Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Anggit Pujie Widodo
TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG – Banyak cara yang bisa dilakukan seorang guru untuk membuat pembelajaran jadi tidak membosankan.
Salah satunya yang dilakukan oleh Sinta Dwi Maghfiroh, guru muda yang mengajar di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sains Salahuddin Wahid, Kesamben, Jombang.
Supaya peserta didiknya tidak mengantuk, Sinta membuat sistem pembelajaran anti ‘ngantuk’ kepala para peserta didiknya dengan memperbanyak pembelajaran praktek ketimbang teori.
Sinta yang mengajar di kelas Bahasa Indonesia ini mempraktekkan sistem pembelajaran berbeda.
Dari pada memperbanyak teori, ia lebih memfokuskan cara mengajarnya dengan praktek.
Pendekatan mengajar kepada peserta didik ini dilakukan oleh Sinta bertujuan untuk membuat para peserta didiknya tidak mengantuk.
Terlebih, peserta didik yang ia ajar masih duduk di bangku MTs yang rata-rata umur muridnya 12-14 tahun.
Alumni Universitas PGRI Jombang (UPJB) itu memahami betul, jika teks prosedur belajar sering kali membosankan jika diberikan kepada peserta didik. Hal itu lantaran siswa diharuskan untuk mencatat langkah-langkah panjang dan sulit dimengerti.
Mengatasi problem tersebut, Sinta memutuskan untuk memadukan antara teori dengan praktek belajar. Dengan mengajak para peserta didik untuk membuat jamu, minuman tradisional yang terkenal seantero jagad Nusantara.
“Saya sadar jika cara belajar dengan teks dan mencatat membuat siswa itu kebingungan dan cepat merasa bosan akhirnya mengantuk,” ucapnya saat dikonfirmasi pada Selasa (19/11/2024).
Sebab itu, Sinta ingin menciptakan suasana belajar yang lebih hidup dengan mengajak siswa untuk memperbanyak praktek sehingga siswa tidak hanya mencatat.
Sinta mengungkapkan, para siswa ini diarahkan untuk berkumpul dalam satu kelompok-kelompok kecil. Masing-masing diberi bahan-bahan alami seperti kunyit, jahe, dan rempah-rempah lainnya.
Sinta tidak hanya diam, ia mengarahkan para siswa untuk mulai berkreasi membuat jamu mengikuti prosedur yang sudah dipelajari para siswa sebelumnya.
Setiap kelompok diberikan tugas untuk membuat jamu sesuai dengan prosedur yang sudah Sinta berikan mulai dari mencuci bahan, penumbuk rempah-rempah sampai meracik jambu yang siap disajikan.
“Membuat jamu ini saya jadikan contoh konkrit dari teks prosedur yang ada. Sehingga para siswa langsung mengaplikasikan langkah membuat jamu yang sudah ada di dalam teks itu. Jadi para siswa ini membuat sendiri sambil belajar berdiskusi dengan teman kelompoknya,” ungkapnya.
Setelah kelompok-kelompok kecil siswa ini selesai membuat kreasi jamu mereka, setiap kelompok diwajibkan untuk mempresentasikan hasil kreasi mereka di depan kelompok lainnya.
“Para siswa Saya minta untuk mempresentasikan hasil karyanya dengan menyampaikan bagaimana proses pembuatannya kepada teman-teman mereka dan juga apa manfaat dari jamu yang Sudah mereka buat,” jelasnya.
Pembelajaran dengan metode gabungan teori dan praktek Ini cinta sebut sukses karena berhasil menghilangkan rasa kantuk yang dialami oleh para peserta didik.
Suasana kelas menjadi lebih riang, seru dan banyak interaksi antara peserta didik. Jika dibandingkan dengan hanya para siswa mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan guru, banyak para peserta didik yang ngantuk dan menadahkan kepala mereka di meja.
“Sebagai guru muda, saya ingin membawa suasana yang lebih segar dan menghilangkan anggapan bahwa belajar itu selalu membosankan,” bebernya.
Pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dan memadukan teori dengan praktek disebutnya sebagai cara terbaik untuk menjaga semangat belajar para siswa.
“Ini bisa terus diterapkan untuk menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan,” pungkas Sinta.