RS Mitra Jambi Klarifikasi Isu Penolakan Perawatan Korban Kebakaran Nurbaiti Regional 4 Juni 2025

RS Mitra Jambi Klarifikasi Isu Penolakan Perawatan Korban Kebakaran Nurbaiti
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        4 Juni 2025

RS Mitra Jambi Klarifikasi Isu Penolakan Perawatan Korban Kebakaran Nurbaiti
Tim Redaksi
JAMBI, KOMPAS.com

Rumah Sakit Mitra Jambi
memberikan klarifikasi terkait isu penolakan perawatan terhadap
Nurbaiti
, seorang
korban kebakaran
.
Direktur Rumah Sakit Mitra Jambi, dr Rachmad Yusuf, menegaskan bahwa pihak rumah sakit tidak pernah menolak pasien, termasuk Nurbaiti.
“Awalnya Nurbaiti diantar oleh pihak puskesmas ke rumah sakit dan diterima dengan baik serta dilakukan pemeriksaan,” ujar dr Rachmad saat ditemui di DPRD Kota Jambi, Selasa (3/6/2025).
Ia menjelaskan bahwa setelah dilakukan pemeriksaan, ditemukan luka bakar dan bengkak di lutut kiri Nurbaiti, yang memerlukan rontgen.
Pihak rumah sakit juga telah memeriksa Kartu Tanda Penduduk (KTP) Nurbaiti dan memastikan bahwa BPJS-nya aktif.
Menurut dr. Rachmad, saat itu tidak ada masalah berarti, namun keputusan untuk melanjutkan perawatan tergantung pada persetujuan dari pihak Nurbaiti.
“Anaknya yang cowok sudah tidak mau diputuskan, panggil istrinya, sempat pulang, ibunya di rumah sakit selama satu jam. Datang bersama istrinya, tidak bisa memutuskan juga, telepon kakak yang perempuan, sampai satu jam tidak datang juga,” jelasnya.
Akhirnya, keluarga Nurbaiti memutuskan untuk membawa pulang pasien.
Pada saat itu, pihak rumah sakit menanyakan kepada keluarga mengenai keinginan untuk membawa Nurbaiti pulang.
“Ibunya takut di rontgen, takut beliau ditindak di operasi, minta pulang untuk diurut. Seandainya ibu itu sore datang lagi, tetap kami terima karena sudah kami daftarkan,” tambahnya.
Dr Rachmad juga menegaskan bahwa pihak rumah sakit telah melakukan tindakan awal berupa pemeriksaan dan pembersihan luka kepada Nurbaiti.
Mengenai keputusan keluarga Nurbaiti untuk pulang menggunakan kendaraan Maxim, dr Rachmad menjelaskan bahwa pada saat itu ambulans rumah sakit tidak tersedia.
“Kebijakan saya, radius 5-10 kilometer, kalau pasien tidak punya kendaraan, kami bisa antar pakai ambulans rumah sakit. Kebetulan ambulans kita sedang tidak ada,” kata dr. Rachmad.
Ia juga menegaskan bahwa ambulans yang sering terlihat di rumah sakit bukanlah ambulans milik rumah sakit tersebut.
Akhirnya, keluarga Nurbaiti meminta agar dipesankan kendaraan Maxim, dan karena mereka tidak memiliki aplikasi Maxim, pihak dokter IGD membantu memesankan kendaraan tersebut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.