Liputan6.com, Jakarta Zelda Maharani dan Ibam tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Di antara kerumunan teman seperjuangan, air matanya jatuh, berlinang membasahi pipi.
Zelda merenung dan meresapi gambaran Indonesia akhir-akhir ini. Sesama anak bangsa saling berhadapan. Kerusuhan pecah di berbagai penjuru negeri.
Zelda, Ibam bersama sekelompok mahasiswa larut dalam doa. Kondisi malam Kota Pahlawan tidak seperti akhir pekan kemarin yang begitu membara. Mereka khusyuk merapal bait-bait harapan dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar Indonesia segera pulih.
Dua mahasiswa disabilitas Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Program Studi (Prodi) Musik dan Pendidikan Luar Biasa (PLB) itu bingung dengan badai yang menerpa Indonesia. Menurutnya, suara kelompok rentan disabilitas jarang didengar, dan hanya lewat serta sekali lihat saja.
“Saya cuma mau bilang sama mereka (demonstran anarkis) yang merusak fasilitas umum. Kalau di sana ada guiding block, tolong titip jangan dirusak karena itu jalur kami untuk berjalan,” ucap ujarnya Zelda sambil menangis.
Zelda berharap dengan kejadian ini Indonesia jadi lebih baik, dan peristiwa 27 tahun silam tidak terulang lagi.
“Kita satu, kita lahir di tanah yang sama, kita mengirup udara yang sama, dan kita masih jadi satu. Kita punya nama, nama kita Indonesia. Negara itu tugasnya mengayomi. Sebagai ibu, sebagai orang tua, tempat kami berlindung,” ucapnya memecah keheningan malam di halaman depan Gedung Rektorat Unesa, Rabu (3/9) malam.
Zelda mengatakan, Indonesia adalah tempat belajar sampai menutup mata, jadi jaga terus kedamaiannya.
“Kami berawal di sini dan pasti akan berakhir di sini juga. Maka jangan dengan mudahnya kedamaian di Indonesia ini dihilangkan,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Ibam. Menurutnya, usia Indonesia yang menginjak usia 80 tahun ini harus terus membanggakan, cantik tanahnya dan banyak budayanya.
“Kami disabilitas ini butuh pelukan dari Indonesia, kalau tidak Indonesia terus siapa lagi, tidak ada,” ucapnya.
Terpisah, Rektor Unesa Nurhasan menyampaikan, kegiatan Doa Untuk Negeri ini adalah untuk memberi seruan pada semua warga Indonesia, pada semua warga Unesa.
“Harapannya adalah seruan ini menjadikan suasana sejuk, damai dan kondusif. Semuanya harus menahan diri agar kejadian-kejadian yang sebelumnya terjadi di negara kita ke depan tidak terjadi lagi, agar mimpi-mimpi kita bersama, mimpi Bapak Presiden yang luar biasa itu betul-betul bisa terlaksana dengan baik dan kita menjadi bangsa besar,” ujarnya.
Rektor yang akrab di sapa Cak Hasan ini juga menyoroti soal sikap Polri dan TNI supaya menahan diri untuk tidak represif.
“Apabila ada teman-teman mahasiswa, warga negara yang dijamin undang-undang untuk menyuarakan pendapatnya,” ucapnya.
Cak Hasan berpesan agar semua pihak berbenah. Pemerintah dan aparat penegak hukum bekerja keras untuk kepentingan bangsa dan negara, untuk kepentingan rakyat.
Terkait penangkapan lima mahasiswa Unesa terkait demo ricuh, Cak Hasan memastikan bahwa semuanya telah dibebaskan polisi.
“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih. Ini adalah penting untuk kita semua agar semuanya bisa menahan diri untuk kedamaian dan ketenangan bangsa kita karena kita perlu cepat membangun bangsa ini,” ucapnya.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5337740/original/068525000_1756955891-IMG_20250903_200742.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)