Sejarah Masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya, Masjid Tertua Berusia Lebih dari 600 Tahun
Tim Redaksi
SURABAYA, KOMPAS.com
– Jika mendengar masjid kuno paling ikonik di
Surabaya
, biasanya orang akan menyebut
Masjid Agung Sunan Ampel
.
Namun, sebenarnya
masjid tertua
di Surabaya bernama
Masjid Rahmat Kembang Kuning
yang didirikannya sekitar abad ke-14.
Takmir masjid, Rahmat Mustar Bakhri, menceritakan bagaimana cikal bakal pendirian masjid yang terletak di Jalan Kembang Kuning, Surabaya itu.
Bermula saat Sunan Ampel melakukan perjalanan dari istana Majapahit ke Ampel Denta.
Kemudian, Sunan Ampel sempat singgah di desa sekitar Kembang Kuning yang kala itu masih berupa hutan lebat.
Dirinya juga melakukan dakwah kepada penduduk sekitar sehingga banyak tertarik pada agama Islam, terutamanya Ki Wiroseryo atau biasa dikenal Mbah Karimah.
Lalu, mereka berdua bersama-sama mendirikan sebuah langgar yang dinamakan Langgar Tiban, yang mana kata “tiban” dalam bahasa Indonesia berarti “tiba-tiba”. Nama ini dipilih karena pendiriannya dilakukan secara tiba-tiba.
“Saat itu masih berupa langgar kecil sederhana, atapnya berbentuk cungkup yang terbuat dari alang-alang dan lantainya hanya tersusun dari batu bata,” ujar Mustar kepada Kompas.com, Kamis (6/3/2025).
Dia mengatakan pemugaran Langgar Tiban menjadi Masjid Rahmat pertama kali terjadi sekitar tahun 1950-an yang dilakukan secara bertahap dan diresmikan pada tahun 1967.
Penamaan Masjid “Rahmat” diambil dari nama asli Sunan Ampel, yaitu Raden Sayyid Ali Rahmatullah.
“Karena masjid ini dianggap sebagai peninggalannya Sunan Ampel,” tuturnya.
Kini, masjid seluas 1.500 meter persegi itu berdiri kokoh nan anggun dengan warnanya yang serba putih.
Pilar-pilar yang menopang bangunan tampak gagah dengan corak lantai keramik teraso antik dan berhiaskan lima lengkungan yang berbentuk bak daun semanggi pada tiap serambinya.
“Makna lima lengkungan itu berartikan rukun Islam ada lima yang menjadi landasan dari berdirinya masjid ini,” kata Mustar.
Meski sudah berdiri sekitar 625 tahun, masjid ini masih menyimpan beberapa relief dan prasasti untuk tetap mengenang sejarah pembangunannya.
Salah satunya relief yang berlukiskan langgar tiban yang terletak di samping ruang khatib, yang dulunya digunakan sebagai ruangan saat Sunan Ampel berkhalwat.
Selain itu, juga terdapat sumur tua di belakang masjid yang airnya tidak pernah kering meski sudah ratusan tahun. Sumur itu masih digunakan sampai saat ini.
Mustar juga menyampaikan bahwa masjid tersebut juga menjadi patokan waktu sholat bagi masjid-masjid lain di wilayah Surabaya dan sekitarnya.
“Jadi kita kan juga punya media radio, nah radio ini menjadi patokan waktu mulai sebelum sholat, saat masih zikiran, baca Al-Quran, sampai adzan bagi masjid lain di wilayah Surabaya, bahkan sampai ke luar kota seperti Bangkalan, Lamongan, Tuba, dan Pasuruan,” pungkasnya.
Selama bulan Ramadhan ini, Masjid Rahmat Kembang Kuning juga mengadakan sejumlah kegiatan seperti mengaji bersama, serta berbagi takjil dan buka puasa.
“Kita juga ada kegiatan qiyamul malam dan sahur bersama yang akan diadakan pada malam ganjil di seminggu terakhir Ramadhan,” ujarnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sejarah Masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya, Masjid Tertua Berusia Lebih dari 600 Tahun Surabaya 7 Maret 2025
/data/photo/2025/03/07/67ca2a002141f.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)