Seberapa Bahaya Letusan Sekunder Gunung Semeru? Surabaya 27 November 2025

Seberapa Bahaya Letusan Sekunder Gunung Semeru?
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        27 November 2025

Seberapa Bahaya Letusan Sekunder Gunung Semeru?
Tim Redaksi
LUMAJANG, KOMPAS.com
– Fenomena letusan sekunder kerap terjadi di sekitar aliran lahar hujan pascaerupsi Gunung Semeru pada Rabu (19/11/2025).
Fenomena ini dipicu oleh terjadinya banjir lahar hujan
Gunung Semeru
maupun guyuran hujan di sekitar aliran sungai.
Ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Api Semeru
Yasa Suparman
menjelaskan, fenomena
letusan sekunder
merupakan hasil dari pertemuan air dengan material endapan hasil awan panas.
Air yang dimaksud bisa berasal dari adanya banjir lahar maupun guyuran hujan.
Biasanya, hasil pertemuan itu menghasilkan letusan disertai asap berwarna putih pekat dan beraroma belerang.
“Ketika ada material panas terkena air akan terjadi sebuah letusan atau ledakan, ini yang dinamakan letusan sekunder,” kata Yasa Suparman di PPGA Semeru, Kamis (27/11/2025).
Yasa memperingatkan, meski letusan sekunder tidak memiliki risiko bahaya seperti halnya awan panas, namun, tetap berbahaya.
Pasalnya, saat letusan sekunder terjadi, dikhawatirkan material yang mengendap di sungai terlontar dan terkena ke tubuh seseorang.
Material tersebut tentunya masih memiliki suhu yang cukup panas.
“Berbahaya ya, karena dia temperaturnya tinggi, takutnya ada material yang ikut terlepaskan bersamaan dengan letusan sekunder, tentunya batu yang dilontarkan memiliki temperatur yang tinggi,” terangnya.
Yasa mengimbau warga untuk tidak berada di sekitar area yang dilintasi awan panas.
Selain temperaturnya masih tinggi apabila terkena langsung, risiko letusan sekunder juga masih bisa terjadi.
Mengingat, saat ini kawasan lereng Gunung Semeru kerap diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.
“Jadi mohon masyarakat agar tidak mendekati area-area yang kemarin mendekati jalur awan panas, karena temperaturnya masih tinggi,” imbaunya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.