Saat SPBU Swasta Masih Jadi Primadona di Tengah Kelangkaan Stok BBM Megapolitan 18 September 2025

Saat SPBU Swasta Masih Jadi Primadona di Tengah Kelangkaan Stok BBM
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        18 September 2025

Saat SPBU Swasta Masih Jadi Primadona di Tengah Kelangkaan Stok BBM
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Di tengah langkanya stok bahan bakar minyak (BBM), SPBU swasta nampaknya masih menjadi primadona para pengendara.
Hal itu terlihat di beberapa SPBU Shell yang langsung terjadi antrean ketika stok BBM tersedia.
Salah satunya di SPBU Shell Jalan Raya Villa Bekasi Indah Mangunjaya, Tambun, Kabupaten Bekasi, yang antrean motornya bisa mengular hingga ke jalan raya sekitar pukul 17.00 WIB.
“Itu jam pulang kerja udah ramai banget sih kita. Sampai keluar area SPBU,” ucap Shift Manager SPBU Shell Mangunjaya, Devi (40) saat diwawancarai di lokasi, Rabu (17/9/2025).
Pemandangan serupa juga terjadi di SPBU Shell, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Antrean motor mengular hingga 50 meter tepat di jam 09.36 WIB. Para pengendara langsung berebut BBM setelah tahu stoknya kembali tersedia kemarin.
Stok semua jenis BBM yang biasa ada di Shell Cempaka Putih belum tersedia, hanya ada Shell Super RON 92.
“Itu (antrean) karena Supernya udah ada stoknya, tapi kalau di SPBU Shell lain belum tentu ada itu. Tapi, yang Power Nitro itu belum ada stok lagi,” ujar salah satu pengendara bernama Tama (26) saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Rabu (17/9/2025).
Hal yang sama juga terjadi di SPBU Shell Mangunjaya yang baru tersedia BBM jenis Super, sedangkan V-Power RON 95 seharga Rp 13.500 masih belum tersedia.
Para pengendara mengaku, rela membayar lebih mahal untuk membeli BBM di SPBU swasta karena kualitasnya dinilai lebih baik.
“Ada harga, ada kualitas. Saya mengisi Nitro full tank di Shell sekitar Rp 75.000, per liternya Rp 13.000-an enggak beda jauh ama Pertamax Turbo, cuma beda berapa ratus rupiah,” ujar Tama.
Sebab, Tama merasa, kualitas BBM Shell yang baik membuat tarikan motornya lebih ringan.
“Shell punya formula khusus di bahan bakarnya, jadi motor tarikannya lebih enteng, lebih enak,” ungkap Tama.
Pengendara lain bernama Nada (28) juga memilih mengisi BBM di Shell karena kualitasnya dinilai lebih baik.
“Kalau dari harga emang lebih mahal, tapi kalau kualitas emang berasa sih di mesin motornya jadi lebih enak,” ucap Nada.
Meski stok BBM di Pertamina banyak, Nada tetap memilih mencari SPBU Shell yang stoknya masih ada.
Sebab, ia mengaku trauma mengisi bensin di SPBU Pertamina usai kasus oplosan beberapa waktu lalu.
“Ya, sebenarnya sih trauma mengisi di Pertamina, takutnya dapat bensin oplosan lagi,” ujar Nada.
Ketakutan yang sama juga menghantui Tama yang trauma mengisi bensin di Pertamina.
“Saya sekarang mengisi di Pertamina, saya padahal biasa langganan di Shell, kalau Pertamina takutnya dioplos dan dikorupsi lagi,” jelas Tama.
Langkanya BBM di SPBU swasta bukan hanya merugikan pengendara, melainkan juga para pekerja di dalamnya.
Sebagai pengendara, Tama mengaku iba karena beberapa pekan lalu melihat para pegawai SPBU Shell berjualan makanan.
“Kasihan ama para pekerjanya jadi enggak ada kerjaan. Mereka pada jualan makanan dan minuman kemarin-kemarin pakai meja, saya lihat,” jelas Tama.
Bahkan, badai PHK pun dikabarkan akan melanda para karyawan SPBU Shell.
“Untuk pengurangan pegawai itu nanti terjadi di Oktober, ya,” ucap Shift Manager SPBU Shell Mangunjaya, Devi.
Pengurangan pegawai terjadi karena stok bensin jenis Shell Super RON 92 bakal habis akhir September nanti, sementara V-Power RON 95 sudah lama kosong.
“Pegawai di sini ada 13-an orang, posisinya ada operator, mekanik, kasir,” jelas Devi.
Kemungkinan separuh pegawai bisa dirumahkan imbas kosongnya stok bensin.
“Bisa separuhnya, karena di sini ada anak baru, ada anak lama, nanti kita akan pertimbangkan di situ,” jelas Devi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.