Jakarta, Beritasatu.com – Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan, mengonsumsi susu yang tidak difermentasi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung pada wanita. Sebaliknya, beralih ke produk susu yang difermentasi, seperti yoghurt, dapat membantu menurunkan risiko tersebut.
Dikutip dari Medical Daily Selasa (12/11/2024), penelitian ini menyelidiki dampak konsumsi susu fermentasi dan non-fermentasi terhadap kemungkinan berkembangnya penyakit jantung iskemik (IHD) dan infark miokard akut (MI) pada lebih dari 60 ribu wanita dan lebih dari 40 ribu pria yang berasal dari dua studi yang dilakukan di Swedia.
Penyakit jantung iskemik terjadi ketika aliran darah ke jantung terbatas akibat penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah, sementara infark miokard (serangan jantung) terjadi ketika pasokan darah ke jantung terputus sepenuhnya, yang bisa berakibat fatal.
Pada awal penelitian, semua peserta tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau kanker, serta tidak merokok atau mengonsumsi alkohol. Peneliti mencatat jumlah porsi susu fermentasi dan non-fermentasi yang dikonsumsi oleh masing-masing peserta setiap hari.
Selama 33 tahun tindak lanjut, ditemukan 17.896 peserta mengembangkan penyakit jantung iskemik, termasuk 10.714 kasus serangan jantung.
Selain itu, analisis tersebut menunjukkan konsumsi lebih dari 1,25 cangkir (300 mililiter) susu per hari berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, termasuk IHD dan MI.
Secara memerinci, risiko IHD meningkat sebesar 5% pada konsumsi 400 mililiter, 12% pada 600 mililiter, dan 21% pada 800 mililiter susu per hari. Pola serupa juga ditemukan pada wanita terkait dengan peningkatan risiko MI. Menariknya, meskipun kandungan lemak susu bervariasi, peningkatan risiko penyakit jantung tetap ada.
Namun, pada pria, konsumsi susu tidak menunjukkan peningkatan risiko penyakit jantung.
Yang menarik, ketika wanita menggantikan 200 mililiter susu non-fermentasi dengan alternatif susu fermentasi, penurunan risiko IHD tercatat sebesar 5% sementara risiko MI berkurang sebesar 4%.
Peneliti mengaitkan peningkatan risiko penyakit jantung dengan efek susu non-fermentasi terhadap dua protein kardiometabolik utama: enzim pengubah angiotensin 2 (ACE2) dan faktor pertumbuhan fibroblas 21 (FGF21), yakni berperan penting dalam pengaturan tekanan darah dan aliran darah.
“Analisis kami terhadap mekanisme protein yang mendasari temuan ini menunjukkan bahwa konsumsi susu non-fermentasi berhubungan dengan perubahan tingkat ACE2 dan FGF21 yang beredar pada wanita, dua protein penting yang juga terkait dengan IHD dalam penelitian kami,” tulis para peneliti dalam jurnal BMC Medicine.
Meskipun demikian, para peneliti mengingatkan hasil penelitian ini mungkin tidak berlaku untuk populasi dunia, karena peserta hanya berasal dari wilayah Skandinavia.
Selain itu, karena ini adalah penelitian observasional, tidak dapat disimpulkan hubungan kausal yang langsung antara konsumsi susu non-fermentasi pada wanita dan peningkatan risiko penyakit jantung iskemik.