Bali, CNBC Indonesia – PT Sarana Multi Infrastruktur/SMI, Perseroan di bawah Kementerian Keuangan, diproyeksikan menjadi Development Financial Infrastructure (DFI). Direktur Utama PT SMI Reynaldi Hermansyah mengatakan, sebagai lembaga keuangan yang sedang bertransformasi menjadi DFI, Perseroan tidak hanya mengejar laba dan aset, tetapi juga mengukur seberapa besar dampak yang bisa diberikan kepada masyarakat.
“Analogi yang sering dipakai kepada kami adalah mini World Bank,” kata Reynaldi, Selasa (10/12/2024).
“Kalau World Bank adalah lembaga keuangan yang kasih pinjaman bantuan ke negara-negara, PT SMI dianalogikan skala kecilnya. Kami memberi pembiayaan kepada pemda (pemerintah daerah).”
Meski begitu, Reynaldi mengakui, sebagai ‘mini World Bank,’ porsi pembiayaan yang diberikan PT SMI kepada pemda masih terhitung kecil jika dibandingkan dengan pembiayaan untuk badan usaha. Hingga Triwulan 3 2024, porsi pembiayaan untuk pemda telah mencapai total Rp38 triliun, sementara porsi pembiayaan untuk badan usaha telah menyentuh angka Rp82 triliun.
Karena itu, sambung Reynaldi, pihaknya akan meningkatkan porsi pembiayaan publik, termasuk untuk pemda, mulai 2025 mendatang, sebagai komitmen Perseroan agar peran sebagai DFI bisa terpenuhi.
“Salah satu tolak ukur DFI yaitu impact apa yang telah dia berikan kepada daerah dan lingkungan dengan proyek infrastruktur yang dibangun,” ujarnya.
Salah satu proyek infrastruktur untuk pembiayaan publik yang berhasil dibangun berkat pinjaman dari PT SMI adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sanjiwani di Kabupaten Gianyar, Bali. Perseroan telah menyalurkan pinjaman dengan total sekitar Rp500 miliar, yang terbagi dalam tiga periode sejak 2019, untuk pembangunan gedung rumah sakit dan alat-alat medis pendukung.
Laporan RSUD Sanjiwani mencatat bahwa sejak penambahan fasilitas, terjadi peningkatan kunjungan pasien sebanyak 58%. Ini artinya semakin banyak masyarakat yang mendapatkan pelayanan kesehatan.
Dari segi ekonomi, pendapatan RSUD Sanjiwani juga meningkat nyaris 200% dari Rp94 miliar pada 2019 melonjak ke angka Rp275 miliar pada 2023.
Direktur Utama RSUD Sanjiwani mengatakan, sebagai rumah sakit rujukan di Bali timur, masyarakat kini tak perlu lagi pergi jauh ke Denpasar ataupun rumah sakit swasta untuk mendapatkan pelayanan medis yang lebih serius.
(hsy/hsy)