Solidaritas Ibu-ibu Dapur Umum Banjir Agam: Selagi Sehat, Kami Bantu Semua
Tim Redaksi
AGAM, KOMPAS.com
– Di bawah terpal yang terbentang, ibu-ibu sedang duduk berkumpul agak sesak. Mereka membawa “senjata”-nya sembari bersenda gurau melepas lelah. Di tangan mereka, ada pisau, sodet, dan saringan penggorengan yang digenggam.
Masing-masing mengambil tempatnya sendiri, duduk di sebuah bangku plastik kecil. Ada yang memotong wortel, membersihkan ikan, dan mengupas jengkol.
Minyak goreng di wajan terlihat berkilau kekuningan. Di permukaannya, gelembung-gelembung kecil muncul pertanda siap untuk menggoreng ikan. Seorang ibu lainnya, lalu menyemplungkan ikan ke dalam wajan.
Mereka berkumpul sebagai petugas
dapur umum
di SD 05 Kayu Pasak,
Nagari Salareh Aia Induk
, Palembayan, Agam, Sumatera Barat. Para ibu datang dengan satu semangat: solidaritas untuk korban bencana banjir bandang yang melanda kampungnya.
Witra (42) adalah salah satu dari 10 orang petugas dapur umum. Witra tinggal di Jorong Kayu Pasak, lokasi air bah yang menyapu kampungnya. Ia berhasil selamat lantaran tinggal cukup jauh dari lokasi bencana.
“Saya warga Kayu Pasak datang untuk membantu para korban, bantu masak makanan,” kata Witra saat ditemui
Kompas.com
, Sabtu (6/12/2025) siang.
Witra dan teman-temannya sekampung datang untuk membantu memasak di dapur umum sehari setelah banjir bandang menyapu Jorong Kayu Pasak. Usia mereka beragam. Rata-rata di atas 35 tahun, dan bahkan ada yang sampai 60 tahun.
Solidaritas memang di atas segalanya bagi Witra dan rekan-rekannya. Sebagian dari mereka bahkan mengalami kerugian ekonomi seperti hilangnya sawah dan kebun karena tertutup lumpur.
Kondisi itu tak meruntuhkan niat baiknya. Mereka berjalan kaki dari rumahnya sekitar 10 menit setiap hari menuju dapur umum posko. Begitu tiba, mereka sudah tahu tugasnya masing-masing.
“Kami membantu ya karena kasihan korban belum makan. Yang bantu juga enggak cukup, jadi ada dapur umum, kami bantu, lagian kami juga
enggak
kenapa-kenapa. Selagi sehat, kita bantu semua, bareng-bareng bantu,” tambah Witra.
Mereka bekerja di dapur umum untuk menyiapkan makan siang. Namun, tak jarang mereka harus lembur untuk menyiapkan makan malam.
“Kalau pagi sudah ada dari posko. Malam juga,” ujar Witra.
Satu hari sejak bencana maut terjadi, Witra bersama warga sekampungnya sudah memasak berbagai hidangan. Ada ayam goreng, olahan telur, ikan goreng, pisang goreng, dan berbagai bahan makanan yang datang dari relawan.
Lebih dari sepekan bencana melanda kampungnya, mereka berharap bantuan makanan bisa bervariasi. Bahan yang dibutuhkan di dapur umum seperti beras, cabai, sayur, minyak, air bersih, ikan, dan telur.
“Jadi kan enggak selalu mi instan ya. Kasihan kan anak-anak. Kan mungkin dikasih makan mi terus,” ujar Witra.
Selain itu, peralatan makan juga dibutuhkan. Pasalnya, setiap hari makanan disediakan dengan cara dibungkus, bukan di piring.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Solidaritas Ibu-ibu Dapur Umum Banjir Agam: Selagi Sehat, Kami Bantu Semua Regional 6 Desember 2025
/data/photo/2025/12/06/693424b1549d3.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)