi, sehingga sistem drainase tidak mampu menampung aliran hujan. Ini segera diperbaiki,” tuturnya.

    Dia mengimbau warga tetap waspada dan utamakan keselamatan, pemerintah akan terus memberikan pelayanan dan bantuan bagi warga terdampak banjir dan longsor di Manado.

     

    Banjir Bandang Ajibarang Banyumas, Warga Panik Ikat Mobil yang Nyaris Hanyut Terbawa Arus

  • Banjir di Kabupaten Bandung Mulai Surut, Tapi BNPB Imbau Warga Siaga Potensi Bencana Lanjutan – Halaman all

    Banjir di Kabupaten Bandung Mulai Surut, Tapi BNPB Imbau Warga Siaga Potensi Bencana Lanjutan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Sabtu (15/3/2025), menyebabkan meluapnya sejumlah sungai besar dan banjir besar merendam sembilan desa di empat kecamatan.

    Sungai Citarum, Cikapundung, Cigede, Cipalasari, dan Citarik meluap, membawa dampak serius bagi warga di sekitar aliran sungai.

    Sebanyak 237 Kepala Keluarga (KK) atau 551 warga terpaksa mengungsi ke berbagai lokasi pengungsian akibat banjir yang menggenangi rumah-rumah mereka.

    Kapusdatin BNPB Abdul Muhari menyampaikan bahwa banjir mulai merendam desa-desa seperti Desa Bojongsoang, Lengkong, Bojongsari, hingga Desa Cangkuang Wetan, dan Margaasih.

    “BPBD Kabupaten Bandung mencatat 361 rumah warga terdampak, tiga titik akses jalan terendam, serta satu tanggul jebol. Ketinggian muka air (TMA) bervariasi antara 10 hingga 120 sentimeter,” ujar Abdul Muhari dalam keterangan persnya, Minggu (16/3/2025).

    Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, air yang menggenangi wilayah ini memiliki ketinggian bervariasi antara 10 hingga 120 sentimeter, mengganggu aktivitas sehari-hari warga dan memutuskan akses jalan utama.

    Meskipun demikian, pihak berwenang mencatat bahwa kondisi banjir mulai berangsur surut pada hari Minggu, memberi sedikit kelegaan bagi warga yang terdampak.

    Namun, meskipun air mulai surut, BNPB tetap mengimbau warga untuk tetap waspada potensi bencana banjir susulan. 

    “BNPB mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk tetap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi basah,” tegas Abdul Muhari. 

    Ia juga meminta pemerintah daerah untuk memastikan drainase di wilayah terdampak dibersihkan dari sisa lumpur dan material yang menghambat aliran air.

    Warga yang tinggal di daerah rawan banjir juga disarankan untuk menyiapkan tas siaga bencana dan siap melakukan evakuasi mandiri apabila hujan deras terus berlangsung lebih dari satu jam dan jarak pandang menjadi terbatas.

    “Petugas terus melakukan pemantauan dan pembaruan data terkait kondisi di wilayah terdampak. Pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait juga telah berupaya memberikan bantuan kepada warga yang terdampak banjir,” pungkasnya.

  • Daftar Nama 4 Korban Banjir dan Tanah Longsor di Sukabumi yang Masih Dalam Pencarian – Halaman all

    Daftar Nama 4 Korban Banjir dan Tanah Longsor di Sukabumi yang Masih Dalam Pencarian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – BNPB terus melakukan penanggulangan banjir dan tanah longsor yang  terjadi di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, pada Kamis (6/3/2025).

    Berdasarkan data yang dihimpun hingga Minggu (9/3/2025) bencana tersebut menyebabkan 5 warga meninggal dunia dan 4 warga dinyatakan hilang.

    Selain itu enam warga diantaranya di laporkan luka-luka.

    “Tercatat sebanyak 12 desa di 9 kecamatan terdampak banjir dan 30 desa di 22 kecamatan terdampak tanah longsor,” ujar Kapusdatin BNPB Abdul Muhari.

    Ia mengatakan peristiwa tersebut juga menyebabkan 1.424 KK atau 4.500 warga terdampak dan 83 KK atau 246 warga diantaranya dilaporkan mengungsi.

    Daftar nama korban yang dinyatakan meninggal dunia :
    1.      Eneng Sabiti (P/40th)
    2.      Siti Nurul Awlia (P/8th)
    3.      Nendi Saputra (P/7th)
    4.      Ooy (L/69th)
    5.      Yayar (L/70th)

    Daftar nama korban yang masih dalam pencarian:
    1.      Drajat (L/60th)
    2.      Siti Maryam (P/35th)
    3.      Ahyar Fauzi (L/9th)
    4.      Mondi (L/9th)

    Adapun kerugian materil tercatat, sebanyak 150 unit rumah Rusak Ringan (RR), 110 unit rumah Rusak Sedang (RS), 95 unit rumah Rusak Berat (RB), 3 unit jembatan RS, 3 unit jembatan RB, 1 sarana Kesehatan RS, dan 27 titik jalan terdampak serta 16 titik jembatan lainya juga ikut terdampak.

    Sebagai langkah percepatan penanganan bencana di Kabupaten Sukabumi, Dinas PUPR telah menurunkan alat berat.

    “Adapun kebutuhan mendesak seperti makanan siap saji, air mineral, selimut, matras, alat kebersihan dan hygiene kit masih dibutuhan para pengungsi terutama yang sedang mengungsi secara mandiri,” katanya.

    Ia mengatakan kondisi mutakhir banjir dinyatakan telah surut total. Kondisi terkini terkait bencana tanah longsor, berdasarkan hasil rapat koordinasi dengan lintas sektor, Pemerintah Kabupaten Sukabumi menetapkan tiga kecamatan yang masih dalam masa tanggap darurat antara lain, Kecamatan Plabuhan Ratu, Kecamatan Simpenan, dan Kecamatan Lengkong.

    “Sejalan dengan keputusan tersebut, Pemerintah Kabupaten Sukabumi melakukan aktivasi tiga posko darurat, yang pertama Pos Utama yang terletak di Pendopo Kabupaten Sukabumi, yang kedua Pos Lapangan yang terletak Pelabuhan Ratu, dan yang ketiga Pos Logistik yang terletak di Kantor BPBD Kabupaten Sukabumi,” pungkasnya.

  • BNPB Perpanjang Operasi Modifikasi Cuaca selama 2 Hari

    BNPB Perpanjang Operasi Modifikasi Cuaca selama 2 Hari

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperpanjang operasi modifikasi cuaca (OMC) di wilayah Jabodetabek hingga dua hari ke depan.

    OMC tahap pertama yang awalnya dijadwalkan pada 4-8 Maret 2025 kini diperpanjang hingga 10 Maret 2025. Hal ini diputuskan setelah mempertimbangkan prakiraan cuaca pada 9-10 Maret 2025, yang menunjukkan potensi peningkatan pertumbuhan awan hujan.

    “Ini juga dapat berdampak pada hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sebagian besar Pulau Jawa. Selama periode ini, angin kencang juga diperkirakan akan terjadi di beberapa daerah,” jelas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari pada Minggu (9/3/2025).

    Selama lima hari pelaksanaan (4-8 Maret 2025), operasi modifikasi cuaca yang dipusatkan di Lapangan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, telah menyelesaikan 26 sorti penerbangan dengan total waktu penerbangan 50 jam 17 menit.

    Sebanyak 22 ton natrium klorida (NaCl) dan 4 ton kalsium oksida (CaO) telah disemai di langit Jawa Barat dan sekitarnya.

    Kemudian pada 8 Maret 2025, kegiatan penerbangan dilakukan dalam enam sorti yang menyasar wilayah perairan utara Jawa Barat di sekitar Karawang dan Cirebon, serta wilayah DAS Citarum untuk mengurangi suplai awan hujan yang bergerak menuju Provinsi Jawa Barat.

    Hasil dari OMC pada tanggal tersebut, yang menghabiskan 6.000 kilogram NaCl, terpantau menghasilkan hujan dengan intensitas ringan di wilayah utara, timur, dan tengah Jawa Barat.

    Sementara itu, hujan dengan intensitas sedang (50 milimeter) terjadi di wilayah perairan dan berhasil didistribusikan sebelum memasuki daratan Jawa Barat Bagian Selatan, seperti Sukabumi.

    Operasi modifikasi cuaca atau OMC ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi curah hujan yang berpotensi turun di wilayah Jabodetabek, guna meminimalkan risiko banjir susulan serta mempercepat proses tanggap darurat di daerah tersebut. Sekaligus komitmen pemerintah pusat dalam mitigasi bencana hidrometeorologi akibat curah hujan tinggi yang dapat memicu banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah.

  • BNPB Perpanjang Operasi Modifikasi Cuaca Jabodetabek Selama 2 Hari – Page 3

    BNPB Perpanjang Operasi Modifikasi Cuaca Jabodetabek Selama 2 Hari – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperpanjang Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) wilayah Jabodetabek hingga dua hari kedepan. OMC tahap pertama yang sedianya dilaksanakan pada 4-8 Maret 2025 ini diperpanjang hingga 10 Maret 2025.

    Perpanjangan operasi modifikasi cuaca ini diputuskan setelah mempertimbangkan prakiraan cuaca pada tanggal 9-10 Maret 2025 yang menunjukkan indikasi potensi peningkatan pertumbuhan awan hujan yang dapat berdampak pada terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, di hampir sebagian besar Pulau Jawa. Pada periode ini, angin kencang diperkirakan akan terjadi di beberapa daerah. 

    Dikutip dari keterangan Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, selama lima hari pelakasanaan (4-8 Maret 2025), OMC dipusatkan dari Lapangan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta, ini telah menyelesaikan total 26 sorti dengan 50 jam 17 menit penerbangan.

    Adapun total bahan semai yang ditebarkan di langit Jawa Barat dan sekitarnya mencapai 22 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 4 ton Kalsium Oksida (Cao).

    “Pada tanggal 8 Maret 2025, kegiatan penerbangan dilakukan dalam enam sorti yang menyasar ke wilayah Perairan Utara Jawa Barat di sekitaran Karawang dan Cirebon serta di wilayah DAS Citarum guna mengurangai supply awan hujan yang bergerak menuju Provinsi Jawa Barat,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangannya, Minggu (9/3/2025).

     

  • Operasi Modifikasi Cuaca Diperpanjang, 22 Ton Garam Telah Ditabur di Langit Jawa Barat

    Operasi Modifikasi Cuaca Diperpanjang, 22 Ton Garam Telah Ditabur di Langit Jawa Barat

    loading…

    Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperpanjang Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) wilayah Jabodetabek hingga dua hari ke depan. Foto/Istimewa

    JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperpanjang Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) wilayah Jabodetabek hingga dua hari ke depan. OMC tahap pertama yang sedianya dilaksanakan pada 4-8 Maret 2025 ini diperpanjang hingga 10 Maret 2025.

    Perpanjangan OMC ini diputuskan setelah mempertimbangkan prakiraan cuaca pada 9-10 Maret 2025 yang menunjukkan indikasi potensi peningkatan pertumbuhan awan hujan yang dapat berdampak pada terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, di hampir sebagian besar Pulau Jawa.

    “Pada periode ini, angin kencang diperkirakan akan terjadi di beberapa daerah,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan resminya, Minggu (9/3/2205).

    Selama lima hari pelakasanaan (4-8 Maret 2025), OMC yang dipusatkan dari Lapangan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta, ini telah menyelesaikan total 26 sorti dengan 50 jam 17 menit penerbangan.

    “Adapun total bahan semai yang ditebarkan di langit Jawa Barat dan sekitarnya mencapai 22 ton Natrium Klorida (NaCl) [garam] dan 4 ton Kalsium Oksida (Cao),” katanya.

    Pada 8 Maret 2025, kegiatan penerbangan dilakukan dalam enam sorti yang menyasar ke wilayah Perairan Utara Jawa Barat di sekitaran Karawang dan Cirebon serta di wilayah DAS Citarum guna mengurangai supply awan hujan yang bergerak menuju Provinsi Jawa Barat.

    Hasil OMC kemarin yang menghabiskan 6.000 Kg NaCl ini terpantau hujan dengan intensitas ringan terjadi pada wilayah utara, timur, dan tengah Jawa Barat, sedangkan hujan dengan intensitas sedang mencapai 50 mm di wilayah perairan mampu didistribusikan sebelum masuk ke arah daratan Jawa Barat Bagian Selatan (Sukabumi).

    Operasi modifikasi cuaca merupakan salah satu upaya mengurangi curah hujan yang berpotensi turun di wilayah Jabodetabek sehingga meminimalkan risiko banjir susulan, serta mempercepat proses tanggap-transisi darurat di Jabodetabek.

    Upaya ini merupakan komitmen pemerintah pusat dalam untuk mitigasi bencana hidrometeorologi akibat curah hujan tinggi yang dapat memicu banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah.

    (rca)