Jakarta, Beritasatu.com – The Ritual (2025) menjanjikan sebuah sajian horor spiritual yang mendalam. Kehadiran aktor kawakan Al Pacino dan premis pengusiran setan dari kisah nyata seharusnya mampu menyuguhkan horor yang tidak biasa.
Sayangnya, eksekusi ala kadarnya membuat ekspektasi penonton tak terpenuhi. Alih-alih membangun ketegangan secara konsisten, film ini justru terjebak dalam tempo lambat, narasi yang terlalu konvensional, dan pengembangan karakter yang kurang menggigit. Alhasil, The Ritual terasa lebih seperti drama keagamaan yang berat dan berlarut-larut, ketimbang horor mencekam yang menggugah adrenalin.
Disutradarai David Midell, The Ritual menyuguhkan kisah nyata eksorsisme Emma Schmidt yang terjadi pada 1928. Film ini mengikuti Pastor Joseph Steiger (Dan Stevens), seorang imam muda yang dilanda krisis iman. Ia kemudian diminta untuk membantu Pastor Theophilus Riesinger (Al Pacino), seorang imam senior berpengalaman dalam ritual pengusiran setan, dalam menangani kasus kerasukan Emma Schmidt (Abigail Cowen), seorang wanita muda yang dirasuki kekuatan gelap yang tak dapat dijelaskan secara medis maupun psikologis.
Tanpa mengandalkan jump scare atau visualisasi kerasukan yang mengerikan, The Ritual justru fokus pada dinamika spiritual dan emosional para tokohnya. Hubungan antara Steiger dan Riesinger menjadi pusat narasi, menghadirkan pertanyaan yang relevan tentang iman, keraguan, dan pengorbanan dalam menghadapi kejahatan yang tak kasatmata. Salah satu dialog, yang menyebut pekerjaan setan membuat manusia ragu akan kemampuan dan imannya, sangat relevan dengan refleksi spriritual era modern.
Al Pacino tampil mengesankan sebagai Pastor Riesinger. Di usia senjanya, ia menghadirkan sosok imam yang kelelahan tetapi gigih. Tatapan yang tajam, suaranya lirih tetapi penuh tekanan, dan kehadirannya di layar benar-benar menjadi tulang punggung film ini.
The Ritual (2025). – (XYZ Films/-)
Dan Stevens juga memberikan penampilan solid sebagai Steiger, tokoh yang menjadi gambaran penonton dalam menghadapi keraguan iman dan ketakutan. Sementara itu, Abigail Cowen menampilkan akting fisik dan emosional yang mengesankan sebagai Emma, terutama dalam adegan-adegan kerasukan yang ditampilkan.
Sayangnya, alur cerita dan pendekatan The Ritual masih terlalu mengikuti formula film eksorsisme klasik, seperti The Exorcist (1973). Tidak banyak kejutan atau pembaruan yang membuatnya terasa segar untuk genre horor.
The Ritual juga cenderung mengedepankan drama dan kontemplasi spiritual daripada horor cepat penuh aksi. Ini membuat sebagian penonton merasa filmnya berjalan lambat, terutama pada bagian tengah yang dipenuhi dialog dan renungan keagamaan.
Selain itu, walaupun Emma Schmidt adalah inti dari kisah ini, karakter ini kurang dikembangkan secara emosional. Film lebih fokus pada konflik internal kedua imam, sementara Emma sendiri lebih sering menjadi objek kerasukan ketimbang subjek dengan perspektif.
Secara keseluruhan, meskipun The Ritual berhasil memberikan horor yang lebih mendalam secara psikologis dan spiritual, film ini mungkin tidak cocok bagi semua penonton, terutama mereka yang mengharapkan hiburan horor yang penuh kejutan dan kengerian.
