provinsi: Sumatera Utara

  • Kemenkes Gerak Cepat Pulihkan Faskes Terdampak Banjir Sumatera

    Kemenkes Gerak Cepat Pulihkan Faskes Terdampak Banjir Sumatera

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan kondisi fasilitas kesehatan di wilayah terdampak bencana di Sumatera termasuk Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Aceh terus ditangani secara intensif. Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menyatakan, pihaknya terus aktif berkoordinasi untuk memenuhi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

    “Kita dapat data secara eksklusif setiap hari perkembangannya ada beberapa puskesmas, ada rumah sakit terdampak yang tadinya tidak bisa operasional, sudah kita cepat bisa operasionalkan,” ujar Wamenkes Dante kepada awak media di Balai Kota Jakarta, Jumat (5/12/2025). 

    Salah satu kasus yang ditangani terjadi di Datu Beru, Takengon, Aceh, yang sempat kehabisan bahan medis habis pakai (BMHP) untuk cuci darah. Kemenkes segera menindaklanjuti dengan mengirimkan BMHP tersebut.

    “Karena jalurnya terputus, jadi enggak bisa lewat darat maka dari itu kita lewat udara dan bisa lebih cepat. Obat-obatan kita kirimkan sesuai dengan kebutuhan, puskesmas dan rumah sakit yang kotor, kita kerahkan mahasiswa politeknik kesehatan di sekitar untuk membantu membersihkannya,” jelasnya. 

    Wamenkes Dante juga menekankan pentingnya penanganan kesehatan pascabencana, terutama karena sudah mulai muncul berbagai penyakit akibat bencana.

    “Karena sudah mulai teridentifikasi beberapa penyakit yang muncul pascabencana. Mulai dari penyakit kulit, diare, demam, dan sebagainya, ini harus kita tangani dengan cepat. Sudah kita kirimkan obat-obatan dan dokter spesialis yang kita mobilisasi dari Jakarta, Makassar, Medan,” tutur Dante.

    Selain dokter spesialis, dokter umum, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya juga ditempatkan di posko, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan yang membutuhkan. Pihak Kemenkes terus mengupayakan agar semua fasilitas terdampak dapat kembali beroperasi.

    “Di daerah Kota Pariaman, ada 5 rumah sakit, 7 puskesmas semua sudah bisa beroperasional. Tetapi, ada juga yang masih terdampak, dan belum bisa beroperasional. Ini akan kita terus tingkatkan mobilisasi, dan strategi-strategi yang cepat dan beroperasional, sebisa mungkin,” tutup Dante. 

  • WHO Soroti Banjir Parah di Beberapa Negara Asia, Termasuk Indonesia

    WHO Soroti Banjir Parah di Beberapa Negara Asia, Termasuk Indonesia

    JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti bencana banjir parah yang melanda beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia. Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan pihaknya terus menjalin komunikasi intensif dengan pemerintah dan mitra kesehatan di wilayah terdampak untuk memastikan bantuan bisa diberikan secara cepat dan tepat sasaran.

    Dalam pernyataan terbaru melalui akun X atau Twitter-nya, Dr. Tedros menyebut WHO telah melakukan koordinasi mendalam dengan Indonesia, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Negara-negara ini menghadapi banjir besar yang digambarkan sebagai salah satu peristiwa paling ekstrem dalam sejarah.

    “Kami berkoordinasi erat dengan mitra di Indonesia, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, dan Malaysia untuk memastikan dukungan yang diperlukan tersedia bagi respons terhadap banjir besar akibat siklon #Ditwah,” ungkap Dr. Tedros.

    WHO kini menugaskan tim tanggap cepat (rapid response teams) ke negara-negara yang meminta bantuan. Selain itu, organisasi ini memperkuat sistem pengawasan penyakit untuk mencegah munculnya wabah dan memastikan layanan kesehatan penting tetap berjalan di daerah terdampak parah.

    “Tim tanggap cepat sedang dikerahkan ke wilayah yang membutuhkan, pengawasan penyakit diperkuat, dan dukungan untuk layanan kesehatan esensial terus kami pastikan bagi masyarakat terdampak,” tambahnya.

    Dr. Tedros juga menyampaikan rasa duka mendalam atas korban jiwa dan kerusakan luas yang ditimbulkan oleh banjir serta longsor di berbagai negara Asia.

    “Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kepada warga dan negara-negara yang kehilangan orang-orang terkasih atau terdampak oleh bencana ini,” kata Dr. Tedros.

    Di Indonesia, Kementerian Kesehatan melaporkan warga terdampak banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara mulai mengalami berbagai masalah kesehatan.

    Sumatera Barat mencatat jumlah keluhan demam paling tinggi dibanding provinsi lain yang terdampak. Dalam periode 25–29 November 2025, tercatat 376 laporan demam dari lima daerah: Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Pesisir Selatan, dan Tanah Datar.

    Keluhan kesehatan lain yang umum ditemukan meliputi 201 kasus nyeri otot, 120 kasus gatal-gatal, 118 gangguan pencernaan, 116 infeksi saluran pernapasan, 77 kasus hipertensi, 62 luka-luka, 46 sakit kepala, serta 40 kasus diare dan asma masing-masing.

    Di Sumatera Utara, pola serupa terlihat. Kabupaten Tapanuli Selatan melaporkan 277 kasus demam, 151 kasus nyeri otot, 150 keluhan kulit gatal, 94 gangguan pencernaan, 96 infeksi saluran pernapasan, 75 hipertensi, 45 luka-luka, 23 sakit kepala, 23 diare, dan 3 kasus asma pada periode 25 November–1 Desember 2025.

    Sementara itu, Aceh menunjukkan tren berbeda. Di Kabupaten Pidie Jaya, selama 25–30 November 2025, keluhan terbanyak adalah 35 kasus luka, diikuti 15 infeksi saluran pernapasan dan 6 kasus diare.

  • Mentan Amran Beri Peringatan Keras Soal Bantuan Banjir Sumatra: Ini Tabungan Akhirat, Jangan Ada yang Sunat

    Mentan Amran Beri Peringatan Keras Soal Bantuan Banjir Sumatra: Ini Tabungan Akhirat, Jangan Ada yang Sunat

    Jakarta (beritajatim.com) – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman tidak main-main dalam mengawal distribusi bantuan kemanusiaan untuk korban banjir di Sumatera. Saat melepas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh 593 yang memuat ratusan truk logistik di Dermaga Kolinlamil, Jakarta, Jumat (5/12/2025), Mentan mengeluarkan peringatan keras kepada seluruh pihak agar menjaga integritas dan memastikan tidak ada satu pun bantuan yang “disunat” atau diselewengkan.

    Mentan Amran menegaskan bahwa bantuan dengan total komitmen senilai Rp75 miliar ini bukan sekadar barang logistik, melainkan amanah dari hasil gotong royong pegawai dan mitra yang harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat.

    “Ini adalah bantuan yang diberikan oleh seluruh mitra strategis, pengusaha, dan pegawai Kementerian Pertanian. Kami bertanggung jawab sampai di tujuan. Jangan sampai ada yang disalahgunakan. Ini amanah,” tegas Mentan Amran.

    Peringatan tegas ini disampaikan untuk menjamin 207 truk logistik yang diangkut kapal TNI AL tersebut benar-benar sampai ke tangan korban banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tanpa pengurangan sedikitpun. Amran menyebut bantuan ini memiliki nilai spiritual yang tinggi bagi para donatur.

    “Supaya bantuan saudara-saudara kita ini sampai sesuai jumlah yang disampaikan. Ini tabungan akhirat, amanah. Kami kawal sampai naik kapal, sampai masuk ke BNPB, sampai berita acara diterima,” ucapnya.

    Dalam pelepasan hari ini, total bantuan yang diberangkatkan bernilai Rp34,8 miliar. Komposisi bantuan telah disesuaikan berdasarkan pantauan lapangan yang mendesak, seperti 3.115 dus mi instan, 1.780 dus susu, 35 ton minyak goreng, sarden, selimut, obat-obatan, pampers, hingga genset untuk wilayah yang mengalami krisis listrik.

    “Kami mengecek langsung di lapangan apa kebutuhan masyarakat. Ternyata yang dibutuhkan adalah makanan siap saji, karena beras sudah cukup,” jelas Amran.

    Selain menekankan aspek integritas, Mentan Amran juga mengambil langkah taktis dengan memangkas birokrasi. Ia menginstruksikan jajarannya untuk mendahulukan pengiriman barang daripada urusan administrasi surat-menyurat saat merespons permintaan darurat dari kepala daerah.

    “Kemarin Wagup Aceh telepon minta minyak goreng dan beras. Dua ribu kilo minyak goreng langsung dikeluarkan, suratnya menyusul. Di Lhokseumawe minta seratus ton, keluarin dulu. Ini darurat,” tegasnya.

    Misi kemanusiaan menggunakan KRI Banda Aceh 593 ini dijadwalkan menempuh rute Padang, Sibolga, hingga Aceh. Operasi ini melibatkan kolaborasi lintas sektor, mulai dari TNI AL, TNI AU yang mengerahkan Hercules, Bulog, hingga BUMN pangan lainnya untuk menembus isolasi wilayah terdampak bencana. [beq]

  • Puan Sebut Revisi UU Kehutanan Akan Dibahas Usai Bencana Sumatera Ditangani

    Puan Sebut Revisi UU Kehutanan Akan Dibahas Usai Bencana Sumatera Ditangani

    Jakarta

    DPR berencana merevisi UU Nomor 41 Tahun 1991 tentang Perubahan Keempat tentang Kehutanan. Ketua DPR Puan Maharani mengatakan pembahasan revisi UU Kehutanan akan dilakukan usai penanganan bencana di Sumatera selesai.

    “(Revisi UU Kehutanan) ya tentu saja setelah bencana ini selesai ditangani,” kata Puan di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (5/12/2025).

    Puan mengatakan DPR telah memanggil Kementerian Kehutanan. Ketua DPP PDIP itu mengatakan pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap UU Kehutanan yang berlaku saat ini.

    “Ya setelah kemarin Komisi IV melakukan memanggil Kementerian Kehutanan, kita akan evaluasi, apa saja, bagaimana, dan kapan akan dilakukan,” ujarnya.

    RUU Kehutanan masuk dalam daftar Prolegnas Prioritas 2026. Revisi tersebut merupakan usulan dari Komisi IV DPR.

    Data tersebut diketahui berdasarkan situs dashboard penanganan bencana darurat banjir dan longsor di Aceh, Sumut, Sumbar, Jumat (5/12), pukul 17.00 WIB.

    Berikut data terbarunya:
    Jumlah korban meninggal: 867 orang
    Jumlah korban hilang: 521 orang
    Jumlah korban terluka: 4.200 orang
    Jumlah rumah rusak: 121 ribu unit
    Jumlah kabupaten/kota terdampak: 51

    (amw/rfs)

  • Gubernur Sumbar Apresiasi Kerja PLN Pulihkan Listrik Pasca Bencana

    Gubernur Sumbar Apresiasi Kerja PLN Pulihkan Listrik Pasca Bencana

    Jakarta

    PT PLN (Persero) terus berupaya melakukan percepatan penormalan jaringan listrik pasca bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Hal itu bertujuan agar mempercepat pemulihan pasca bencana.

    Di Sumatra Barat kerja keras tim PLN di lapangan menunjukkan progres signifikan dengan tingkat penyalaan pelanggan telah mencapai 99,8 persen per Selasa, (2/12). Upaya ini mendapatkan apresiasi langsung dari Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah.

    Mahyeldi menyampaikan bahwa langkah cepat PLN sangat membantu percepatan pemulihan kelistrikan di berbagai wilayah terdampak. Dengan pulihnya kelistrikan, aktivitas masyarakat perlahan dapat kembali berjalan normal.

    “Insyaallah sistem kelistrikan ini akan clear semuanya sehingga seluruh daerah sudah tersambung, listrik sudah bisa dinikmati oleh masyarakat, dan aktivitas bisa berjalan seperti biasa,” ujar Mahyeldi dalam keterangan tertulis, Jumat (5/12/2025).

    Foto: PLN

    Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa pemulihan jaringan menjadi prioritas utama PLN dengan menurunkan seluruh sumber daya yang tersedia.

    “Kami terus bekerja 24 jam di lapangan untuk memastikan semua titik terdampak segera mendapatkan suplai listrik kembali. Fokus kami satu, masyarakat bisa kembali beraktivitas dengan normal secepat mungkin,” kata Darmawan.

    Hal senada turut diungkapkan oleh General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sumatera Barat, Ajrun Karim. Dia menyampaikan bahwa capaian ini terwujud berkat kerja bersama berbagai pemangku kepentingan.

    “Pemulihan kelistrikan ini adalah buah dari kolaborasi lintas instansi. Dukungan pemerintah daerah, BPBD, TNI/Polri, dan para pemangku kepentingan lainnya mempercepat stabilisasi kelistrikan di Sumatera Barat,” ujar Ajrun.

    Ajrun merinci dari total 270.148 pelanggan yang sempat terdampak padam, listrik untuk 268.853 pelanggan telah berhasil dipulihkan. Saat ini, tersisa 1.295 pelanggan yang masih dalam proses penormalan bertahap, menyesuaikan kondisi medan dan akses yang masih harus dipastikan aman bagi petugas.

    Foto: PLN

    Pihaknya berkomitmen untuk terus mengupayakan penormalan secepatnya, agar seluruh masyarakat di Sumatera Barat bisa kembali menikmati listrik.

    Selain fokus pada pemulihan teknis, PLN juga menyalurkan bantuan kemanusiaan melalui posko-posko bencana di wilayah terdampak. PLN juga menghimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bahaya kelistrikan pascabencana dan segera melaporkan kondisi jaringan yang berisiko melalui aplikasi PLN Mobile atau Contact Center PLN 123.

    “Kami tidak hanya hadir untuk memulihkan kelistrikan, tetapi juga memastikan masyarakat merasa terbantu. Bantuan berupa makanan siap saji, air bersih, selimut, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya kami distribusikan untuk meringankan beban warga,” tutup Ajrun.

    (akn/ega)

  • Polda Riau Kirim Bantuan Penanganan Bencana, 3.459 Alat Kerja Dikirim ke Aceh dan Sumbar

    Polda Riau Kirim Bantuan Penanganan Bencana, 3.459 Alat Kerja Dikirim ke Aceh dan Sumbar

    Liputan6.com, Jakarta – Kepolisian Daerah Riau kembali menunjukkan komitmen kemanusiaannya melalui pengiriman bantuan gelombang keempat untuk daerah terdampak banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

    Apel pelepasan bantuan digelar di Lapangan Mapolda Riau dan dipimpin oleh Karo Ops Polda Riau Kombes Ino Harianto, yang menegaskan bahwa dukungan ini merupakan bagian dari operasi kemanusiaan berkelanjutan Polda Riau untuk membantu percepatan pemulihan di wilayah-wilayah terdampak.

    “Dalam pelepasan kali ini, Polda Riau mengirimkan 3.459 unit peralatan pemulihan berupa 945 angkong, 1.256 cangkul, dan 1.258 sekop,” jelas Kombes Ino dalam keterangannya, Jumat (5/12).

    Ino menjelaskan, bantuan ini disiapkan berdasarkan kebutuhan mendesak dari posko bencana yang memprioritaskan percepatan pembersihan material lumpur, kayu, dan puing sisa banjir bandang serta longsor.

    “Tim bantuan juga dibagi ke dua provinsi tujuan, yaitu Aceh dan Sumatera Barat. Khusus untuk penyaluran ke Sumatera Barat, Polda Riau menugaskan Kapolresta Pekanbaru Kombes Jeki untuk mengantarkan langsung bantuan Polda Riau ke lokasi terdampak,” ujarnya.

    Kombes Ino menyampaikan, setiap gelombang bantuan adalah bentuk kehadiran negara melalui Polri, sekaligus pesan solidaritas bagi masyarakat yang tengah menghadapi masa sulit.

    “Ketika saudara-saudara kita tertimpa musibah, negara harus hadir. Kita ingin memastikan bahwa mereka tidak menghadapi bencana ini sendirian,” ujarnya.

    Kombes Ini menguraikan, rangkaian dukungan Polda Riau yang sudah dikirimkan ke lokasi bencana menunjukkan skala operasi kemanusiaan terbesar yang dilakukan Polda Riau sepanjang tahun ini.

    Dari aspek personel, Polda Riau telah mengirim lebih dari 290 personel BKO ke Sumatera Barat, total personel yang terlibat mencapai sekitar 290 orang.

    “Unsur Brimob, Samapta, Polair, K-9, SAR, Polwan, dan elemen pendukung lainnya terlibat dalam operasi evakuasi, pembukaan akses jalan, pendistribusian logistik, pendirian tenda, hingga pencarian korban hilang,” urainya.

     

  • Mentan Amran Kirim Rp75 Miliar Bantuan Logistik untuk Korban Bencana Sumatra, Prioritaskan Makanan

    Mentan Amran Kirim Rp75 Miliar Bantuan Logistik untuk Korban Bencana Sumatra, Prioritaskan Makanan

    Jakarta (beritajatim.com) – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman merealisasikan komitmen bantuan kemanusiaan senilai total Rp75 miliar untuk penanganan darurat korban bencana banjir bandang dan tanah longsor di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Realisasi bantuan logistik tersebut ditandai dengan pelepasan 207 truk pengangkut yang diberangkatkan menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh 593 dari Dermaga Kolinlamil, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (5/12/2025).

    Mentan Amran memimpin langsung proses pemuatan bantuan sejak pukul 05.35 WIB. Kapal perang ini dijadwalkan menempuh rute strategis mulai dari Padang, kemudian bergerak ke Sumatera Utara, dan berakhir di Aceh untuk mendistribusikan logistik ke titik-titik terisolir sesuai koordinasi dengan BNPB.

    Dalam keterangannya, Mentan merinci bahwa bantuan yang dikirimkan fokus pada kebutuhan mendesak yang sulit didapatkan di lokasi bencana, seperti makanan siap saji (mi instan, sosis, susu), air mineral, hingga genset untuk pasokan listrik darurat.

    “Kami mengecek langsung di lapangan apa kebutuhan masyarakat. Ternyata yang dibutuhkan adalah makanan siap saji, karena beras sudah cukup,” kata Mentan Amran, Jumat (5/12/2025).

    Bantuan masif ini merupakan hasil gotong royong dalam program “Kementan Peduli Bencana” yang menghimpun partisipasi dari mitra strategis, pengusaha, serta pegawai Kementerian Pertanian. Mentan menegaskan pengawasan ketat dilakukan agar bantuan dengan nilai fantastis ini tepat sasaran.

    “Ini adalah bantuan yang diberikan oleh seluruh mitra strategis, pengusaha, dan pegawai Kementerian Pertanian. Kami bertanggung jawab sampai di tujuan. Jangan sampai ada yang disalahgunakan. Ini amanah,” tegasnya.

    Secara akumulatif, total valuasi bantuan yang telah terhimpun mencapai angka Rp75 miliar. Pengiriman hari ini membawa logistik senilai Rp34,8 miliar, melengkapi pengiriman udara via Hercules sehari sebelumnya, dan akan terus bertambah sesuai kebutuhan lapangan.

    “Total yang kita berangkatkan sekarang dengan kemarin 34,8 miliar. Tidak menutup kemungkinan ada lagi. Tadi pagi ada tambahan bantuan, kita kirim lagi terus menerus,” jelas Mentan Amran.

    Selain bantuan logistik senilai Rp75 miliar tersebut, pemerintah melalui Kementan juga menggelontorkan cadangan pangan strategis berupa 44 ribu ton beras dan 6 ribu ton minyak goreng.

    “Bantuan dari pemerintah langsung yaitu 44 ribu ton beras sudah kita kirim. Minyak goreng 6 ribu ton juga sudah kita kirim,” ujarnya.

    Demi kecepatan penanganan, Mentan Amran menerapkan kebijakan pangkas birokrasi. Permintaan bantuan dari kepala daerah langsung dieksekusi hari itu juga tanpa menunggu proses administrasi yang berbelit.

    “Kemarin Wagup Aceh telepon minta minyak goreng dan beras. Hari itu juga kami langsung telepon Bulog dan Bapanas. Dua ribu kilo minyak goreng langsung dikeluarkan, suratnya menyusul. Di Lhokseumawe minta seratus ton, keluarkan dulu. Ini darurat,” tegasnya.

    Mentan Amran juga memastikan seluruh bantuan ini dikawal hingga proses serah terima berita acara dengan BNPB, sebagai bentuk pertanggungjawaban moral dan material.

    “Supaya bantuan saudara-saudara kita ini sampai sesuai jumlah yang disampaikan. Ini tabungan akhirat, amanah. Kami kawal sampai naik kapal, sampai masuk ke BNPB, sampai berita acara diterima,” ucapnya.

    Menutup keterangannya, Mentan kembali menekankan kesesuaian jumlah bantuan yang sampai ke tangan korban dengan komitmen awal.

    “Ini tabungan akhiratnya saudara-saudara kita. Bantuan kami yakinkan tiba dengan jumlah seperti yang disampaikan semula, yaitu 75 miliar,” pungkasnya. [beq]

  • Sumatera Utara Berpotensi Hujan Hingga Jelang Akhir Tahun

    Sumatera Utara Berpotensi Hujan Hingga Jelang Akhir Tahun

    Endah Paramita mengakui bahwa cuaca terkini di Sumut menunjukkan dinamika yang perlu dicermati, khususnya terkait potensi hujan pada awal hingga pertengahan Desember.

    Meskipun demikian, BMKG menjelaskan bahwa kondisi global saat ini sebenarnya tidak signifikan memicu peningkatan pembentukan awan hujan.

    Parameter seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), Indian Ocean Dipole (IOD) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR) disebut Endah tidak terlalu mendukung terbentuknya awan hujan di Indonesia, termasuk Sumatera bagian barat.

    “MJO, IOD, dan OLR dalam beberapa hari ini tidak terlalu mendukung terbentuknya awan hujan di Indonesia,” jelasnya.

    Faktor utama pemicu hujan beberapa hari terakhir adalah faktor regional dan lokal, yakni berupa belokan angin dan konvergensi udara yang menumpuk di jalur timur Sumatera, terutama wilayah pesisir.

    “Masih ada belokan angin yang menumpuk di wilayah pesisir timur. Itulah sebabnya potensi hujan ringan hingga sedang masih bisa terjadi,” terang Endah.

  • Hutan Gundul Picu Banjir Sumatera, Apa Saja Tugas Menteri Kehutanan Indonesia?

    Hutan Gundul Picu Banjir Sumatera, Apa Saja Tugas Menteri Kehutanan Indonesia?

    Jakarta: Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat kembali membuka luka lama yakni hutan yang kian gundul. 

    Setiap tahun, kawasan hutan di Sumatera terus tergerus. Dampaknya? Curah hujan yang cukup deras memicu banjir bandang dan longsor yang merusak permukiman, infrastruktur, dan menelan korban jiwa.

    Di tengah kondisi ini, sorotan publik kembali mengarah pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terutama pada tugas strategis Menteri Kehutanan dalam mengelola kawasan hutan Indonesia.
    Mengapa tugas menteri kehutanan begitu krusial?
    Mengacu pada Peraturan Menteri LHK No. 15 Tahun 2021, Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup memiliki tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan untuk membantu Presiden dalam menjaga kelestarian hutan Indonesia.

    Tugas itu mencakup mulai dari pemantapan kawasan hutan, konservasi sumber daya alam, hingga pengendalian kerusakan lingkungan. Sebuah amanah yang semakin berat ketika kerusakan hutan langsung berkelindan dengan tingginya risiko bencana.
     

    Hutan gundul Sumatera dan efek domino bencana
    Longsor dan banjir di Aceh, Sumut, hingga Sumbar bukan hanya soal cuaca ekstrem. Banyak wilayah yang seharusnya menjadi daerah resapan air kini berubah menjadi lahan kebun sawit.

    Saat pepohonan hilang tanah kehilangan kemampuan mengikat air, sungai meluap lebih cepat, lereng pegunungan menjadi rapuh dan mudah longsor.

    Inilah contoh nyata mengapa tugas pengelolaan dan rehabilitasi hutan menjadi urusan yang tak bisa ditunda.
    Tugas utama Menteri Kehutanan
    Merangkum berbagai sumber berikut tugas menteri kehutanan yang relevan dengan upaya mencegah bencana ekologis:

    1. Merumuskan kebijakan kehutanan

    Meliputi pemantapan kawasan hutan, konservasi, pengelolaan hutan produksi lestari, hingga meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai (DAS).

    2. Mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan

    Termasuk memastikan pemanfaatan hutan tidak merusak ekosistem, menjaga keseimbangan lingkungan, dan melindungi kawasan kunci seperti hulu sungai.

    3. Mengendalikan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim

    Mulai dari pencemaran, kerusakan DAS, hingga mitigasi risiko iklim yang memperparah bencana hidrometeorologi.

    4. Penegakan hukum di bidang kehutanan

    Pemberantasan illegal logging, alih fungsi lahan ilegal, hingga perdagangan kayu ilegal yang selama ini menjadi penyebab utama hutan gundul.

    5. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan

    Karhutla bukan hanya merusak hutan, tetapi meninggalkan tanah tandus yang memperbesar risiko longsor.
    Bencana Sumatera jadi alarm
    Kerusakan hutan di Sumatera kini bukan lagi isu jangka panjang, tapi ancaman nyata bagi keselamatan warga. Rehabilitasi hutan, pengawasan berlapis, dan penegakan hukum harus dipercepat.

    Banjir dan longsor yang menelan banyak korban menjadi pengingat keras bahwa hutan bukan sekadar bentang alam tetapi dia adalah pelindung utama kehidupan.

    Dalam konteks ini, tugas Menteri Kehutanan sebagaimana amanat regulasi menjadi garda depan menekan risiko bencana yang dipicu kerusakan lingkungan.

    Jakarta: Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat kembali membuka luka lama yakni hutan yang kian gundul. 
     
    Setiap tahun, kawasan hutan di Sumatera terus tergerus. Dampaknya? Curah hujan yang cukup deras memicu banjir bandang dan longsor yang merusak permukiman, infrastruktur, dan menelan korban jiwa.
     
    Di tengah kondisi ini, sorotan publik kembali mengarah pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terutama pada tugas strategis Menteri Kehutanan dalam mengelola kawasan hutan Indonesia.
    Mengapa tugas menteri kehutanan begitu krusial?
    Mengacu pada Peraturan Menteri LHK No. 15 Tahun 2021, Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup memiliki tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan untuk membantu Presiden dalam menjaga kelestarian hutan Indonesia.

    Tugas itu mencakup mulai dari pemantapan kawasan hutan, konservasi sumber daya alam, hingga pengendalian kerusakan lingkungan. Sebuah amanah yang semakin berat ketika kerusakan hutan langsung berkelindan dengan tingginya risiko bencana.
     

    Hutan gundul Sumatera dan efek domino bencana
    Longsor dan banjir di Aceh, Sumut, hingga Sumbar bukan hanya soal cuaca ekstrem. Banyak wilayah yang seharusnya menjadi daerah resapan air kini berubah menjadi lahan kebun sawit.
     
    Saat pepohonan hilang tanah kehilangan kemampuan mengikat air, sungai meluap lebih cepat, lereng pegunungan menjadi rapuh dan mudah longsor.
     
    Inilah contoh nyata mengapa tugas pengelolaan dan rehabilitasi hutan menjadi urusan yang tak bisa ditunda.
    Tugas utama Menteri Kehutanan
    Merangkum berbagai sumber berikut tugas menteri kehutanan yang relevan dengan upaya mencegah bencana ekologis:
     
    1. Merumuskan kebijakan kehutanan
     
    Meliputi pemantapan kawasan hutan, konservasi, pengelolaan hutan produksi lestari, hingga meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai (DAS).
     
    2. Mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan
     
    Termasuk memastikan pemanfaatan hutan tidak merusak ekosistem, menjaga keseimbangan lingkungan, dan melindungi kawasan kunci seperti hulu sungai.
     
    3. Mengendalikan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim
     
    Mulai dari pencemaran, kerusakan DAS, hingga mitigasi risiko iklim yang memperparah bencana hidrometeorologi.
     
    4. Penegakan hukum di bidang kehutanan
     
    Pemberantasan illegal logging, alih fungsi lahan ilegal, hingga perdagangan kayu ilegal yang selama ini menjadi penyebab utama hutan gundul.
     
    5. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan
     
    Karhutla bukan hanya merusak hutan, tetapi meninggalkan tanah tandus yang memperbesar risiko longsor.
    Bencana Sumatera jadi alarm
    Kerusakan hutan di Sumatera kini bukan lagi isu jangka panjang, tapi ancaman nyata bagi keselamatan warga. Rehabilitasi hutan, pengawasan berlapis, dan penegakan hukum harus dipercepat.
     
    Banjir dan longsor yang menelan banyak korban menjadi pengingat keras bahwa hutan bukan sekadar bentang alam tetapi dia adalah pelindung utama kehidupan.
     
    Dalam konteks ini, tugas Menteri Kehutanan sebagaimana amanat regulasi menjadi garda depan menekan risiko bencana yang dipicu kerusakan lingkungan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (ANN)

  • Hutan Gundul Picu Banjir Sumatera, Apa Saja Tugas Menteri Kehutanan Indonesia?

    Hutan Gundul Picu Banjir Sumatera, Apa Saja Tugas Menteri Kehutanan Indonesia?

    Jakarta: Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat kembali membuka luka lama yakni hutan yang kian gundul. 

    Setiap tahun, kawasan hutan di Sumatera terus tergerus. Dampaknya? Curah hujan yang cukup deras memicu banjir bandang dan longsor yang merusak permukiman, infrastruktur, dan menelan korban jiwa.

    Di tengah kondisi ini, sorotan publik kembali mengarah pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terutama pada tugas strategis Menteri Kehutanan dalam mengelola kawasan hutan Indonesia.
    Mengapa tugas menteri kehutanan begitu krusial?
    Mengacu pada Peraturan Menteri LHK No. 15 Tahun 2021, Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup memiliki tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan untuk membantu Presiden dalam menjaga kelestarian hutan Indonesia.

    Tugas itu mencakup mulai dari pemantapan kawasan hutan, konservasi sumber daya alam, hingga pengendalian kerusakan lingkungan. Sebuah amanah yang semakin berat ketika kerusakan hutan langsung berkelindan dengan tingginya risiko bencana.
     

    Hutan gundul Sumatera dan efek domino bencana
    Longsor dan banjir di Aceh, Sumut, hingga Sumbar bukan hanya soal cuaca ekstrem. Banyak wilayah yang seharusnya menjadi daerah resapan air kini berubah menjadi lahan kebun sawit.

    Saat pepohonan hilang tanah kehilangan kemampuan mengikat air, sungai meluap lebih cepat, lereng pegunungan menjadi rapuh dan mudah longsor.

    Inilah contoh nyata mengapa tugas pengelolaan dan rehabilitasi hutan menjadi urusan yang tak bisa ditunda.
    Tugas utama Menteri Kehutanan
    Merangkum berbagai sumber berikut tugas menteri kehutanan yang relevan dengan upaya mencegah bencana ekologis:

    1. Merumuskan kebijakan kehutanan

    Meliputi pemantapan kawasan hutan, konservasi, pengelolaan hutan produksi lestari, hingga meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai (DAS).

    2. Mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan

    Termasuk memastikan pemanfaatan hutan tidak merusak ekosistem, menjaga keseimbangan lingkungan, dan melindungi kawasan kunci seperti hulu sungai.

    3. Mengendalikan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim

    Mulai dari pencemaran, kerusakan DAS, hingga mitigasi risiko iklim yang memperparah bencana hidrometeorologi.

    4. Penegakan hukum di bidang kehutanan

    Pemberantasan illegal logging, alih fungsi lahan ilegal, hingga perdagangan kayu ilegal yang selama ini menjadi penyebab utama hutan gundul.

    5. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan

    Karhutla bukan hanya merusak hutan, tetapi meninggalkan tanah tandus yang memperbesar risiko longsor.
    Bencana Sumatera jadi alarm
    Kerusakan hutan di Sumatera kini bukan lagi isu jangka panjang, tapi ancaman nyata bagi keselamatan warga. Rehabilitasi hutan, pengawasan berlapis, dan penegakan hukum harus dipercepat.

    Banjir dan longsor yang menelan banyak korban menjadi pengingat keras bahwa hutan bukan sekadar bentang alam tetapi dia adalah pelindung utama kehidupan.

    Dalam konteks ini, tugas Menteri Kehutanan sebagaimana amanat regulasi menjadi garda depan menekan risiko bencana yang dipicu kerusakan lingkungan.

    Jakarta: Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat kembali membuka luka lama yakni hutan yang kian gundul. 
     
    Setiap tahun, kawasan hutan di Sumatera terus tergerus. Dampaknya? Curah hujan yang cukup deras memicu banjir bandang dan longsor yang merusak permukiman, infrastruktur, dan menelan korban jiwa.
     
    Di tengah kondisi ini, sorotan publik kembali mengarah pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terutama pada tugas strategis Menteri Kehutanan dalam mengelola kawasan hutan Indonesia.
    Mengapa tugas menteri kehutanan begitu krusial?
    Mengacu pada Peraturan Menteri LHK No. 15 Tahun 2021, Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup memiliki tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan untuk membantu Presiden dalam menjaga kelestarian hutan Indonesia.

    Tugas itu mencakup mulai dari pemantapan kawasan hutan, konservasi sumber daya alam, hingga pengendalian kerusakan lingkungan. Sebuah amanah yang semakin berat ketika kerusakan hutan langsung berkelindan dengan tingginya risiko bencana.
     

    Hutan gundul Sumatera dan efek domino bencana
    Longsor dan banjir di Aceh, Sumut, hingga Sumbar bukan hanya soal cuaca ekstrem. Banyak wilayah yang seharusnya menjadi daerah resapan air kini berubah menjadi lahan kebun sawit.
     
    Saat pepohonan hilang tanah kehilangan kemampuan mengikat air, sungai meluap lebih cepat, lereng pegunungan menjadi rapuh dan mudah longsor.
     
    Inilah contoh nyata mengapa tugas pengelolaan dan rehabilitasi hutan menjadi urusan yang tak bisa ditunda.
    Tugas utama Menteri Kehutanan
    Merangkum berbagai sumber berikut tugas menteri kehutanan yang relevan dengan upaya mencegah bencana ekologis:
     
    1. Merumuskan kebijakan kehutanan
     
    Meliputi pemantapan kawasan hutan, konservasi, pengelolaan hutan produksi lestari, hingga meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai (DAS).
     
    2. Mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan
     
    Termasuk memastikan pemanfaatan hutan tidak merusak ekosistem, menjaga keseimbangan lingkungan, dan melindungi kawasan kunci seperti hulu sungai.
     
    3. Mengendalikan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim
     
    Mulai dari pencemaran, kerusakan DAS, hingga mitigasi risiko iklim yang memperparah bencana hidrometeorologi.
     
    4. Penegakan hukum di bidang kehutanan
     
    Pemberantasan illegal logging, alih fungsi lahan ilegal, hingga perdagangan kayu ilegal yang selama ini menjadi penyebab utama hutan gundul.
     
    5. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan
     
    Karhutla bukan hanya merusak hutan, tetapi meninggalkan tanah tandus yang memperbesar risiko longsor.
    Bencana Sumatera jadi alarm
    Kerusakan hutan di Sumatera kini bukan lagi isu jangka panjang, tapi ancaman nyata bagi keselamatan warga. Rehabilitasi hutan, pengawasan berlapis, dan penegakan hukum harus dipercepat.
     
    Banjir dan longsor yang menelan banyak korban menjadi pengingat keras bahwa hutan bukan sekadar bentang alam tetapi dia adalah pelindung utama kehidupan.
     
    Dalam konteks ini, tugas Menteri Kehutanan sebagaimana amanat regulasi menjadi garda depan menekan risiko bencana yang dipicu kerusakan lingkungan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (ANN)