TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pandemi Covid-19 menjadi pukulan telak bagi banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), seperti pemilik Barbershop Gedong 1, Adik Firdaus.
Adik memulai usahanya sejak 2007 dan telah menjalankan barbershop selama 16 tahun.
Saat pandemi melanda, pembatasan sosial membuatnya kehilangan banyak pelanggan. Pendapatannya turun drastis dan bisnis nyaris gulung tikar.
“Pandemi itu masa yang sangat berat, pelanggan sepi, biaya sewa tetap jalan. Saya sampai harus mencari pinjaman dari sana-sini agar bisa bertahan,” ujar Adik melalui keterangan tertulis, Senin (14/4/2025).
Pada 2022, dirinya mendapatkan pembiayaan sebesar Rp 124 juta dari platform pinjaman daring (Pindar).
Dana itu dimanfaatkan untuk membeli peralatan seperti mesin cukur dan perlengkapan lainnya yang menunjang operasional usahanya.
“Kalau sampai mesin rusak dan tidak diganti, operasional bisa lumpuh. Pendanaan ini sangat membantu menjaga performa layanan,” ujarnya.
Dengan dukungan modal tersebut, Adik mulai menerapkan strategi bisnis baru, termasuk memberikan berbagai promo untuk menarik pelanggan.
Hasilnya, pendapatan hariannya melonjak hingga lebih dari 40 persen. Kini, omzet hariannya mencapai Rp 1 juta hingga Rp 2 juta, jauh meningkat dibandingkan masa pandemi yang hanya berkisar Rp 600 ribu hingga Rp 700 ribu.
“Kami berupaya meningkatkan inklusi keuangan di kalangan UMKM melalui penyediaan produk-produk pendanaan, salah satunya melalui kerja sama dengan e-commerce guna memperluas jangkauan akses pendanaan berbasis teknologi bagi UMKM,” kata Daniel Soelistyo, Direktur Kredito.
Seiring target Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mendorong penyaluran pinjaman ke sektor produktif dan UMKM sebesar 30 persen–40% pada periode 2023–2024, peran fintech lending dipandang krusial untuk memperluas inklusi keuangan di Indonesia.