Jakarta, Beritasatu.com – Rekam jejak digital Atalia Praratya mengenai rumah tangganya dengan Ridwan Kamil kembali menjadi viral. Atalia Praratya mencurahkan isi hatinya mengenai rumah tangganya bersama suaminya itu.
Rekam jejak digital Atalia itu muncul ditengah gugatan cerai yang diajukannya kepada Ridwan Kamil di Pengadilan Agama (PA) Bandung, Jawa Barat.
“Saya bersyukur memiliki suami seperti Kang Emil, karena dia mampu menenangkan hati saya saat mendiang anak saya, Emmeril Khan Mumtadz atau Eril hilang di Sungai Are, Swiss,” kata Atalia Praratya dikutip dari podcast Alvin in Love tiga tahun lalu.
Atalia Praratya mengatakan, bahwa kehadiran suaminya bisa menyelamatkan hatinya yang sedang panik akibat kehilangan putranya tersebut.
“Kang Emil itu merupakan sosok pria yang tidak pernah reaktif, jadi dari dahulu dia kalau ada susah, senang, gembira, sedih tidak pernah reaktif. Makanya saya bersyukur sikap dari Kang Emil yang menyelamatkan saya,” lanjutnya.
“Saat saya ke lokasi, di situ suami meminta saya untuk tenang, saya diminta untuk sabar. Suami bilang ke saya ‘nanti kita cari sama-sama, Eril pasti ada, Eril pasti ketemu’ dan itu menenangkan saya,” tuturnya.
Dengan melihat Ridwan Kamil yang begitu tenang, membuat dirinya merasa bersyukur dengan kehadiran suaminya tersebut saat anaknya hilang di Sungai Are.
“Saya melihat suami tenang, orang-orang di sana dengan segala upaya tetap tidak membuat kita panik dan itulah membuat saya bersyukur,” paparnya.
“Dari situ kita banyak bertafakur, saya mencoba mencari hikmah dan berpikir termasuk juga bahwa semua usia, umur, ajal sudah ada yang menentukan,” ungkapnya.
Menurutnya dengan kehilangan anak yang dicintainya itu, Atalia Praratya meyakini ada pesan yang ingin disampaikan oleh Sang Pencipta kepada keluarganya.
“Selama perjalanan kita berzikir, berdoa, saya harus selalu berpikiran positif dan saya berzikir agar mencoba menenangkan apalagi air di sana sangat indah,” tambahnya.
“Kehilangan Eril itu benar-benar ujian bagi kami, dan sebagai Kang Emil sebagai pemimpin dan ini semacam peringatan dari Tuhan bahwa tidak boleh merasa memiliki jabatan atau memiliki segala-segalanya tetapi di sana kita tidak bisa apa-apa meski ada yang membantu. Kalau di Indonesia kita kebayang, pasti banyak yang membantu,” tutupnya.
