PSI Ungkap Ada Gerakan Politik Besar yang Sengaja Menjaga Isu Ijazah Palsu Tetap Hidup

PSI Ungkap Ada Gerakan Politik Besar yang Sengaja Menjaga Isu Ijazah Palsu Tetap Hidup

Alasan utama Andi Budiman mengangkat isu ini adalah karena persoalan tersebut telah melampaui ranah personal dan berubah menjadi alat politik.

Ia menilai pembiaran terhadap fitnah akan menciptakan preseden buruk dalam demokrasi, di mana kebohongan bisa diproduksi ulang dan dijadikan strategi politik.

“Lebih baik energi kita dipakai untuk hal-hal yang positif daripada menghasut masyarakat dengan isu-isu yang tidak ada gunanya,” kata dia.

Selain itu, isu ini diangkat karena berkaitan langsung dengan posisi PSI yang secara terbuka mengakui kesamaan nilai politik dengan Jokowi.

PSI memandang Jokowi sebagai representasi kepemimpinan non-elit, berani, dan berpihak pada rakyat. Oleh karena itu, serangan terhadap Jokowi dipahami sebagai serangan terhadap nilai dan arah politik yang ingin dilanjutkan PSI.

Dalam konteks ini, Andy Budiman menegaskan bahwa membela Jokowi berarti membela prinsip politik berbasis kerja nyata dan keberlanjutan kebijakan.

Bagaimana PSI merespons isu ini dilakukan melalui strategi komunikasi politik terbuka, dengan meluruskan informasi melalui media, diskusi publik, dan podcast, serta mengandalkan data survei untuk menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat tidak mempercayai tuduhan tersebut.

“Dari berbagai survei, yang percaya isu ijazah palsu itu jumlahnya sedikit, kurang dari 20 persen. Artinya masyarakat Indonesia itu cerdas,” ungkap Andy Budiman.

Andy Budiman ingin menegaskan sikap politik PSI sekaligus mengajak masyarakat untuk kembali pada perdebatan yang substantif.