Rencana Damai Ukraina-Rusia, Harga Minyak Hari Ini 21 November Turun

Rencana Damai Ukraina-Rusia, Harga Minyak Hari Ini 21 November Turun

Houston, Beritasatu.com – Harga minyak dunia melemah pada Jumat (21/11/2025) seiring pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump mendorong Ukraina menerima kesepakatan damai dengan Rusia untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.

Kontrak berjangka Brent ditutup di US$ 63,38 per barel, turun 13 sen atau 0,2%. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir di US$ 59,14 per barel, melemah 30 sen atau 0,5%. Kedua acuan sempat menguat pada awal sesi perdagangan setelah laporan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan penurunan stok minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan.

Proposal damai AS–Rusia mencakup konsesi wilayah Ukraina kepada Rusia serta pengurangan kekuatan militer Ukraina, dua hal yang sebelumnya ditolak Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Zelensky menyatakan akan menelaah proposal tersebut dan berkonsultasi dengan AS terkait rencana perdamaian itu.

“Banyak yang mengira proposal baru ini akan langsung ditolak Zelensky, tetapi ia tidak menepisnya begitu saja. Pertanyaan bernilai miliaran dolar sekarang adalah apakah sanksi akan diberlakukan besok? Jika negosiasinya mendekati kata sepakat, sanksi itu bisa saja dicabut atau ditunda,” ujar analis senior Price Futures Group, Phil Flynn, seperti dilansir Reuters.

Sanksi AS terhadap perusahaan minyak Rusia, Rosneft dan Lukoil, mulai berlaku pada Jumat (21/11/2025). Lukoil memiliki tenggat hingga 13 Desember untuk melepas portofolio internasionalnya.

Pada sisi lain, penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan mencerminkan peningkatan aktivitas kilang seiring margin pengolahan yang kuat dan tingginya permintaan ekspor minyak AS.

Persediaan minyak mentah turun 3,4 juta barel menjadi 424,2 juta barel pada pekan yang berakhir 14 November, menurut EIA. Angka itu jauh lebih besar dibandingkan penurunan 603.000 barel berdasarkan jajak pendapat Reuters.

Namun, analis juga mencatat persediaan bensin dan distilat AS meningkat untuk pertama kalinya dalam lebih dari sebulan, menandakan potensi perlambatan konsumsi.