Saparan Wonolelo, Tradisi Tahunan di Kabupaten Sleman yang Terus Dilestarikan

Saparan Wonolelo, Tradisi Tahunan di Kabupaten Sleman yang Terus Dilestarikan

Liputan6.com, Yogyakarta – Saparan wonolelo merupakan tradisi tahunan yang digelar masyarakat Dusun Pondok Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tradsi ini digelar untuk mengenang Ki Ageng Wonolelo yang telah menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut.

Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, tradisi saparan wonolelo biasanya diisi dengan kirab pusaka Ki Ageng Wonolelo, kirab gunungan, kirab keprajuritan, tari, dan fragmen. Adapun pusaka peninggalan Ki Ageng Wonolelo yang akan dikirabkan adalah kitab Suci Al-Qur’an, baju ontrokusuma, kopiah, bongkahan mustaka masjid, dan tongkat.

Kirab dimulai dari Masjid Pondok Wonolelo menuju Makam Ki Ageng Wonolelo sepanjang 800 meter. Kirab gunungan dalam tradisi ini berisi apem yang akan diperebutkan masyarakat.

Perebutan apem dalam tradisi ini merupakan simbol sedekah yang dianggap dapat mendatangkan keberkahan dan keberuntungan hidup. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 1,5 ton apem diperebutkan oleh pengunjung.

Menurut cerita sejarah, Ki Ageng Wonolelo memiliki nama asli Jumadi Geno. ia merupakan keturunan Prabu Brawijaya V sekaligus tokoh penyebar agama Islam di masa Kerajaan Mataram.

Ki Ageng Wonolelo bermukim di Dusun Pondok Wonolelo. Pada masa itu, ia termasuk orang yang memiliki ilmu kebatinan tinggi.

Karena kelebihan tersebut, ia pernah diutus Raja Mataram ke Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang saat itu membangkang terhadap Mataram. Ki Ageng Wonolelo pun berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya.