Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Siti Faizah Sudah Tak Bertugas Jadi Kepala SMAN 6 Depok Usai Dicopot Dedi Mulyadi – Halaman all

Siti Faizah Sudah Tak Bertugas Jadi Kepala SMAN 6 Depok Usai Dicopot Dedi Mulyadi – Halaman all

TRIBUNNEWS.COM, JABAR – Siti Faizah dicopot oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi buntut kasus study tour SMAN 6 Depok.

Pantauan Tribunnews.com di SMAN 6 Depok pada Senin (24/2/2025), sekolah tersebut masih beraktivitas seperti biasa.

Namun, Siti Faizah sudah tak ke sekolah lagi setelah sebelumnya disebut masih berkantor pada Jumat (21/2/2025) lalu.

“Kan udah jelas diberita semua media, beliau sudah dicopot. Ya sudah tidak menjabat lagi (sebagai Kepsek SMAN 6 Depok,” kata Humas SMAN 6 Depok, Syahri Ramadhan kepada Tribunnnews.com, Senin.

Meski begitu, Syahri belum menjelaskan lebih lanjut terkait apakah dalam hal ini sudah ada pengganti Siti Faizah.

Dia hanya menekankan jika saat ini pihaknya masih mengklarifikasi di Dinas Pendidikan terkait kasus ini.

“Ya memang masih bertugas sebagai ASN bukan sebagai Kepsek,” ungkapnya.

Siti Faizah sudah tidak lagi datang ke sekolah juga dikuatkan oleh petugas keamanan hingga guru piket sekolah tersebut.

Mereka kompak menyebut Siti Faizah tidak berada di sekolah pada hari ini.

“(Bu Kepsek) sudah tidak ke sini. Dari pagi enggak ada datang. Kalau masih bertugas atau tidak itu kewenangan Humas yang bisa bicara,” ucap seorang guru piket.

Alasan Tetap Nekat Adakan Study Tour

SMAN 6 Kota Depok mengungkap alasan mengapa study tour tetap dilakukan meski sudah mendapat imbauan dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. 

Humas SMAN 6 Kota Depok, Syahri Ramadhan menyebut hal itu karena akan berdampak protes dari orang tua siswa yang sudah membayar. 

Di samping itu, Syahri mengatakan imbauan dari Dedi Mulyadi baru dilontarkan sehari sebelum ratusan siswa itu berangkat. Sehingga, hasil rembukan dengan guru, komite sekolah hingga orang tua siswa diputuskan untuk tetap berangkat. 

“Apa langkah selanjutnya dengan adanya video himbauan dari Pak Gubernur ini? Pada saat itu memang kami mempertimbangkan apabila ini lanjut, apa yang menjadi dampak. Apabila ini kita stop H-1, apa impact-nya,” kata Syahri kepada wartawan, Senin (24/2/2025). 

“Pada saat itu pertimbangannya adalah H-1, dimana kita sudah membayarkan pembiayaan-pembiayaan dan sebagainya ke pihak travel,” sambungnya. 

Syahri mengatakan jika pihak sekolah membatalkan perjalanannya, maka sesuai perjanjian, pihak travel hanya akan mengembalikan uang sebesar 25 persen yang akan menimbulkan polemik. 

“Artinya kalau kita mau mengembalikan pembiayaan ini ke orangtua siswa, orangtua siswa akan hanya menerima 25 persen, itu kan berpotensi menjadi polemik. Pasti orang tua murid yang sudah bayar, ‘kok kita nggak jadi tapi dikembalikan uangnya segini’, Itulah pertimbangannya,” tuturnya. 

Dia pun menjelaskan perjalanan ratusan siswa ke tiga daerah ini bukan untuk liburan, melainkan untuk belajar dengan kampus-kampus yang bekerja sama dengan sekolah hingga tinggal di rumah penduduk di desa-desa. 

“Aktivitas mereka adalah mengikuti aktivitas penduduk di sekitarny. apa sih kegiatanny? melakukan observasi lingkungan baik lingkungan alam maupun budaya setempat. kemudian, hasil akhirnya nanti mereka akan menyusun sebuah laporan bentuk karya tulis ilmiah seeperti itu,” jelasnya.

Merangkum Semua Peristiwa