Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Timur mengingatkan warga untuk meningkatkan kewaspadaan penyakit bersumber dari nyamuk dan tikus yang rentan muncul akibat curah hujan tinggi dan genangan air (banjir).
“Penyakit menular yang sering muncul saat musim hujan dan banjir biasanya penyakit menular berbasis lingkungan, bisa bersumber dari nyamuk hingga tikus,” kata Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Timur Herwin Meifendy kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Penyakit menular yang sering muncul saat musim hujan dan banjir di antaranya Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan oleh nyamuk dan Leptospirosis ditularkan melalui tikus.
Selain itu, ada penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik seperti diare, penyakit kulit (gatal-gatal) dan penyakit lainnya.
Menurut Herwin, kelompok masyarakat yang paling rentan terkena penyakit tersebut seperti anak-anak, lanjut usia (lansia), dan petugas kebersihan yang sering bersentuhan langsung dengan air atau lumpur di wilayah banjir.
“Penyakit tersebut biasanya paling rentan terkena oleh anak-anak dan usia lanjut di daerah terdampak. Apalagi petugas kebersihan atau relawan yang membantu masyarakat di daerah banjir,” ujarnya.
Selain itu, musim hujan dan banjir akan mempengaruhi kondisi lingkungan yang mendukung terhadap munculnya kejadian penyakit.
Curah hujan tinggi menyebabkan munculnya habitat-habitat perkembangbiakan nyamuk terutama di luar rumah, seperti barang bekas yang akan terisi air hujan dan berdampak pada peningkatan faktor risiko penularan DBD.
Lalu, genangan air hujan akan tercemar oleh urine tikus yang mengandung bakteri leptospira dan mengakibatkan terjadinya penularan leptospirosis kepada masyarakat.
“Kondisi banjir atau luapan air dan sisa-sisa lumpur mengakibatkan tumbuhnya berbagai bakteri penyebab penyakit yang mengakibatkan penyakit kulit dan lain-lain,” ucap Herwin.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyarankan warga rutin membersihkan debu-debu di rumah sebagai upaya mencegah terpapar mikroplastik di dalam rumah, karena partikel tersebut bisa terkandung di dalam debu.
“Kalau di luar ruangan (mikroplastik) akan dibersihkan oleh hujan, kalau di dalam ruangan, bersihkan ruangannya,” ujar Ketua Sub Kelompok Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Rahmat Aji Pramono di Balai Kota Jakarta, Jumat (24/10).
Selain itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta juga mengajak warga mendukung upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengurangi sampah plastik dan tidak membakar sampah.
Karena selain mencemari udara, sampah plastik dan pembakaran sampah khususnya di ruang terbuka dapat menghasilkan mikroplastik.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
