Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Putin Mulai Pusing, Ekonomi Rusia Makin Anjlok-Perang Lawan Inflasi

Putin Mulai Pusing, Ekonomi Rusia Makin Anjlok-Perang Lawan Inflasi

Jakarta, CNBC Indonesia – Institut Studi Perang (ISW) mengungkapkan saat ini Kremlin khawatir tentang apa yang akan terjadi pada ekonomi Rusia, meskipun Presiden Vladimir Putin berupaya untuk membicarakan pertumbuhan negara itu di tengah inflasi yang tinggi.

Meskipun Rusia telah mengatasi ketidakstabilan keuangan yang disebabkan oleh sanksi Barat, negara itu telah menikmati pertumbuhan yang relatif tinggi, didorong oleh pengeluaran militer yang memecahkan rekor.

Putin mengakui masalah kenaikan harga ketika ia mengatakan pada forum bank VTB di Moskow pada Rabu (4/12/2024) tentang “perlunya untuk mengekang inflasi” dan “perang melawan inflasi,” menurut transkrip di situs web Kremlin.

Namun, presiden Rusia juga menonjolkan hal positif ketika ia mengatakan ekonomi akan tumbuh sebesar 4% pada akhir tahun ini dan membanggakan pertumbuhan PDB sebesar 4,1% pada tahun hingga Oktober, yang sebagian didorong oleh manufaktur.

ISW mengatakan komentar tersebut menunjukkan Putin “kemungkinan besar berusaha untuk memposisikan stabilitas ekonomi” setelah kepala Bank Sentral Elvira Nabiullina mengisyaratkan suku bunga acuan, yang sudah mencapai rekor 21%, bisa naik lebih tinggi lagi bulan ini.

Dalam pidatonya, presiden Rusia membanggakan tingkat pengangguran sebesar 2,3%, meskipun ISW mengatakan presiden Rusia “gagal untuk mencatat” rekor rendah pengangguran karena banyak yang berperang di Ukraina dan “Rusia menderita kekurangan tenaga kerja yang signifikan,” yang telah memicu inflasi.

Surat kabar bisnis Kommersant melaporkan pada Kamis, inflasi di Rusia mencapai 9%, lebih dari dua kali lipat target Bank Sentral sebesar 4%. Angka minggu ini menunjukkan harga pada November telah naik sebesar 1,51%.

Hal ini menambah berita buruk bagi ekonomi Rusia dengan warga yang mengeluh tentang kenaikan biaya, terutama untuk produk pokok seperti kentang, susu, dan mentega.

Media pemerintah Rusia RBC melaporkan bagaimana data Bank Sentral menunjukkan tabungan warga Rusia telah jatuh ke titik terendah dalam sejarah dan bisa turun lebih jauh lagi.

Minggu lalu, rubel mencapai titik terendah dalam 32 bulan sebesar 114 terhadap dolar AS, yang mendorong Bank Sentral untuk menghentikan pembelian asing di pasar mata uang domestik selama sisa tahun 2024.

Hal ini mengikuti tahap terbaru sanksi AS terhadap Rusia yang menargetkan puluhan lembaga keuangan termasuk Gazprombank, yang telah digunakan untuk pembeli asing pembayaran gas Rusia.

(dce)