Jakarta, CNBC Indonesia – PT Freeport Indonesia (PTFI) berkomitmen terus menjaga pelestarian lingkungan dalam area Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) di wilayah Timika, Papua. Salah satunya dengan ‘menyulap’ tailing atau sisa proses pengolahan bijih yang mengandung material batuan dan pasir menjadi ekosistem baru.
Freeport mengubah limbah tambang ini menjadi lahan yang produktif dan bernilai tinggi. Misalnya, pada tahun 2023 tercatat sudah ada 146 spesies tanaman yang telah ditanam di area seluas 1.160 hektare (Ha).
“Untuk lahan seluas 100 hektar di area MP21 dikelola sebagai lahan perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, serta pendidikan lingkungan dan upaya konservasi,” terang Manager Environmental Central System and Project Freeport Indonesia, Roberth Sarwom saat ditemui di area pengelolaan tailing di Timika, Papua, dikutip Jumat (13/12/2024).
Robert menambahkan, lebih dari 1.000 spesies tanaman tumbuh secara alami di area pengendapan tailing, dan lebih dari 1.000 spesies tanaman tumbuh secara alami dalam kurun waktu 20 tahun.
“Sejak tahun 2005, program penanaman kembali hutan telah dilakukan dengan tekun, mencakup area seluas 900 ha,” tegas Robert.
Menurut Roberth, salah satu tantangan utama dalam mengelola tailing adalah sulitnya menanam apapun di atasnya, karena kondisi lahan yang keras dan tidak subur. Namun, Freeport Indonesia menemukan solusi dengan memberikan bahan organik seperti pupuk kompos untuk meningkatkan kesuburan tanah tersebut.
Pemberian kompos ini terbukti efektif, dan dalam waktu sekitar 20 tahun, tanpa campur tangan manusia, pohon-pohon mulai tumbuh kembali di atas lahan tailing, menciptakan ekosistem baru yang mendukung kehidupan.
Kesuksesan dalam mengelola lahan tailing tidak hanya diukur dari tumbuhnya pohon-pohon, tetapi juga dari kehadiran berbagai spesies yang menunjukkan bahwa ekosistem tersebut kembali sehat
Lahan tailing yang dulunya dianggap tak berguna kini telah berubah menjadi kawasan dengan keberagaman hayati yang kembali tumbuh subur. Selain pohon-pohon yang mulai tumbuh, berbagai tanaman juga ditemukan berkembang di atas lahan tersebut, menciptakan habitat baru bagi fauna.
Freeport berkomitmen untuk terus mengembangkan berbagai program pelestarian lingkungan agar kawasan ini bisa semakin berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Bukan Ancaman
Selama ini, tailing sering dianggap berbahaya bagi lingkungan. Namun, PT Freeport Indonesia membuktikan bahwa tailing tidak selalu menjadi ancaman.
Bahkan, Roberth menyebut, 98% pembangunan infrastruktur dan konstruksi yang ada di Kota Timika, termasuk jalan, jembatan, dan bangunan lainnya, sebagian besar terbuat dari tailing yang telah diproses.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengelolaan yang tepat, tailing bisa menjadi bahan yang bermanfaat untuk pembangunan infrastruktur yang mendukung kemajuan daerah.
Lebih lanjut, tailing juga sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produksi semen. Dengan teknologi yang terus berkembang, Freeport dapat mengolah tailing menjadi bahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Ini merupakan langkah besar dalam mengurangi limbah tambang yang seringkali dianggap sebagai beban, dan menjadikannya sebagai produk yang memiliki manfaat jangka panjang.
Melalui riset dan pengembangan yang intensif, Freeport berhasil menciptakan solusi yang tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
“Freeport Indonesia secara aktif melibatkan masyarakat dalam berbagai program pelestarian alam, baik dalam hal rehabilitasi lahan maupun dalam kegiatan peternakan dan pertanian yang dilakukan di atas lahan tailing,” tegas dia.
(pgr/pgr)