Jakarta, Beritasatu.com – Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (5/6/2025) didorong oleh meningkatnya ekspektasi bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) akan segera menurunkan suku bunga acuannya.
Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan bahwa sentimen pasar hari ini sangat dipengaruhi oleh prospek pelonggaran kebijakan moneter The Fed.
“Rupiah menguat hari ini karena pasar semakin yakin suku bunga The Fed akan diturunkan,” ujar Rully di Jakarta, Kamis (5/6/2025).
Mengutip laporan Anadolu Agency, Presiden AS Donald Trump kembali menekan Gubernur The Fed,Jerome Powell, agar segera memangkas suku bunga menyusul data ketenagakerjaan terbaru yang jauh di bawah ekspektasi.
Data Non-Farm Payrolls (NFP) versi Automatic Data Processing (ADP) untuk Mei 2025 menunjukkan penambahan tenaga kerja hanya sebesar 37.000, jauh di bawah proyeksi pasar sebesar 111.000.
Trump menilai bahwa Powell sudah terlambat bertindak, dan menambahkan bahwa negara-negara Eropa telah lebih dahulu menurunkan suku bunga sebanyak sembilan kali untuk mendukung ekonomi mereka.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin setelah inflasi tahunan kawasan euro turun ke level 1,9% pada Mei, atau sedikit di bawah target inflasi ECB sebesar 2%.
Dari dalam negeri, menurut Rully, penguatan rupiah juga dibayangi oleh kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi nasional, meskipun dampaknya masih terbatas.
Pada akhir perdagangan Kamis di pasar spot Jakarta, rupiah tercatat menguat 11 poin (0,06%) ke level Rp 16.284 per dolar AS, dari sebelumnya Rp 16.295.
Sementara itu, kurs referensi JISDOR yang diterbitkan Bank Indonesia juga mencatat penguatan rupiah menjadi Rp 16.277 per dolar AS, dari posisi sebelumnya Rp 16.305.
