SMAN 21 Bekasi Porak-poranda, Siswa dan Guru Bangkit Usai Diterjang Banjir Megapolitan 11 Maret 2025

SMAN 21 Bekasi Porak-poranda, Siswa dan Guru Bangkit Usai Diterjang Banjir
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        11 Maret 2025

SMAN 21 Bekasi Porak-poranda, Siswa dan Guru Bangkit Usai Diterjang Banjir
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Di tengah tantangan pasca-banjir yang melanda,
SMAN 21 Bekasi
di Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Jatirasa, Kota Bekasi, Jawa Barat, tengah berupaya bangkit dari keterpurukan.
Banjir yang terjadi pekan lalu mengakibatkan kerusakan parah pada sejumlah fasilitas sekolah, termasuk ruang kelas, mushala, toilet, meja, kursi, lemari, papan tulis, hingga komputer akibat terendam air.
Namun, semangat gotong royong guru, staf, dan pelajar tidak padam. Mereka bersama-sama membersihkan lingkungan sekolah agar segera kembali berfungsi seperti sedia kala.
Banjir yang melanda juga berdampak pada pelaksanaan ujian Penilaian Sumatif Akhir Jenjang (PSAJ).
Sebanyak 278 pelajar kelas 12 yang awalnya dijadwalkan mengikuti ujian pada 10-24 Maret 2025, harus menunda jadwal tersebut menjadi 9 April 2025.
“Untuk kelas 12 ada 278 pelajar, yang terdampak 130 pelajar. Kami sudah minta
reschedule
9 April,” kata Wakil Kepala Sekolah SMAN 21 Bekasi Lala Kardasih di lokasi, Senin (10/3/2025).
Saat ini, fokus mereka adalah membersihkan puing-puing sisa banjir. Tantangan besar masih dihadapi, yaitu menghilangkan lumpur sisa banjir yang menempel di berbagai area.
Pihak sekolah membutuhkan alat berat untuk menyemprot maupun mengangkut lumpur ke luar lingkungan.
“Kami masih menunggu konfirmasi semacam mobil sampah untuk mengangkut sampah ini dan mungkin lumpur kita masukin ke dalam karung,” ungkap Lala.
Jika puing dan lumpur sudah berhasil dibersihkan, pihak sekolah berencana menggelar ujian di sekolah.
“Kalau kondisinya sudah aman dan lebih enak nyaman ya mungkin di sini,” jelasnya.
Meski fasilitas sekolah mengalami kerusakan dan ujian ditunda, SMAN 21 Bekasi tetap melanjutkan kegiatan belajar mengajar secara daring.
“Jadi ganti-gantian,” ujar Lala.
Ia menjelaskan, siswa akan mengikuti pelajaran dalam dua
shift
agar semua tetap bisa belajar meskipun dalam situasi yang sulit.
Saat ini, SMAN 21 Bekasi berstatus menyewa lahan dan bangunan sekolah.
“Kondisi kami masih sewa,” kata Lala.
Namun, ada harapan baru di tahun ini. Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana menghibahkan tanah dan membangun gedung untuk sekolah tersebut.
“Insya Allah
tahun ini dari Provinsi Jawa Barat akan memberikan kami tanah dan beserta membangun gedungnya di kawasan bebas banjir. Insya Allah nanti kita akan pindah,” imbuhnya.
Keputusan untuk mengundur pelaksanaan ujian dan kerusakan fasilitas sekolah membawa kesedihan bagi para siswa SMAN 21, salah satunya Ariyadi Mulya Ardi (18).
“Sedih karena banyak alat sekolah, alat guru, fasilitas seperti komputer rusak terendam, terus juga alat-alat kita belajar seperti meja terendam,” ungkapnya.
Meskipun mendapat waktu lebih untuk belajar, Ariyadi mengaku sangat merasa sedih ujian sekolah diundur. 
Sebab, dirinya jauh-jauh hari telah menyiapkan diri menghadapi ujian tersebut.
“Intinya lebih banyak sedihnya sih daripada senangnya walaupun jadi punya banyak waktu untuk belajar lagi,” jelas dia.
Senada dengan itu, David Ramadhani (18) juga merasakan hal serupa.
“Senangnya sih enggak ada. Kalau jujur-jujuran, enggak ada senangnya. Siapa sih orang yang senang sekolahnya banjir,” ujarnya.
Dalam suasana yang penuh kesedihan, mereka tetap berusaha menutup kesedihan dengan berkontribusi membersihkan puing-puing bekas banjir yang berserakan di sekolah mereka.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.