TRIBUNNEWS.COM – Hamas, PA, serta faksi-faksi Palestina lainnya sebagian besar menyatakan dukungan mereka terhadap rakyat Suriah setelah runtuhnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Pada Minggu (8/12/2024), pasukan oposisi menyerbu Damaskus, ibu kota Suriah, setelah sebelumnya berhasil merebut kota-kota lain dalam serangan kilat selama dua minggu terakhir.
Mengutip Al Jazeera, berikut adalah reaksi kelompok-kelompok Palestina atas jatuhnya rezim al-Assad:
Pada Senin (9/12/2024), Hamas mengucapkan selamat kepada rakyat Suriah yang disebut telah mencapai “cita-cita untuk kebebasan dan keadilan.”
“Kami berdiri teguh bersama rakyat Suriah yang hebat, dan menghormati keinginan, kemerdekaan, dan pilihan politik rakyat Suriah,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Hamas juga mendesak rakyat Suriah untuk bersatu dan bangkit dari luka masa lalu.
Selain itu, Hamas mengutuk apa yang disebutnya sebagai “agresi brutal” oleh Israel terhadap Suriah.
Hamas menambahkan bahwa mereka berharap Suriah akan melanjutkan perannya yang bersejarah dan penting dalam mendukung rakyat Palestina.
Meskipun bersekutu dengan Iran, Hamas berpihak pada pemberontakan terhadap al-Assad di awal krisis.
Sekelompok pria mengibarkan bendera oposisi di kedubes Suriah di Moskow, sehari setelah pemerintahan Bashar al-Assad di Damaskus runtuh di sabotase kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham. (HTS) (Al Jazeera)
2. Otoritas Palestina (PA)
Negara Palestina, yang dipimpin oleh PA, mengatakan pada Minggu bahwa pihaknya mendukung rakyat Suriah.
“Otoritas Palestina menghormati keinginan dan pilihan politik mereka, dengan cara yang menjamin keamanan dan stabilitas mereka serta mempertahankan prestasi mereka.”
Kepresidenan Palestina menambahkan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya menegaskan perlunya menghormati persatuan, kedaulatan, dan integritas teritorial Republik Arab Suriah, serta menjaga keamanan dan stabilitasnya.
PA juga mengharapkan kemajuan dan kemakmuran yang berkelanjutan bagi rakyat Suriah.
PA menekankan bahwa partai politik harus memprioritaskan kepentingan rakyat Suriah sambil mendukung perjuangan Palestina menuju kebebasan dan kemerdekaan.
3. Jihad Islam Palestina (PIJ)
Faksi Palestina PIJ, yang bersekutu dengan Hamas dan Iran, mengatakan perkembangan terkini adalah masalah internal Suriah yang berkaitan dengan pilihan rakyat Suriah.
“Jihad Islam berharap Suriah akan tetap menjadi pendukung sejati bagi rakyat Palestina dan tujuan mulia mereka, sebagaimana yang selalu terjadi,” kata Ziad al-Nakhala, kepala PIJ, dalam sebuah pernyataan.
4. Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP)
Kelompok sayap kiri ini, yang sebelumnya menyuarakan dukungan bagi pemerintah Suriah, tidak membahas jatuhnya al-Assad dalam pernyataan resmi pertamanya setelah pejuang oposisi merebut Damaskus.
Namun, PFLP hanya berfokus pada serangan Israel yang sedang berlangsung di Suriah.
“Agresi Zionis terhadap wilayah Suriah ini membawa dimensi berbahaya yang membutuhkan solidaritas untuk menghadapinya,” kata kelompok itu.
“Front tersebut menekankan bahwa serangan udara musuh Zionis terhadap Suriah dan penyerbuannya ke wilayah Suriah merupakan eskalasi berbahaya dalam agresi terhadap rakyat dan negara-negara di kawasan tersebut,” imbuhnya.
“Musuh berusaha memanfaatkan fase perubahan internal di Suriah untuk mencapai tujuan agresi baru terhadap Suriah dan rakyatnya.”
Koalisi yang mencakup beberapa faksi Palestina menggambarkan penggulingan al-Assad sebagai masalah internal Suriah.
“Pasukan Nasional dan Islam Palestina di Damaskus dengan tulus menantikan hak rakyat Suriah untuk menentukan masa depan mereka dan membangun Suriah yang bersatu dan berdaulat penuh dalam kerangka kebebasan, keadilan, demokrasi, dan kewarganegaraan yang setara tanpa diskriminasi,” kata koalisi tersebut.
Ditambahkan pula bahwa mereka berharap Suriah terus memenuhi tugas persaudaraan dan nasionalnya terhadap rakyat Palestina.
Apa yang Terjadi di Suriah? Penjelasan Singkat
Kolase foto Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan kelompok Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) (Syrian Presidency/AFP)
Mengutip Hindustan Times, berikut poin-poin penjelasan singkat tentang situasi di Suriah:
Perang Saudara Suriah dimulai pada tahun 2011 sebagai bagian dari Musim Semi Arab (Revolusi Timur Tengah), yang mengakibatkan jatuhnya berbagai rezim di dunia Arab.
Meskipun Bashar al-Assad awalnya tampak goyah, situasi berubah ketika Rusia dan Iran membantunya mengusir para pemberontak.
Suriah terus dilanda perang saudara sejak saat itu, namun mengalami periode yang relatif tenang dalam beberapa tahun terakhir karena Tentara Suriah dan sekutunya berhasil menahan para pemberontak.
Perang saudara memasuki babak baru ketika pemberontak Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) dan Tentara Pembebasan Suriah berhasil merebut kota Aleppo minggu lalu, sebuah terobosan besar pertama mereka dalam beberapa tahun.
Para pemberontak kemudian melanjutkan pawai mereka ke Damaskus, merebut kota demi kota.
Empat kota jatuh ke tangan pemberontak dalam 24 jam terakhir sebelum mereka tiba di ibu kota pada Minggu (8/12/2024) pagi. Kota-kota tersebut adalah Daraa, Quneitra, Suwayda, dan Homs.
Saat sekutu Suriah, Iran dan Rusia, disibukkan dalam konflik lain, tentara Suriah tampaknya melemah.
Para pejuang pemberontak menguasai penjara Saydnaya pada Minggu pagi dan membebaskan tahanan politik yang ditahan oleh rezim Bashar al-Assad.
Mereka kemudian memasuki kota dan menguasainya dalam hitungan jam, menggulingkan rezim yang telah berkuasa selama lima dekade terakhir.
Sebelum Bashar al-Assad mengambil alih Suriah 24 tahun lalu, ayahnya, Hafez al-Assad, juga memerintah negara tersebut dengan cengkeraman besi yang sama.
Perdana Menteri Suriah, Mohammad Jalali, mengatakan ia siap bekerja sama dengan oposisi dan menyerahkan pemerintahan, tetapi meminta masyarakat untuk tidak merusak gedung-gedung publik karena bangunan itu adalah milik semua orang.
HTS kemudian mendeklarasikan Suriah dan Damaskus bebas dari “tiran Assad.”
Mereka meminta para pejuang untuk menjaga gedung-gedung pemerintahan.
Pemandangan di jalan-jalan menunjukkan perayaan, dan beberapa patung Assad serta ayahnya telah dirobohkan oleh masyarakat.
Sementara itu, Assad dilaporkan telah meninggalkan Suriah dan mencari suaka di Rusia.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)