TRIBUNJATIM.COM – Thina, bocah 8 tahun Pangkalarang, Ketapang, Kecamatan Pangkalbalam, Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung dimakan buaya dan hingga kini belum ditemukan.
Thina diserang buaya muara Sungai Pangkalbalam, Kawasan Air Anyir, Merawang pada Minggu (2/2/2025) siang.
Herni, sang ibu mengungkap sikap aneh putrinya sebelum musibah itu terjadi.
Tangisnya pun pecah saat ditemui di rumahnya pada Senin (3/2/2025).
Herni mengatakan, anaknya masih belum ditemukan dan masih terus dilakukan upaya pencarian oleh Tim SAR dan pihak-pihak terkait.
Air mata Herni jatuh ketika mengingat-ngingat kembali kenangan bersama anak perempuannya itu.
Di tangannya dia menggenggam baju dan celana terakhir yang digunakan Thina sebelum berganti ke pakaian lain untuk ikut keluarganya pergi memancing muara Sungai Pangkalbalam.
Sesekali, pakaian itu Herni gunakan untuk menyeka air matanya yang kian menetes.
Di sampingnya, ada juga lipatan pakaian sekolah dan pakaian lain yang biasa digunakan Thina sehari-hari.
Termasuk satu pakaian terusan pendek berwarna ungu yang pernah dipakai Thina untuk menemani ayahnya bermain badminton beberapa hari lalu.
Padahal kata Herni, sebelumnya Thina tidak pernah sebegitu inginnya ikut dalam kegiatan ayahnya.
“Malam Sabtu itu dia pengen ngikut, diajaklah sama ayahnya. Terus hari sabtunya juga dia mau ikut ayahnya kerja, tapi enggak boleh soalnya kan kerja,” tuturnya.
Menurut Erni, kurang lebih seminggu terakhir sebelum kejadian nahas itu, Thina memang cenderung lebih dekat dan sering gelendotan dengan ayahnya.
Bahkan ada suatu malam, Thina dan ayahnya nonton TV bersama di ruang tengah.
Hal yang tak biasa pun terjadi saat momen nonton TV tersebut.
“Pas nonton itu dia (Thina) nanya, katanya aku ini nanti masuk surga atau enggak. Saya bilang enggak boleh ngomong gitu, itu buat orang yang sudah meninggal. Saya juga enggak terlalu merhatiin dia nonton apa, soalnya posisinya saya di dapur,” jelasnya.
Lebih lanjut, perilaku-perilaku tak biasa lainnya yang belakangan ini mulai terpikir dibenak Herni adalah ketika anaknya tersebut mulai sering minta gonta-ganti menu bekal ke sekolah.
Hal itu terjadi sejak beberapa minggu terakhir, tepatnya ketika sehabis libur semesteran. Biasanya, Thina jarang meminta menu tertentu untuk bekal.
“Biasanya paling saya goreng ayam. Tapi akhir-akhir ini dia sering minta ayamnya disuwir, ada dia minta ubi (singkong-red), katanya buat dibagi ke bu guru sama teman-temannya. Pokonya setiap hari itu ganti-ganti menunya,” ujar Herni.
Kemudian yang paling baru adalah satu hari sebelum hari kejadian. Thina sudah menyiapkan buku-buku pelajaran yang bakal dibawa untuk sekolah dihari Senin.
“Sudah disiapin sebenarnya buku-buku buat sekolah hari ini (Senin-red). Katanya nanti takut capek kalau habis dari pantai,” sambungnya.
Herni pun tak menyangka dan tak memiliki firasat buruk sedikitpun terhadap perilaku tak biasa anaknya akhir-akhir.
Sama sekali tak terpikir dibenaknya jika itu menjadi semacam pertanda bahwa dia akan kehilangan anaknya.
“Kami minta tolong bantu doanya, di sekolah juga kami minta didoakan semoga Thina cepat ketemu. Mau kami kalau perginya dari rumah, pulangnya juga harus ke rumah,” harapnya.
Di sisi lain, kesedihan juga dirasakan Juriyati, guru di SDN 47 Pangkalpinang, Senin (3/2/2025).
Meski coba menguatkan diri, nyatanya mata Juju, sapaan akrabnya, berkaca-kaca mencoba menahan tangis tatkala mengisahkan tentang sosok Thina, muridnya.
Terlebih lagi, dalam kesehariannya di sekolah, Thina memang dekat dengan dirinya.
“Anaknya itu memang lemah lembut. Kadang-kadang dia menggil saya. Bu guru bu guru sini duduk. Ditariknya saya duduk di kursinya, terus dirangkulnya,” kata Juju yang juga adalah wali kelas Thina.
Tak hanya di dalam kelas, kedekatan Thina dengan sang wali kelas pun hangat di luar kelas.
Thina sering mengikuti Juju bahkan sering membagikan bekal yang dia bawa.
Kenangan-kenangan manis seperti itulah yang membuat Juju merasa sangat kehilangan sosok Thina yang walaupun baru dikenalnya selama kurang lebih enam bulan terakhir atau satu semester.
Lebih lanjut, Juju pun mengisahkan salah satu hal yang tak disangkanya mungkin adalah petunjuk atau tanda-tanda bahwa dirinya akan ditinggal salah satu muridnya itu.
Kamis lalu, sekolah menggelar acara Sholat Dhuha berjamaan di halaman. Sebuah kegiatan yang memang rutin diselenggarakan setiap Kamis.
Setelah sholat, salah satu guru memberikan semacam kultum atau ceramah tentang nama-nama malaikat beserta tugas-tugasnya.
“Pas udah selesai itu, anak-anak ini masuk kelas. Saya kasih penguatan lagi tentang materi kultum itu. Nah pas waktu itu Thina ini nanya nama malaikat yang bertugas mencabut nyawa itu malaikat apa, saya jawablah malaikat Izrail,” jelas Juju.
Setelah diingat-ingat kembali, kini dirinya sadar bahwa momen itu bisa jadi adalah semacam pertanda atau petunjuk dari Thina bahwa dia akan segera meninggalkan sang guru dan teman-teman sekelasnya.
Lebih lanjut, Juju menyebut bahwa Thina juga merupakan sosok yang aktif dan sering bertanya ketika proses pembelajaran. Meski tak masuk ranking 3 besar, prestasi akademiknya juga tergolong bagus.
Tak hanya itu, bahkan sang wali kelas juga menganggap Thina adalah sosok yang sabar dan ramah ke siapapun.
“Jadi pas waktu ambil raport semesteran kemarin, semua murid itu saya kasih reward dan predikat. Thina ini saya kasih predikat murid tersabar, ada dua orang, dia sama temannya satu,” ungkapnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com