Siswa SMK di Bali Bikin Robot Pengibar Bendera, Peran Paskibara Tergantikan?

Siswa SMK di Bali Bikin Robot Pengibar Bendera, Peran Paskibara Tergantikan?

Liputan6.com, Jakarta Semangat kemerdekaan di SMK TI Bali Global Badung, Provinsi Bali, terasa berbeda pada upacara HUT ke-80 RI, Minggu (17/8). Saat lagu kebangsaan berkumandang, bendera Merah Putih perlahan naik tanpa ada petugas yang menarik tali, melainkan digerakkan oleh sebuah robot hasil karya siswa.

Robot pengibar bendera otomatis ini dirancang oleh tim robotik sekolah dan digadang sebagai yang pertama di Indonesia. Kehadirannya bukan hanya solusi praktis, tetapi juga bukti kreativitas pelajar SMK dalam menjawab tantangan zaman.

“Idenya muncul dari ketua yayasan kami. Beliau ingin mencari solusi atas kendala yang sering terjadi saat upacara, misalnya tali putus atau bendera tidak naik tepat waktu sesuai lagu. Dari sana kami menantang siswa untuk membuat robot bendera otomatis,” kata Kepala SMK TI Bali Global Badung, I Made Indra Aribawa.

Meski menggunakan teknologi, pihak sekolah menegaskan bahwa kehadiran robot bukan untuk menggantikan peran Paskibraka. Bendera tetap dibawa dan dipasang oleh petugas, sementara proses pengerekannya dilakukan dengan menekan tombol remote nirkabel.

Indra menambahkan, pengembangan robot saat ini masih terbatas pada pengibaran bendera mengikuti lagu Indonesia Raya. Namun tim berencana menambah fitur agar bisa digunakan pada upacara dengan musik pengiring yang berbeda. Bahkan, sekolah sedang mengurus hak paten untuk mencatat inovasi ini sebagai karya resmi.

“Kami bangga bisa menjadi sekolah pertama yang menciptakan robot pengibar bendera otomatis. Harapannya, inovasi ini bisa memberi manfaat luas, sekaligus menunjukkan bahwa siswa SMK juga mampu melahirkan karya yang membanggakan,” ujar Indra.

Kepala Program Keahlian Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi sekaligus pembimbing, I Gede Bagus Ardiyana Irawan, menyebut proses perakitan memakan waktu dua bulan. Sebanyak 15 siswa terlibat, dengan berbagai kendala di fase uji coba.

“Awalnya banyak eror, terutama di prototipe indoor. Kadang bendera tersangkut, kadang mesin tidak sinkron dengan musik. Tapi itu jadi pembelajaran. Setelah dicoba berulang-ulang, akhirnya kami berhasil menyempurnakan,” kata dia.