Jakarta, Beritasatu.com – Kisah epik penuh intrik dan tragedi tersaji dalam The Lord of the Rings: The War of the Rohirrim (2024) yang tayang di bioskop Indonesia mulai Jumat (13/12/2024). Film animasi terbaru dari sutradara Kenji Kamiyama ini membawa penonton kembali ke dunia fantasi karya novelis JRR Tolkien.
Berlatar 200 tahun sebelum film trilogi milik Peter Jackson, The Lord of the Rings: The War of the Rohirrim menjadi tambahan berharga dalam semesta sinematik Lord of the Rings. Film ini mengangkat cerita Raja Helm Hammerhand, pemimpin Rohan yang terkenal keras dan tangguh.
Konflik bermula ketika Helm membunuh Freca, seorang bangsawan Dunlending, dalam sebuah pertarungan tangan kosong. Tindakan ini memicu dendam dari Wulf, putra Freca, yang kemudian memimpin perang melawan Rohan. Di tengah kekacauan, Hera, putri Raja Helm, harus menemukan keberanian untuk melindungi rakyatnya.
Salah satu daya tarik utama film ini adalah karakterisasi yang mendalam. Brian Cox memberikan suara yang penuh otoritas dan intensitas untuk Raja Helm, menciptakan sosok pemimpin yang kuat namun rapuh oleh emosi. Di sisi lain, Luke Pasqualino sebagai Wulf menghadirkan antagonis yang kompleks, terluka dan penuh dendam.
Namun, yang paling mencuri perhatian adalah Hera (Gaia Wise). Perjalanan Hera dari seorang putri yang terpinggirkan menjadi simbol harapan bagi Rohan memberikan dimensi emosional yang kuat pada film ini.
The Lord of the Rings: The War of the Rohirrim (2024). – (Warner Bros. Pictures/-)
The War of the Rohirrim menghadirkan lanskap Rohan yang megah divisualisasikan dengan gaya anime yang memadukan estetika tradisional dua dimensi dengan latar tiga dimensi yang hidup. Adegan pertempuran besar terasa mendebarkan, sementara momen-momen di tengah salju atau kobaran api memberikan sentuhan visual yang memikat.
Musik juga menjadi elemen penting dalam membangun suasana epik film ini. Komposer Stephen Gallagher berhasil menciptakan skor yang membangkitkan semangat, dengan beberapa elemen yang mengingatkan pada karya Howard Shore untuk trilogi Peter Jackson. Tema Riders of Rohan yang legendaris pun kembali muncul, memberikan nostalgia yang manis bagi para penggemar.
Meskipun film ini kaya akan referensi untuk penggemar Lord of the Rings, cerita yang sederhana membuatnya dapat dinikmati oleh siapa saja, bahkan bagi mereka yang baru mengenal dunia Tolkien. Namun, ada beberapa momen ketika ritme cerita terasa terburu-buru, terutama saat film mencoba merangkum latar belakang kompleks dalam waktu yang singkat.
Sebagai prekuel, The War of the Rohirrim memberikan nuansa yang lebih dewasa dan gelap dibandingkan adaptasi sebelumnya. Konflik personal dan politik antarkarakter disajikan dengan cara yang mendalam. Namun, film ini tetap mempertahankan elemen fantasi heroik khas Lord of the Rings.
Dengan visual yang memukau, cerita yang emosional, dan pengisi suara yang berkarakter, The Lord of the Rings: The War of the Rohirrim membuktikan dunia Tolkien masih memiliki banyak cerita untuk dijelajahi. Film ini tidak hanya memuaskan penggemar setia serial The Lord of the Rings, tetapi juga membuka pintu bagi penonton baru untuk menjelajahi Middle-earth.