Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Siasat Putin Desak Trump untuk Akui Wilayah Ukraina yang Dicaplok, Ini Imbalan yang Dijanjikan – Halaman all

Siasat Putin Desak Trump untuk Akui Wilayah Ukraina yang Dicaplok, Ini Imbalan yang Dijanjikan – Halaman all

TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakui aneksasi Rusia atas wilayah Ukraina dengan imbalan janji untuk tidak menyita lebih banyak tanah.

Permintaan Putin ini sebagaimana dilaporkan surat kabar bisnis Kommersant pada Selasa (18/3/2025) malam, mengutip sumber anonim dari pertemuan tertutup tempat pemimpin Kremlin menguraikan pendiriannya.

Rusia mengumumkan pencaplokan wilayah Kherson, Zaporizhzhia, Donetsk, dan Luhansk di Ukraina pada September 2022 setelah referendum palsu, meskipun tidak sepenuhnya menguasai wilayah mana pun.

Dikutip dari The Moscow Times, Moskow juga mencaplok Semenanjung Krimea pada tahun 2014.

“Jika (pengakuan) ini terjadi segera, Rusia tidak akan mengklaim Odesa dan wilayah Ukraina lainnya,” tulis publikasi tersebut, yang menyampaikan pesan Putin setelah kongres tahunan Persatuan Industrialis dan Pengusaha Rusia, sebuah kelompok lobi bisnis besar.

Sebelumnya, menjelang panggilan telepon yang sangat dinanti-nantikan dengan Trump pada hari Selasa, Putin berpendapat bahwa invasi skala penuh ke Ukraina dapat dihindari jika Barat pada awalnya menerima kedaulatan Rusia atas Krimea, serta wilayah Donetsk dan Luhansk, tempat separatis yang didukung Rusia telah memerangi pasukan Ukraina sejak 2014.

Laporan Kommersant mengisyaratkan bahwa Putin bermaksud untuk terus mendorong perolehan wilayah, karena pasukan Ukraina “tidak punya waktu untuk menggali.”

Sumber-sumber dalam pertemuan itu mengatakan kepada publikasi tersebut bahwa Putin mempercayai Trump dan yakin keduanya dapat mencapai kesepakatan.

Pada Rabu (19/3/2025), Kremlin mengatakan Putin dan Trump tidak membahas kemungkinan AS mengakui aneksasi Rusia atas wilayah Ukraina selama panggilan telepon hari Selasa.

Putin menyetujui jeda 30 hari atas serangan terhadap infrastruktur energi, tetapi percakapan antara kedua pemimpin gagal menghasilkan kesepakatan gencatan senjata yang lebih luas antara kedua pihak yang bertikai.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dia mendukung gencatan senjata terbatas.

Namun, dia yakin penolakan Putin untuk menyetujui kesepakatan yang lebih luas menunjukkan bahwa pemimpin Rusia itu tidak “siap” untuk perdamaian dan masih berupaya untuk “melemahkan” Ukraina.

Zelensky Berharap AS Menekan Rusia

Sementara itu, Volodymyr Zelensky memberikan komentarnya mengenai upaya Donald Trump untuk mewujudkan perdamaian terkait perang Ukraina dengan Rusia.

Sebab, Zelensky berharap akan ada gencatan senjata tanpa syarat pada suatu saat nanti.

Untuk mewujudkan keinginannya, Zelensky berharap AS akan terus menekan Rusia.

“Kami berharap Amerika akan terus bekerja dan menekan Rusia untuk melaksanakan segala sesuatunya,” katanya, Rabu (19/3/2025), dilansir The Guardian.

Ia menambahkan bahwa gencatan senjata tanpa syarat akan menjadi “salah satu langkah awal menuju perdamaian.”

“Saya yakin tahun ini perang dapat berakhir dengan perdamaian yang bermartabat, tetapi jaminan keamanan sangat dibutuhkan, jika tidak, Putin akan kembali berperang. Itulah hakikatnya,” jelasnya.

Menurutnya, garis merah Ukraina adalah pengakuan wilayah Ukraina yang diduduki sebagai wilayah Rusia.

“Kami tidak akan menyetujui itu,” tegas Zelensky.

Sebagai informasi, dalam hubungannya dengan Zelensky dan Putin, Trump sering berfokus pada siapa yang memiliki pengaruh.

Putin memiliki “kartu” dan Zelensky tidak, Trump telah berulang kali mengatakan hal itu.

Trump, yang telah lama menunjukkan kekagumannya pada Putin, juga telah menjelaskan bahwa ia ingin melihat hubungan AS-Rusia kembali ke keadaan yang lebih normal.

DONALD TRUMP – Foto ini diambil pada Kamis (13/3/2025) dari YouTube The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berbicara selama konferensi pers setelah pertemuan dengan Taoiseach (Perdana Menteri) Irlandia Micheal Martin di Ruang Oval di Gedung Putih di Washington, DC, AS pada Rabu (12/3/2025). (YouTube The White House)

Trump pada hari Selasa kembali menegaskan pandangannya bahwa Ukraina tidak berada dalam posisi negosiasi yang kuat.

Ia mengatakan pasukan Rusia telah mengepung pasukan Ukraina di wilayah Kursk Rusia — memperkuat pernyataan yang dibuat oleh pejabat Rusia yang telah dibantah oleh Zelensky.

“Mereka dikepung dengan baik, dan itu tidak bagus,” kata Trump, menurut kutipan wawancara di “Ingraham Angle” di Fox News Channel.

“Dan kami ingin menyelesaikannya,” sambungnya.

Militer Ukraina mengejutkan Rusia pada bulan Agustus tahun lalu dengan menyerang melintasi perbatasan dan menguasai sekitar 1.300 kilometer persegi (500 mil persegi) wilayah.

Namun, pasukan Ukraina kini mundur dan hampir kehilangan alat tawar-menawar yang berharga, karena momentum untuk gencatan senjata dengan Rusia mulai terbentuk.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Merangkum Semua Peristiwa