TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Pupuk Indonesia (Persero) menginvestasikan dana Rp 116 triliun untuk mengembangkan kapasitas produksi pabrik melalui pembangunan pabrik pupuk baru di Kawasan Industri Pupuk Fakfak di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
“Penambahan kapasitas produksi ini merupakan langkah penting untuk memastikan ketersediaan pupuk yang sangat dibutuhkan dalam mencapai swasembada pangan,” kata Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi di Jakarta, Kamis (20/3/2025).
Dia mengatakan, pencapaian swasembada pangan suatu negara berkaitan erat dengan kondisi industri pupuk di negara tersebut.
Menurutnya, Indonesia merupakan contoh nyata negara yang pernah mencapai swasembada pangan karena fokus mengembangkan industri pupuknya.
Indonesia berhasil mencapai swasembada beras pertama kali pada tahun 1984 yang didukung pembangunan industri pupuk yang dimulai tahun 1959 dengan berdirinya PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) serta PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) di Aceh pada 1982.
“Pada tahun 1984, Indonesia mencapai swasembada beras yang diawali dengan gerakan pembangunan industri pupuk sejak 1959 di Pusri,” ujar Rahmad.
“Sejak 1982 hingga sekarang belum ada pembangunan kawasan baru, padahal pada tahun 2045, penduduk Indonesia diperkirakan tumbuh menjadi 324 juta jiwa. Itu artinya kebutuhan beras nasional akan mencapai 37 juta ton atau naik 6 juta ton dari saat ini,” lanjutnya.
Rahmad menekankan peran pupuk dalam meningkatkan produktivitas pertanian sangat vital.
Pupuk berkontribusi sekitar 62 persen terhadap produktivitas pertanian sehingga pencapaian swasembada pangan akan sulit terwujud tanpa ketersediaan pupuk yang cukup.
“Jadi, ini sangat signifikan. Kunci utama dalam meningkatkan produktivitas pertanian adalah memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pupuk,” ujar Rahmad.
Selain memastikan kapasitas produksi, Pupuk Indonesia juga mendukung swasembada pangan dengan memastikan keterjangkauan pupuk bagi petani.
Salah satu upayanya adalah dengan menjamin distribusi pupuk bersubsidi yang andal dan akuntabel.
Untuk mencapai hal itu, perusahaan melakukan digitalisasi kios melalui i-Pubers yang memudahkan penebusan pupuk dengan KTP, serta pengawasan secara real-time melalui command center untuk memastikan penyaluran tepat sasaran.
“Kami telah mengimplementasikan digitalisasi di seluruh kios yang berjumlah lebih dari 27 ribu. Dengan digitalisasi ini, kami bisa melihat setiap ‘butir’ pupuk yang dimuat di kapal, datanya bisa kami akses, visualnya terlihat, pergerakan kapal dapat dipantau dengan GPS, masuk ke gudang-gudang yang dilengkapi CCTV, hingga diangkut oleh truk dengan GPS sampai ke kios,” ujarnya. (Eko Sutriyanto)