TRIBUNNEWS.COM, MALANG- Imelia, siswi kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Khalifah Malang, Jawa Timur, menjadi viral karena tidak menyantap habis makan bergizi gratis, Rabu (4/12/2024).
Makan bergizi gratis tersebut dilaksanakan Polres Malang. Imelia menjelaskan bahwa dia ingin berbagi dengan adiknya di rumah.
Dia sebagai anak dari seorang buruh tani, menyatakan bahwa dia dan adiknya jarang menikmati makanan enak.
Saat menceritakan hal itu kepada anggota polisi, Imelia tidak dapat menahan tangisnya.
Hal itu seperti diungkap Kapolres Malang, AKBP Putu Kholis Aryana, seusai memberikan makanan bergizi kepada para siswa.
“Dia hanya makan separuh makanan yang diberikan. Dia mengatakan separuhnya akan diberikan kepada adiknya, termasuk susunya juga.”
“Kami sangat tersentuh dengan kondisi seperti ini,” jelas dia, melansir Kompas.com.
AKBP Putu Kholis Aryana menjelaskan bahwa agenda pemberian makanan bergizi kepada siswa ini merupakan bagian dari simulasi mendukung program pemerintah terkait peningkatan gizi anak-anak sekolah.
“MTs Al Khalifah kami pilih karena banyaknya siswa di sini yang berasal dari kalangan duafa dan anak yatim,” ujarnya.
Sebanyak 167 siswa dan guru di MTs Al Khalifah menerima makanan bergizi yang terdiri dari nasi, ayam goreng, sayur mayur, buah segar, dan susu.
Kejadian serupa di Karawang
Kejadian serupa juga dilakukan siswi kelas 1 SDN Anggadita 1, Karawang, Jawa Barat.
Siswi SD bernama Aliya tersebut memilih membawa pulang makan siang gratis tersebut untuk ibunya.
Bahkan Aliya sampai tak mau membuka nasi kotak yang didapatnya tersebut.
Hal itu terjadi saat simulasi pelaksanaan makan siang bergizi di SDN Anggadita 1, Selasa (3/12/2024).
Bupati Karawang, Aep Syaepuloh, melihat kejadian tersebut.
Aep mendapati Aliya tidak membuka makanannya.
“Kenapa tidak dimakan?” tanya Aep kepada sang siswi SD.
Aliya diam sambil menggelengkan kepala.
Saat dibujuk untuk memakan, Aliya berkata ingin membawa makanan tersebut untuk ibunya di rumah.
Setelah mendengar jawaban Aliya, Aep lalu kembali membujuknya agar tetap makan sambil memberikan boks makanan untuk siswi SD tersebut.
“Tadi ada satu murid saya bilang suruh makan, tapi dia tidak mau makan,” kata Aep kepada awak media, Selasa (3/12/2024).
“Katanya buat orang tuanya, buat ibunya, kasihan ibu tidak makan gitu,” imbuh dia, melansir Kompas.com.
Selain itu, kata Aep, ada siswa yang fobia dengan nasi.
Melalui uji coba ini, ia juga menemukan sejumlah persoalan yang perlu diperhatikan saat program makan bergizi dilaksanakan.
Diketahui, uji coba di SDN Anggadita 1 melibatkan sekitar 290 siswa.
Sebelumnya uji coba juga telah dilakukan di sejumlah SD menggunakan uang pribadi Aep.
“Sekarang masih pakai uang pribadi, karena kita belum ada anggaran. Jadi, uji coba dulu, saya mencoba dulu,” ujar Aep.
Ditanya soal kebijakan pemerintah pusat yang menetapkan satu porsi makan seharga Rp10.000, Aep mengaku tak mempermasalahkan.
Dia berencana menggandeng pelaku usaha restoran, perusahaan, hingga UMKM warga asli Karawang untuk mensukseskan program makan siang gratis ini.
“Kita akan kumpulkan bersama, anggaran Rp10.000 mungkin dibilang cukup agak sedikit kurang.”
“Tapi apapun yang menjadi kebijakan Pak Presiden, tentunya kita harus jalankan,” tutur Aep.
“Saya masih punya rekan-rekan yang bisa diajak bareng-bareng.”
“Misal Rp10.000 tidak ada buah dan air mineral, nanti saya akan ajak teman-teman untuk yuk kasih buahnya, kasih air mineralnya.”
“Kan tidak boleh jadi berkurang, harus tetap sesuai standar gizi,” ucap Aep.
Penulis: Alga