Jakarta, Beritasatu.com – Meski liburan Natal masih lebih dari sebulan lagi, penonton disuguhkan Red One, film Natal yang menggabungkan elemen aksi dengan mitologi dan keajaiban Natal. Disutradarai oleh Jake Kasdan, yang sebelumnya dikenal lewat suksesnya film Jumanji, Red One mempertemukan kembali Dwayne Johnson dan Kasdan dalam film yang mulai tayang di bioskop Indonesia sejak Rabu (6/11/2024).
Beritasatu.com mendapatkan kesempatan mengikuti screening perdana film ini, Selasa (5/11/2024). Meski menyajikan cerita penuh aksi dengan mitologi Natal dan humor yang khas, Red One layaknya film aksi ala The Rock (nama panggung Dwayne Johnson) semata.
Dwayne Johnson berperan sebagai Cal, kepala keamanan (E.L.F) Santa Claus (yang diperankan oleh J.K. Simmons) di Kutub Utara. Cal yang sudah lelah dengan rutinitas dan mulai kehilangan semangat Natal, berniat akan pensiun dan menjalankan misi terakhirnya untuk menjaga Santa.
Rencananya berubah ketika Santa diculik pada malam Natal oleh penyihir jahat bernama Gryla (Kiernan Shipka). Untuk menyelamatkan Santa, Cal harus bekerja sama dengan pemburu dan peretas bawah tanah Jack O’Malley (Chris Evans), yang tanpa sepengetahuannya menjual data lokasi Kutub Utara kepada Gryla.
Film ini menampilkan kombinasi aksi yang menggembirakan, termasuk pertempuran dengan mitologi-mitologi khas Natal, seperti manusia salju dan legenda gelap Natal ala Jerman, Krampus. Keunggulan dari Red One adalah dunia fantasi yang dibangunnya. Kasdan berhasil menghadirkan set yang besar dan memukau, mengajak penonton untuk berkeliling dunia, dari toko mainan hingga Kutub Utara.
Red One (2024). – (Warner Bros. Pictures/-)
Namun, meskipun banyak aksi seru, Red One terasa lebih seperti blockbuster dengan banyak efek visual ketimbang film Natal yang hangat dan penuh makna. Skenario Chris Morgan dan cerita dari produser Hiram Garcia membawa penonton ke dalam dunia yang dipenuhi dengan keajaiban tetapi dikemas dengan cara yang standar.
Chemistry antara Dwayne Johnson dan Chris Evans juga terasa kurang pas. Keduanya seolah berusaha menjadi bintang aksi utama, meski karakter mereka yang kontras justru memberikan sentuhan humor yang menghibur dalam film ini.
Efek visual dari film juga terasa kasar, terutama pada beberapa adegan yang menampilkan Dwayne Johnson bisa berubah menjadi kerdil (layaknya elf atau kurcaci), membuat aksi Johnson tak senatural biasanya. Meski begitu, Red One berhasil menyampaikan pesan Natal kepada para penontonnya, khususnya kebahagiaan Natal yang semakin menghilang di era modern.
Secara keseluruhan, meskipun Red One terasa sedikit berlebihan dan kurang magis dibandingkan dengan film Natal klasik, film berdurasi 123 menit ini tetap menawarkan hiburan yang solid bagi penggemar aksi dan para pencari tontonan liburan yang segar.