TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tidak semua orang telaten menekuni satu profesi yang sama hingga puluhan tahun. Tapi itu berhasil dijalani oleh Mansyur (64), menjadi tenaga pembersih makam di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, selama hampir 50 tahun lamanya.
Mansyur bekerja menjadi tenaga pembersih makam di TPU tersebut sejak 1976 silam. Artinya, dia sudah menjalankan pekerjaan tersebut selama 49 tahun.
Mansyur bekerja di TPU Tanah Kusir sejak masih membujang hingga sekarang telah beristri dengan anak-anak yang sudah lulus sekolah dan bekerja.
Rasa syukur atas penghasilan sebagai tenaga pembersih makam yang tidak seberapa membuatnya betah menjalani profesi ini.
Itu terbukti, berapapun rupiah yang dia terima, bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan sekolah anak-anaknya sampai lulus.
Menurut dia, rahasia semuanya tadi adalah harus ada rasa syukur dan merasa cukup atas apa yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa.
“Alhamdulillah, kita mensyukuri aja. Pendapatan kecil bagaimana caranya kita mengatur. Kita mensyukuri aja, yang penting kita kan selalu diberikan sehat, bisa beraktivitas, bisa mencari nafkah buat keluarga,” kata Mansyur saat ditemui di sela menyapu salah satu makam di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Rabu (2/4/2025).
Sampai sekarang, tak terhitung berapa banyak makam yang dia rawat. Saat ini Mansyur diamanahi membersihkan dan merawat lebih dari 30 makam oleh para keluarga ahli waris yang jenazah keluarganya dimakamkan di TPU Tanah Kusir.
Mansyur mengaku tidak mematok soal imbalan jasa merawat makam-makam tersebut setiap bulannya. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada keluarga masing-masing ahli waris, asal diberikan secara ikhlas.
“Saya tidak menarget berapa – berapa, yang penting keikhlasan memberi ke saya gitu. Ada yang ngasih 50 ribu per bulan, ada yang ngasih 100 ribu per bulan. Jadi kita tidak membatasi itu,” katanya.
Selain merawat makam, Mansyur juga dipercaya membacakan badal doa untuk keluarga ahli waris yang dimakamkan di sana.
Untuk jasa ini, lagi-lagi Mansyur juga tidak mematok tarif. Katanya, tidak ada istilah tarif untuk urusan tersebut. Semua berdasarkan keikhlasan dari ahli waris.
“Nggak ada istilah tarif, karena itu kan kalau tanpa keikhlasan nggak enak juga untuk diri kita dan keluarga kita,” ucapnya.
Saat ini Mansyur tinggal mengontrak di Karawang, Jawa Barat. Hampir setiap hari ia datang ke TPU Tanah Kusir untuk merawat makam agar tetap bersih dan cantik.
Perihal jumlah kunjungan ziarah dari warga saat momen Idul Fitri dan bulan Ramadhan kemarin, Mansyur mengaku ada penurunan dibanding momen lebaran tahun sebelumnya.
Menurutnya hal ini tak terlepas dari kondisi musim penghujan yang melanda Jakarta, khususnya wilayah Kebayoran Lama selama bulan Februari dan Maret.
Bahkan sebelum lebaran atau saat bulan puasa, hanya ada satu dua warga saja yang berziarah di TPU Tanah Kusir.
“Nggak seramai lebaran tahun kemarin. Karena musim penghujan. Kan orang mau ziarah, terus hujan ada yang pulang lagi, ada yang nunggu,” kata Mansyur.
TPU Tanah Kusir H+2 Idul Fitri Masih Ramai Peziarah
Suasana TPU Tanah Kusir sendiri terpantau masih cukup ramai pada H+2 Idul Fitri 1446 Hijriah, Rabu siang (2/4/2025).
Pantauan Tribunnews.com, menjelang sore, masih banyak warga yang berziarah ke makam keluarga di TPU Tanah Kusir meski baru saja diwarnai hujan deras.
Jalan Bintaro Raya yang menjadi pintu masuk utama TPU Tanah Kusir juga terpantau sedikit tersendat, karena beberapa kendaraan roda empat mengantre untuk berbelok masuk ke parkiran di sisi utara maupun selatan kawasan pemakaman.
Hal ini juga berbanding lurus dengan kondisi tempat parkir kendaraan yang cukup padat.
Pada kawasan pemakaman sisi utara, banyak pedagang makanan, minuman, maupun mereka yang menjual kembang tabur dan air mawar untuk keperluan ziarah. Kondisi serupa juga terlihat pada kawasan TPU sebelah selatan.