Jakarta, Beritasatu.com — Kinerja Penjualan eceran nasional pada April 2025 mengalami kontraksi sebesar 5,1 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 0,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Hal ini terlihat dari Laporan Survei Penjualan Eceran Mei 2025 yang dirilis Bank Indonesia (BI).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa penurunan kinerja penjualan eceran pada April 2025 tercermin dari turunnya Indeks Penjualan Riil (IPR) menjadi 235,5, lebih rendah dibandingkan Maret 2025 yang mencapai 248,3 dan April tahun sebelumnya yang sebesar 236,3.
Kontraksi ini dipengaruhi oleh faktor base effect, mengingat periode Idulfitri tahun lalu jatuh pada 9—10 April 2024, sementara pada 2025 terjadi lebih awal, yakni pada 30—31 Maret.
“Kontraksi ini terjadi karena adanya normalisasi permintaan masyarakat setelah periode hari besar keagamaan nasional (HBKN) Ramadan dan Idulfitri,” ujar Ramdan dikutip dari laporan Survei Penjualan Eceran, Jumat (13/6/2025).
Meski terkontraksi, realisasi ini lebih baik dari perkiraan BI sebelumnya yang memproyeksikan penurunan sebesar 6,9 persen (mtm), dengan IPR April 2025 yang diperkirakan hanya mencapai 231,1. Pada periode laporan, penjualan masih ditopang oleh pertumbuhan pada Kelompok Suku Cadang dan Aksesori, Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan Subkelompok Sandang.
Namun, sebagian besar kelompok mencatatkan penurunan pada bulan April 2025 secara mtm. Kelompok yang mengalami kontraksi terdalam secara bulanan adalah:
Subkelompok Sandang: -19,2 persen
Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya: -9,7 persen
Peralatan Informasi dan Komunikasi: -9,4 persen
Suku Cadang dan Aksesori: -5,6 persen
Makanan, Minuman, dan Tembakau: -4,5 persen
Sementara itu, secara tahunan atau yoy, beberapa kelompok masih menunjukkan pertumbuhan positif dan menopang kinerja penjualan, seperti:
Suku Cadang dan Aksesori: 8,7 persen
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor: 8,3 persen
Barang Budaya dan Rekreasi: 3,6 persen
Makanan, Minuman, dan Tembakau: 1,2 persen
