Kerak telur atau juga disebut kerak telor adalah jajanan kaki lima berbahan dasar telur, beras ketan, dan ebi. Kudapan ini merepresentasikan kesederhanaan dan kecerdikan masyarakat Betawi dalam memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar.
Kuliner yang satu ini juga menyimbolkan keuletan dan kegigihan masyarakat dalam mencari nafkah. Beberapa orang kerap menyebut jajanan ini dengan nama omelette khas Betawi karena berbentuk mirip telur dadar.
Konon, kerak telor lahir dari kreasi etnis Betawi yang bermukim di kawasan Menteng selama masa penjajahan VOC di Indonesia. Awalnya, orang Belanda yang terbiasa mengonsumsi omelette memiliki keinginan untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat.
Oleh karena itu, masyarakat Betawi di Menteng berinisiatif untuk mengganti mi pada omelette dengan beras ketan. Selain telur, beras ketan, dan ebi, kerak telor juga dibuat dengan bumbu merica, garam, dan kelapa.
Nasi Ulam
Selain soto betawi dan kerak telor, akulturasi budaya pada kuliner khas Betawi juga bisa dilihat dari hidangan nasi ulam. Kata ulam dalam bahasa Betawi merujuk untuk penyebutan serundeng dari kelapa parut yang diaduk dengan nasi putih panas.
Nasi ulam sebenarnya merupakan produk persilangan beberapa kuliner budaya, yakni India, Belanda, dan Tionghoa. Pengaruh India terdapat pada cara penyajian nasi putih yang ditaburi serundeng serta kacang.
Ada pula pengaruh kuliner Belanda yang dapat dilihat dari keberadaan semur dan perkedel sebagai pelengkap. Kemudian pengaruh kuliner Tionghoa merujuk pada penggunaan bihun goreng dan dendeng manis pada nasi ulam.
Penulis: Resla
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4952996/original/033501600_1727266016-photo__2_.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)