Rujak Juhi, Varian Rujak Unik Khas Betawi

Rujak Juhi, Varian Rujak Unik Khas Betawi

Cina memperkenalkan mi, bihun, dan sohun. Orang-orang Tionghoa juga memperkenalkan jenis-jenis sayuran, seperti tauge, kucai, lokio, dan sawi. Atas dasar ini, ia mengatakan bahwa ada kemungkinan orang Tionghoa pulalah yang mengonsumsi dan memperkenalkan daging cumi-cumi (seafood).

Menurut penulis buku Pasar Gambir, Komik Cina dan Es Shanghai, Zeffry Alkatiri mengatakan bahwa rujak juhi sebenarnya berasal dari makanan bernama troktok atau trotok. Julukan ini diberikan karena penjualnya selalu mengetuk potongan bambu saat menjajakan dagangannya. Saat mengetuk potongan bambu tersebut, terdengar bunyi trotok.

Trotok terbuat dari campuran kacang panjang, kentang, juhi, mi, dan kol. Makanan ini memiliki kuah yang dibuat dari cuka dan kacang. Trotok kemudian berkembang menjadi rujak juhi yang dijajakan dengan gerobak.

Sementara itu menurut penulis Pedoman Tamasja Djakarta dan Sekitarnja, R.O. Simatupang, rujak juhi adalah hidangan Tionghoa yang sudah ada sejak 1960-an yang dinikmati bersama-sama saat nongkrong. Rujak juhi bahkan disebut sebagai salah satu hidangan yang menarik banyak tamu selain wedang sekoteng khas Tionghoa, rujak Shanghai, pie-oh (sup kura-kura), nasi tim, bebek tim (sekba), serta bakso sapi.

Hal ini sesuai dengan keterangan beberapa penjual rujak juhi di Jakarta yang mengaku telah berjualan sejak 1960-an. Salah satu warung rujak juhi legendaris yang hingga kini masih eksis adalah Rujak Juhi Haji Misbach di Petojo, Jakarta Pusat.

Penulis: Resla