TRIBUNNEWS.COM – Inilah kabar terbaru soal bencana yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat.
Terjadi tanah longsor hingga banjir di sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi.
Dari bencana ini, lima orang meninggal dunia dan empat di antaranya masih dinyatakan hilang.
Hal tersebut disampaikan oleh Pranata Humas Ahli Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Hadi Rahmat, Jumat (6/12/2024).
“Meninggal dunia 5 jiwa. 4 jiwa hilang dan belum ditemukan,” ujarnya, dikutip dari TribunJabar.id.
Ia juga menuturkan, hingga hari ini, Jumat (6/12/2024), ada 291 kejadian bencana alam yang terjadi di 38 kecamatan di Kabupaten Sukabumi.
“Tanah longsor 131 kejadian, banjir 72 kejadian, angin kencang 24 kejadian dan pergerakan tanah 64 kejadian,” ujarnya.
Ratusan rumah warga pun alami kerusakan, mulai dari rusak ringan hingga rusak berat.
255 rumah rusak ringan, 123 rumah rusak sedang, dan 211 rumah rusak berat.
“293 rumah terancam, 473 sempat rumah terendam, 51 sarana dan 43 hektare sawah dan lahan pertanian terdampak,” katanya.
Hadi Rahmat juga menuturkan bahwa total ada ribuan warga terdampak dan 1.400 di antaranya harus mengungsi.
“Warga terdampak 1.487 KK dengan 3.497 jiwa dan 289 KK dengan 1.400 jiwa mengungsi dan 312 KK dengan 516 jiwa terancam,” katanya.
34 Titik Jalan di Sukabumi Terputus
Sementara itu, Sekda Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman menuturkan ada 34 titik jalan di Kabupaten Sukabumi yang terputus karena banjir dan tanah longsor.
“Jalan yang terputus itu ada di 34,” kata Ade Suryaman.
Kepada TribunJabar.id, jalan yang terputus tersebut membuat pengiriman logistik untuk korban bencana menjadi terhambat.
“Kemarin kita sudah dorong (bantuan) ke wilayah Sagaranten, tapi kemarin itu saya cek belum sampai, karena kan kendaraan yang masuk susah, tadi saya minta jalannya ke mana kita kalau mau ke Sagaranten, lewat Pabuaran juga terputus, jadi kita hanya sampai ke Pabuaran balik lagi,” ujar Ade Suryaman.
Pihak Pemda Sukabumi khawatir, jalan yang terputus ini membuat akses ke sejumlah lokasi lumpuh.
“Terus yang paling utama sekarang adalah untuk kebutuhan bahan bakar, itu baik gas, terus (BBM) untuk kendaraan, kalau itu tidak masuk itu bisa lumpuh,” ucap Ade Suryaman.
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJabar.id, Nazmi Abdurrahman/M Rizal Jalaludin)