Saat Pekerja Menginap di "Hotel Darurat" Stasiun Cikarang demi Kereta Pagi Megapolitan 23 November 2025

Saat Pekerja Menginap di "Hotel Darurat" Stasiun Cikarang demi Kereta Pagi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        23 November 2025

Saat Pekerja Menginap di “Hotel Darurat” Stasiun Cikarang demi Kereta Pagi
Tim Redaksi

BEKASI, KOKPAS.com –
 Fenomena penumpang bermalam di Stasiun Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, kembali menjadi perhatian publik.
Sejumlah warga memilih bertahan hingga pagi karena kehabisan kereta pulang setelah lembur atau melakukan perjalanan jauh.
Para penumpang memanfaatkan ruang tunggu hingga lobi sebagai tempat istirahat sementara.
Kereta terakhir dari Stasiun Manggarai biasanya tiba sekitar pukul 00.40 WIB, sehingga banyak orang akhirnya membawa koper atau tas besar untuk bersiap bermalam.
Bahkan terlihat satu keluarga berkumpul di sudut ruang tunggu sambil menunggu kereta pertama keesokan harinya.
Seorang warga, Eri, mengatakan ia menginap di stasiun untuk menunggu KRL pertama pukul 04.00 WIB.
“Mau pulang tapi tidak ada ongkos. Ya saya menunggu di sini dulu. Nanti mau naik KRL paling pagi, yang jam 04.00 WIB. Ke arah Tangerang Selatan,” ujarnya.
Eri menyebut ini pengalaman pertamanya bermalam di stasiun setelah pulang dari rumah temannya yang sedang terkena musibah. Menurut dia, menunggu kereta pagi adalah pilihan paling terjangkau.
“Kebetulan tidak bawa motor. Jadi menunggu saja yang ongkosnya murah. Saya mau duduk di luar stasiun sambil menunggu,” tuturnya.
Adit (50), warga Cikarang yang hendak berangkat kerja ke Banten pada Jumat dini hari, juga memilih bermalam di stasiun.
“Saya dua kali ini bermalam di sini. Nunggu kereta paling pagi buat berangkat ke Banten. Memang harus ambil kereta paling pagi, supaya tidak kesiangan sampai di tempat kerja,” ujar Adit.
Perjalanan menuju Krenceng, kata Adit, memakan waktu lebih dari lima jam. Ia memperkirakan tiba sekitar pukul 10.00 WIB.
Meski bisa naik bus, biaya perjalanan jauh lebih mahal dan berisiko terlambat karena kemacetan. Sementara itu, tarif KRL untuk jarak tersebut tidak sampai Rp20.000 per sekali jalan.
Adit mengaku tidak pernah tidur selama menginap di stasiun. Pada pengalaman pertamanya, ia sempat diminta petugas meninggalkan area dalam stasiun menjelang pukul 01.00 WIB.
“Waktu itu kan saya nge-charge baterai handphone. Baru dapat sedikit, petugas meminta saya dan warga lain keluar stasiun. Katanya memang di area dalam tidak boleh untuk menginap,” ujarnya.
Setelah diminta keluar, Adit menunggu di lantai 1 dekat pintu masuk hingga kereta pertama beroperasi.
Ia tidak berani memejamkan mata karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan.
Adit menyayangkan petugas yang mengusir penumpang dari area dalam stasiun pada malam hari.
“Menurutnya, warga bisa diatur untuk beristirahat dan menunggu di dalam stasiun asalkan diberi arahan untuk menjaga ketertiban,” katanya.
Ia menyebut banyak warga lain yang juga menunggu kereta pagi, termasuk yang hendak mengejar perjalanan jauh ke Jawa Barat atau Jawa Tengah.
“Lalu juga ada yang mau ngejar kereta pagi yang jarak jauh ke Jawa Barat, ke Jawa Tengah. Baiknya kan diatur saja supaya bisa istirahat di dalam. Setidaknya lebih aman buat kami,” ucapnya.
Adit berharap penumpang yang benar-benar memiliki tujuan perjalanan bisa tetap diperbolehkan berada di dalam area stasiun.
“Diatur saja, dicek warga mau pergi ke mana. Baru kalau ada warga yang tidak bertujuan bepergian naik kereta ya itu yang tidak boleh,” pungkasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.