Perbesar
ESPOS.ID – Puluhan akademisi dari berbagai negara menghadiri International Conference on Social and Political Sciences (ICOSAPS) ke-8 yang digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo di Tower UNS, Solo, Rabu (6/11/2024). (Istimewa)
Esposin, SOLO — Sekitar 40 akademisi dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Malaysia, Vietnam, Jepang, dan Timor Leste, mengikuti forum International Conference on Social and Political Sciences (ICOSAPS) ke-8 yang diadakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo di Tower UNS Solo, Rabu (6/11/2024).
Forum tersebut membahas upaya-upaya untuk mempercepat capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia yang ditargetkan tercapai pada 2030. Salah satu rekomendasi yang muncul yakni perlunya kolaborasi semua pihak untuk mencapai tujuan itu.
Promosi
Jambore Nasional Tim Elang Relawan BRI, Perkuat Kapasitas Hadapi Bencana
Chairman ICOSAPS 2024, Septyanto Galan Prakoso, mengatakan ICOSAPS diadakan dua tahun sekali untuk merespons persolan sosial politik di dunia dan secara spesifik juga di Indonesia. Terdapat 40 peserta dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Malaysia, Vietnam, Jepang, dan Timor Leste.
Kemudian ada lima pembicara utama yakni Colin Kuehl dari Northern Illinois University (USA), Novel A Lyndon dari Universiti Kebangsaan Malaysia (Malaysia), Dorien Kartikawangi dari Universitas Katolik Atma Jaya (Indonesia), Vo Lap Phuc dari Vietnam National University (Ho Chi Minh City, Vietnam), dan Rino A Nugroho dari Universitas Sebelas Maret (Indonesia).
“Tujuannya adalah memberikan kesadaran sekaligus memberikan rekomendasi kebijakan dari hasil penelitian dan kajian [yang dilakukan peserta],” kata Septyanto kepada Espos melalui sambungan WhatsApp, Senin (11/11/2024).
Dia mengatakan dalam forum ICOSAPS tahun ini sengaja mengangkat SDGs untuk merespons lambatnya capaian realisasi. Dia mengatakan target waktu yang diberikan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai indikator SDGs tinggal enam tahun lagi.
“Tapi berdasarkan data di dunia ini belum sampai separuhnya, nah ini mau diapakan?” kata dia. Dia mengatakan perlu adanya kolaborasi serta kesadaran bersama untuk mempercepat capaian SDGs demi masa depan global yang lebih cerah di semua sektor.
17 Tujuan SDGs
TPB/SDGs merupakan komitmen global dan nasional untuk mengupayakan kesejahteraan masyarakat. Terdapat 17 tujuan yang dideklarasikan oleh negara maju dan berkembang pada Sidang Umum PBB, September 2015 lalu.
Ke-17 tujuan tersebut yakni:
Tanpa Kemiskinan
Tanpa Kelaparan
Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Pendidikan Berkualitas
Kesetaraan Gender
Air Bersih dan Sanitasi Layak
Energi Bersih dan Terjangkau
Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Berkurangnya Kesenjangan
Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan
Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab
Penanganan Perubahan Iklim
Ekosistem Laut
Ekosistem Daratan
Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh
Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Terpisah, Manajer Pilar Pembangunan Ekonomi Sekretariat SDGs Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas/Kementerian PPN), Setyo Budiantoro, mengatakan capaian SDGs secara global masih suram.
Dia mengatakan pencapaian SDGs secara global hanya 17%. Sedangkan pencapaian SDGs di Indonesia sudah mencapai 62,5 persen atau sebanyak 139 indikator dari total target.
SDGs Indonesia Tertinggi di Asia
“Di tingkat dunia, pencapaian SDGs ini suram, sementara Indonesia merupakan negara dengan pencapaian tertinggi di antara negara-negara berpenghasilan menengah atas,” kata di Jakarta, Selasa (5/11/2024), sebagaimana dikutip dari menpan.go.id.
Dia mengatakan berdasarkan data United Nations (UN) Sustainable Development Solutions Network (SDSN), komitmen SDGs Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia dan menempati peringkat ketujuh di dunia.
Meski begitu terdapat kendala untuk mencapai target SDGs pada 2030 terutama dalam hal pendanaan. Hal itu tidak lepas dari kondisi pandemi Covid-19. Dia mengatakan sebelum pandemi, kebutuhan pendanaan SDGs Indonesia Periode 2020-2030 diperkirakan mencapai Rp67.000 triliun, dengan gap pembiayaan sebesar Rp14.000 triliun.
“Namun, pascapandemi, kebutuhan pendanaan SDGs Indonesia hingga tahun 2030 meningkat menjadi Rp122.000 triliun, dengan gap pembiayaan mencapai Rp24.000 triliun,” kata dia.
Senada dengan hasil rekomendasi ICOSAPS, Setyo mengatakan untuk mencapai SDGs pada 2030 perlu ada kolaborasi bersama. Bentuk kolaborasi ini dapat berupa inovasi pendanaan publik, campuran antara publik dan swasta, perbankan, lembaga keuangan nonbank, investor, hingga filantropi.
“Indonesia cukup maju dalam sustainable finance, menjadi salah satu negara paling maju di antara 44 negara ekonomi berkembang,” kata Setyo.
Dia menekankan pencapaian SDGs pada tahun 2030 merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan Indonesia keluar dari jebakan pendapatan menengah pada tahun 2041, sekaligus mencapai visi Indonesia Emas pada tahun 2045. “Jika SDGs tidak tercapai, dampaknya akan berakibat pada meningkatnya kemiskinan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram “Solopos.com Berita Terkini” Klik link ini.