Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Real Count Pilkada Jabar: Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan Menang Telak di Kota Bogor Megapolitan 3 Desember 2024

Real Count Pilkada Jabar: Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan Menang Telak di Kota Bogor
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Desember 2024

Real Count Pilkada Jabar: Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan Menang Telak di Kota Bogor
Tim Redaksi
BOGOR, KOMPAS.com
– Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat nomor urut 4, Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan, mendapat suara terbanyak dalam
real count

Pilkada Jawa Barat
di tingkat Kota Bogor.
Pasangan ini meraih 278.039 suara, mengalahkan tiga pasangan lainnya.
“Yang unggul hasil rekapitulasi di tingkat Kota Bogor adalah paslon nomor 4,” ucap Ketua KPU Kota Bogor M Habibi Zainal Arifin kepada wartawan, Selasa (3/12/2024).
Nantinya, hasil rekapitulasi ini akan dikirimkan ke tingkat provinsi untuk proses lebih lanjut.
“Untuk gubernur, nanti ada lanjutan rekapitulasi di tingkat provinsi, hasil dari rekapitulasi hari ini langsung kami kirimkan ke Provinsi Jawa Barat,” kata Habibi.
Berikut perolehan suara keempat paslon Pilkada Jawa Barat di Kota Bogor menurut hasil
real count:
1. Acep Adang Ruhiyat-Gitalis Dwinatarina: 35.888 suara
2. Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja: 37.145 suara
3. Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie: 147.155 suara
4. Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan: 278.039 suara
Meski demikian, KPU Kota Bogor mencatat tingkat partisipasi pemilih tergolong rendah.
Dari total 815.5249 daftar pemilih tetap (DPT), partisipasi hanya mencapai 63 persen, jauh di bawah target 85 persen yang ditetapkan KPU Kota Bogor.
“Partisipasi yang ditargetkan oleh KPU Kota Bogor pada umumnya mungkin jauh banget ya, pada umumnya rata-rata di bawah,” ungkap Habibi.
Angka golongan putih (golput) di Kota Bogor hampir 290.000 orang.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kendala administratif, seperti surat pemberitahuan (C6) yang tidak terdistribusi akibat perpindahan domisili atau pemilih yang telah meninggal dunia.
“Angka 290.000 itu tidak mutlak seluruhnya masyarakat itu tidak datang ke TPS, tapi ada data yang C6 yang tidak terdistribusikan karena meninggal karena orangnya sudah pindah domisili tapi masih ada C6 di kita, ada juga yang memang tidak dikenali,” ungkap Habibi.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.