provinsi: Sumatera Utara

  • Polres Humbahas Tangkap Karyawan Gelapkan Uang Koperasi Rp1,3 Miliar

    Polres Humbahas Tangkap Karyawan Gelapkan Uang Koperasi Rp1,3 Miliar

    MEDAN – Kepolisian Resor (Polres) Humbang Hasundutan (Humbahas) menangkap seorang karyawan pria berinisial DH (51) yang diduga menggelapkan uang nasabah Koperasi CU RP sebesar Rp1,3 miliar.

    “Tersangka DH merupakan karyawan yang bekerja sebagai kasir di CU RP, diduga memanfaatkan posisinya untuk melakukan pencatatan palsu,” ujar Kapolres Humbahas AKBP Hary Ardianto dilansir ANTARA, Jumat, 10 Januari.

    Hary mengatakan kasus ini bermula dari sejumlah laporan yang diterima pihak kepolisian, di antaranya, LP/B/76/X/2023, tertanggal 20 Oktober 2023, dari pelapor Lamro Agave Meha, LP/B/83/XI/2023, tertanggal 3 November 2023, dari pelapor Agustina Hasugian dan LP/B/1388/XI/2023, tertanggal 20 November 2023, dari pelapor Lewinton Hasugian.

    Kemudian, Polres Humbahas mengeluarkan surat panggilan dan surat perintah penahanan terhadap DH, untuk dilakukan penahanan terhadap terduga penggelapan tersebut, kemudian dilakukan penangkapan pada Kamis (9/1).

    “Dari hasil interogasi, diduga tersangka memanfaatkan posisinya untuk melakukan pencatatan palsu.Modus ini memudahkan tersangka mengalihkan dana nasabah ke rekening pribadinya tanpa sepengetahuan pemilik dana,” ucap Hary.

    Kapolres mengatakan tersangka dijerat dengan Pasal 374 KUHP tentang Penggelapan dalam Jabatan, subsider Pasal 372 KUHP dengan ancaman hukuman mencapai empat tahun penjara.

    Proses penyelidikan sudah memasuki tahap akhir, dan berkas perkara segera dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Humbang Hasundutan.

    “Kami telah mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan menetapkan DH sebagai tersangka. Kami berkomitmen menyelesaikan kasus ini secepatnya,” ujarnya.

    Kasus ini memicu kemarahan para nasabah CU RP. Mereka merasa dikhianati oleh pengelola keuangan yang seharusnya menjaga dana mereka karena meminta keadilan serta pengembalian uang mereka yang hilang.

  • Siswa SD di Medan Dihukum Guru Belajar di Lantai karena Belum Bayar SPP Medan 10 Januari 2025

    Siswa SD di Medan Dihukum Guru Belajar di Lantai karena Belum Bayar SPP

    Medan

    10 Januari 2025

  • Respons Disdikbud Medan soal Siswa SD Dihukum Duduk di Lantai, Sudah Meminta Klarifikasi

    Respons Disdikbud Medan soal Siswa SD Dihukum Duduk di Lantai, Sudah Meminta Klarifikasi

    Liputan6.com, Medan – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Medan merespons persoalan yang dialami seorang siswa Sekolah Dasar (SD) dihukum guru duduk di lantai kelas saat belajar karena disebut-sebut nunggak uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).

    Kepala Disdikbud Medan, Benny Sinomba Siregar, saat dihubungi Liputan6.com via WhatsApp, Jumat, 10 Januari 2025, terkait persoalan itu mengatakan, atas pemberitaan yang ada di media massa tentang permasalahan yang terjadi di SD Swasta Abdi Sukma, pihaknya telah meminta klarifikasi kepada kepala sekolah.

    “Awal muasal permasalahan adalah karena orangtua tidak mengambil rapor sampai pada awal masuk sekolah semester genap. Bukan karena masalah uang sekolah seperti yang ada di berita,” kata Benny, menjawab pertanyaan Liputan6.com via WhatsApp.

    Lalu, Benny juga menulis pada pesan WhatsApp, terkait persoalan yang dialami MI, siswa kelas IV, karena tidak mengambil rapor, kemudian guru kelas memberi hukuman ke siswa untuk belajar di lantai.

    “Mendengar dan melihat anaknya disuruh belajar dengan duduk di lantai, mamanya merasa keberatan dan marah ke guru kelasnya, tanpa melapor ke kepala sekolah terlebih dahulu,” ujarnya.

  • Siswa SD di Medan Dihukum Guru Duduk di Lantai karena Menunggak SPP, Kepala Sekolah: Miskomunikasi

    Siswa SD di Medan Dihukum Guru Duduk di Lantai karena Menunggak SPP, Kepala Sekolah: Miskomunikasi

    Disebutkan Juli, wali kelas yang menghukum MI untuk duduk di lantai mengikuti pelajaran karena menunggak uang SPP tersebut membuat peraturan sendiri, tanpa ada konfirmasi ke pihaknya terlebih dahulu.

    “Buat peraturan sendiri di kelas, kalau anak tidak ada menerima rapor tidak boleh menerima pelajaran. Dihukum duduk di lantai saat pelajaran berlangsung, tanpa kompromi dengan pihak sekolah,” sebutnya.

    Juli sudah memanggil wali murid dan wali kelas secara langsung. Permasalahan ini sudah diselesaikan pada hari itu juga. Sebagai kepala sekolah, Juli juga sudah meminta maaf dengan orangtua siswa tersebut.

    Disinggung apakah ada tindakan tegas terhadap wali kelas yang menghukum MI, Juli mengaku pihaknya belum bisa memutuskan secara langsung. Dirinya sudah melakukan rapat dengan guru-guru.

    “Pihak yayasan sudah beri peringatan, tertulis. Pekan depan kita rapat lagi dengan Ketua Yayasan dan Bendahara, untuk memutuskan sanksi,” ujarnya.

  • Viral Siswa SD di Medan Dihukum Duduk di Lantai karena Belum Bayar SPP, Bikin Miris!

    Viral Siswa SD di Medan Dihukum Duduk di Lantai karena Belum Bayar SPP, Bikin Miris!

    Liputan6.com, Medan – Video yang memperlihatkan seorang siswa Sekolah Dasar (SD) di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), dihukum oknum guru duduk di lantai untuk mengikuti pelajaran viral di platform media sosial Instagram.

    Informasi dihimpun Liputan6.com, Jumat, 10 Januari 2025, siswa tersebut berinisial MI. Bocah berusia 10 tahun itu dihukum oknum guru duduk di lantai karena menunggak uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) selama 3 bulan.

    Orang tua MI, Kamelia (38) mengatakan, peristiwa itu viral di media sosial setelah dirinya merekam lalu membagikan ke akun media sosial mengenai apa yang dialami anaknya. Kamelia merekam peristiwa itu pada Rabu, 8 Januari 2025.

    MI diketahui bersekolah di SD Swasta Abdi Sukma, Jalan STM, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan. Kamelia tak menampik masih menunggak uang SPP, namun sudah meminta dispensasi kepada kepala sekolah.

    “Jadi, sebelum Natal anak saya ujian. Saya memang belum bayar uang sekolah si abang dan adiknya, masing-masing tiga bulan. Minta dispensasi kepada kepala sekolah. Alhamdulillah dikasih, dan ikut ujian,” Kamelia menjelaskan kepada para wartawan di kediamannya, Jalan Brigjen Katamso, Gang Jarak, Medan.

    Usai ujian, sekolah tempat anaknya mengenyam pendidikan itu pun melakukan pembagian rapor. Kamelia tidak mengambil rapor MI karena sedang sakit, dan uang SPP juga masih belum lunas. Lalu sekolah libur sampai 6 Januari 2025.

    “Saat itu saya sedang sakit, makanya enggak bisa ke sekolah,” ungkapnya.

     

  • Kisah Pilu Siswa SD di Medan Duduk di Lantai Bak Pajangan Karena Nunggak SPP, Ibu Ungkap Kronologis – Halaman all

    Kisah Pilu Siswa SD di Medan Duduk di Lantai Bak Pajangan Karena Nunggak SPP, Ibu Ungkap Kronologis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, MEDAN – Viral siswa kelas IV Sekolah Dasar (SD) berinisial MI (10) disuruh duduk di lantai selama menjalani proses belajar mengajar di sekolah milik sebuah yayasan di Kota Medan, Sumatera Utara.

    MI dilarang mengikuti proses belajar mengajar di kelas oleh gurunya karena menunggak uang sekolah selama tiga bulan.

    Ia disuruh duduk di lantai keramik di hadapan rekannya sejak tanggal 6 Januari hingga 8 Januari dari pagi sampai jam belajar selesai.

    Videonya pun beredar luas hingga viral di media sosial.

    Menyikapi apa yang terjadi terhadap anaknya, Kamelia (38) tak kuasa membendung air matanya.

    Betapa pedih hatinya melihat anaknya duduk di lantai kelas tak boleh ikut proses belajar mengajar.

    Emosinya meledak-ledak saking sedihnya melihat langsung putranya, pada Rabu 8 Januari diperlakukan seperti itu oleh seorang guru yayasan hanya gara-gara menunggak uang sekolah selama tiga bulan.

    Isak tangis penuh emosi pun ia luapkan karena anaknya diperlakukan seperti pajangan, yakni duduk di lantai, tak boleh belajar dan ditonton kawan sekelas.

    “Saya sempat nangis ‘Ya Allah kok begini sekali’ sampai saya ke pintu kelas. Saya lihat anak saya memang duduk di lantai. Saya bilang kejam sekali gurumu, nak,” kata Kamelia dijumpai di kediamannya Jalan Brigjen Katamso, Gang Jarak, Kota Medan, Jumat (10/1/2025).

    Bahkan, ibu yang bekerja sebagai relawan ini merasa bersalah akibat anaknya seolah dihinakan lantaran nunggak SPP.

    Kepada wali kelas berinisial HRYT, seharusnya Kamelia sebagai orang tua yang dihukum karena tak bisa bayar uang sekolah, bukan anaknya. 

    “Kalau mau menghukum, jangan dia. Saya saja, dia kan cuma mau belajar. Anak saya jalan dari rumah ke sekolah Abdi Sukma,” katanya.

    Kamelia memang tidak memiliki pekerjaan tetap.

    Ia merupakan relawan di Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (JPKP) aktif membantu mendampingi seorang pasien yang kesulitan dalam administrasi.

    Sedangkan suaminya, bekerja sebagai kuli bangunan yang merantau.

    Ia mengungkap kenapa dirinya belum membayar biaya sekolah anaknya yaitu karena dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebesar Rp 450 ribu belum cair.

    Selama ini, uang sekolah anaknya dibayar menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).

    “Pokoknya, enam bulan dibiayai pakai dana bos, 6 bulan bayar dari Juli sampai Desember. Kalau cair, 450.000 itu saya habiskan untuk biaya sekolah, gak pernah saya ambil,” katanya.

    Kronologis Kejadian

    Sebelum anaknya disuruh duduk di lantai dan tak boleh ikut pelajaran, Kamelia sempat meminta dispensasi kepada wali kelasnya supaya putranya bisa ikut ujian semester pada Desember 2024 lalu.

    Permohonan keringanan ini karena ia tidak punya uang ditambah sedang sakit.

    Kemudian, pihak sekolah mengizinkan anaknya ujian meski saat pembagian rapor tak dibolehkan mengambil.

    Ketika masa libur sekolah, sempat ada pengumuman melalui grup WhatsApp yang menyatakan bagi siswa yang belum melunasi uang SPP, uang buku, dan remedial dilarang ikut belajar mengajar lagi.

    Namun pernyataan tersebut dikira Kamelia hanya sekadar imbauan, tidak akan diterapkan.

    Sampailah pada tanggal 6 Januari kemarin, awal mula proses belajar mengajar setelah libur semester.

    Hari pertama masuk sekolah, MI langsung duduk di lantai.

    Namun ia tidak menceritakan kepada orang tuanya.

    Lalu esok harinya, Selasa 7 Januari, masuk pengumuman serupa.

    “Ibu-ibu mohon kerja samanya yang belum menerima raport ataupun belum lunas SPP dan membayar uang buku mohon datang ke sekolah karena tidak dibenarkan anaknya mengikuti pelajaran kalau itu belum selesai,” ujar Kamelia menirukan.

    Karena ada pengumuman tersebut, Kamelia mengirimkan pesan suara kepada guru kalau ia belum bisa datang dan esok harinya baru bisa.

    Alasan lainnya, ia yang sebagai relawan di Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (JPKP) sedang membantu mendampingi seorang pasien.

    “Akhirnya saya voice note, saya izin belum bisa datang. Itulah rencana saya rabunya saya datang karena ada pasien urgent, kan dari semalam berkas belum selesai,” katanya.

    Sesampainya Rabu 8 Januari, pagi ia hendak datang ke sekolah.

    Namun sebelum datang, ia menyuruh anaknya berangkat ke sekolah lebih dahulu. Ia akan menyusul kemudian karena mau menjual ataupun menggadaikan handphonenya supaya bisa bayar uang sekolah.

    Di sinilah bocah 10 tahun tersebut mulai mengadu ke ibunya kalau dia disuruh duduk di lantai karena belum melunasi tunggakan.

    Tidak langsung percaya. Kamelia sempat mengira anaknya berbohong dan hukuman yang diberikan gurunya karena tak mengerjakan tugas.

    Rupanya ketika ia datang ke sekolah, Kamelia didatangi kawan-kawan anaknya dan meminta dirinya mengambil rapor karena gak tega korban dihukum.

    “Waktu di gerbang kawannya itu mengejar saya, memegang tangan saya dan bilang supaya saya mengambil rapor anaknya karena dia duduk di semen,” ungkapnya.

    Usai video pelajar duduk di lantai dan dilarang belajar, sejumlah donatur datang memberikan bantuan.

    Uang sekolah yang tertunggak, kata Kamelia mau dilunasi para relawan yang datang.

    Kepsek yayasan Abdi Sukma Kota Medan juga sempat datang ke rumahnya.

    Namun tidak guru berinisial HRYT.

    “Dari tadi ada relawan datang kepala sekolah juga sempat datangi saya dan bilang masalah uang sekolah nggak usah dipikirkan,” katanya.

    Penjelasan Sekolah

    Kepala Sekolah Abdi Sukma, Juli Sari, menjelaskan, awalnya dirinya tidak mengetahui siswa kelas 4 SD tersebut duduk di lantai saat proses belajar mengajar di sekolah.

    Dikatakan Juli, pihak yayasan, tidak pernah mengeluarkan kebijakan siswa yang belum bayar SPP untuk duduk di lantai. 

    “Jadi sebenarnya ada miskomunikasi. Saya juga baru mengetahui siswa tersebut didudukkan di lantai setelah wali muridnya datang ke sekolah menemui saya sambil menangis,” kata dia dikutip dari Tribun Medan, Jumat.

    Diakui Juli, siswa tersebut belum melunasi SPP dan karena itu belum dapat menerima rapot. 

    “Sebenarnya anak itu tidak menerima rapot karena belum melunasi SPP. Tapi tidak jadi permasalahan sebenarnya dan tetap bisa mengikuti pelajaran,” terangnya.

    Hanya saja, kata Juli, miskomunikasi terjadi antara dirinya dan wali kelas.

    Menurutnya, wali kelas tersebut membuat peraturan sendiri tanpa ada konfirmasi ke dia terlebih dahulu. 

    “Wali kelasnya membuat peraturan sendiri di kelasnya bahwa kalau anak tidak ada menerima rapot tidak boleh menerima pelajaran dan mendudukkan siswa tersebut di lantai saat pelajaran berlangsung, tanpa kompromi dengan pihak sekolah,” terangnya. 

    Juli mengaku sudah melakukan pemanggilan terhadap wali murid dan wali kelas secara langsung.

    Sebagai kepala sekolah, dia sudah meminta maaf kepada orangtua siswa tersebut.

    “Saya sebagai kepala sekolah sudah memohon maaf sama orangtua sudah selesai sebenarnya permasalahan ini,” terangnya.

    Untuk tindakan tegas terhadap wali kelas, kata Juli pihaknya belum bisa memutuskan secara langsung. 

    Senin pekan depan, sekolah akan melakukan rapat kembali dengan ketua yayasan dan bendahara untuk memutuskan sanksi kepada wali kelas tersebut.

    Pihak sekolah juga sudah menurunkan tim relawan untuk datang ke rumah siswa tersebut.

    Penulis: Fredy Santoso

  • Belum Lama Pecat Jokowi, Megawati Soekarnoputri: Mundur Wae, Jadi Paling Tidak Ada Kehormatan, Daripada Dipecat

    Belum Lama Pecat Jokowi, Megawati Soekarnoputri: Mundur Wae, Jadi Paling Tidak Ada Kehormatan, Daripada Dipecat

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri tidak henti-hentinya mengingatkan kadernya untuk memilih mundur jika merasa sudah tidak sejalan dengan perjuangan PDIP.

    Bahkan dia menyebut, kader PDIP yang tidak setia dan disiplin mewujudkan cita-cita partai agar mengundurkan diri.

    Sebab, kata Megawati, mundur dari PDIP lebih terhormat dibandingkan kader dipecat setelah tidak sejalan dengan cita-cita partai. Pernyataan Megawati itu disampaikan dalam pidatonya di perayaan HUT ke-52 PDIP, pada Jumat (10/1).

    “Sekarang sudah, bagi yang enggak senang di sini mundur, wae, begitu, lo, jadi paling tidak ada kehormatan begitu, lo, daripada dipecat,” kata Megawati, dilansir jpnn, Jumat.

    Diketahui, Megawati berbicara soal mundur lebih terhormat daripada dipecat hanya kurang dari sebulan sejak PDIP mengumumkan pemecatan mantan Presiden Joko Widodo.

    Selain Jokowi, PDIP juga mengumumkan pemecatan ke anak dan menantu eks Gubernur Jakarta itu, yakni Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming hingga Gubernur terpilih Sumatera Utara Bobby Nasution dari PDIP.

    Megawati mengaku sering berbicara soal mundur yang lebih terhormat ketimbang dipecat jika sudah tidak satu cita-cita dengan PDIP.

    “Saya makanya sekarang setiap kali ngomong begitu, ya, enggak apa-apa, orang sudah enggak senang lagi, kok, disuruh nongkrong (di PDIP, red),” lanjut Putri Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno itu.

    Megawati melanjutkan cita-cita di PDIP selama ini berjuang untuk rakyat. Bagi kader yang tidak suka silakan keluar dari partai berlambang Banteng moncong putih.

  • 3 Begal yang Serang Warga Pulang Kerja di Medan Ditangkap 
                
                    
                        
                            Medan
                        
                        10 Januari 2025

    3 Begal yang Serang Warga Pulang Kerja di Medan Ditangkap Medan 10 Januari 2025

    3 Begal yang Serang Warga Pulang Kerja di Medan Ditangkap
    Tim Redaksi
    MEDAN, KOMPAS.com
    – Polisi menangkap tiga pria yang membegal warga bernama
    Ismail Pulungan
    di Jalan Brigjen Hamid, Kota Medan, pada Jumat (3/1/2025).
    Kepala Polrestabes Medan Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, ketiga pelaku berinisial B (23), GR (18), dan R (18).
    B dan GR ditangkap di Jalan Besar Delitua pada Selasa (7/1/2025), sementara R ditangkap di kos-kosan di Jalan Sei Muara pada Kamis (9/1/2025).
    “Hasil interogasi pelaku, mereka beraksi enam orang. Jadi, ada tiga pelaku lainnya yang diburu,” kata Gidion saat menggelar konferensi pers di Jalan Brigjen Hamid pada Jumat (10/1/2025).
    “Sepeda motor korban berhasil diamankan dan nanti akan dikembalikan,” katanya.
    Dia menyampaikan hasil pemeriksaan menunjukkan komplotan
    begal
    ini sudah beraksi sebanyak lima kali sebelumnya.
    Modusnya adalah dengan menyerang korban menggunakan
    senjata tajam
    .
    Adapun pihaknya masih melakukan pengembangan terkait ke mana saja sepeda motor hasil curian itu dijual.
    Selain itu, mereka juga menyelidiki untuk apa uang hasil curian tersebut digunakan.
    “Jadi, mereka ini sudah sering beraksi. Tentunya kami akan dalami lagi jaringan ini,” tuturnya.
    Sebelumnya diberitakan, Kepala Unit Reskrim Polsek Delitua AKP Maruli Tua Siregar mengatakan, korban dibegal sekitar pukul 02.30 WIB.
    “Saat itu, korban baru pulang kerja dan hendak ke rumahnya. Setibanya di lokasi, dia diserang enam orang yang mengendarai tiga sepeda motor,” kata Maruli kepada Kompas.com melalui saluran telepon pada Selasa (7/1/2025).
    Korban mengaku diancam menggunakan senjata tajam sehingga korban ketakutan dan para pelaku berhasil merampas sepeda motornya.
    Setelah itu, para pelaku melarikan diri. Setelah kejadian itu, korban membuat laporan ke Polsek Delitua. Sampai saat ini, polisi masih menyelidiki kasus tersebut.
    Sejumlah saksi dan kamera CCTV sedang diperiksa untuk mengidentifikasi para pelaku.
    “Korban tak menderita luka apa pun, tetapi motornya dirampas,” ujar Maruli.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Program Terbaru Berita Satu Ruang Tengah Tayang Mulai 13 Januari Pukul 06.00 WIB

    Program Terbaru Berita Satu Ruang Tengah Tayang Mulai 13 Januari Pukul 06.00 WIB

    Jakarta, Beritasatu.com – Untuk menemani pemirsa setia Berita Satu memulai aktivitasnya pada pagi hari, Berita Satu kembali menghadirkan program terbaru yaitu Ruang Tengah.

    Ruang Tengah merupakan sebuah variety show yang berisi talkshow, games seru, dan juga informasi terhangat seputar current issue yang dikemas secara ringan, fresh, dan juga menghibur.

    Dipandu oleh Kamal Rasyid, seorang penyiar radio, presenter yang tingkah lakunya selalu mengundang gelak tawa dan Astrini Putri, model cantik yang berwawasan luas, keduanya akan seru-seruan bareng bersama dengan para bintang tamu dan narasumber yang akan diundang langsung ke studio Berita Satu.

    Obrolan-obrolan yang akan tercipta dari Ruang Tengah tentunya akan memberikan ide-ide serta inspirasi baru bagi pemirsa setia Berita Satu.

    Saksikan Ruang Tengah di Berita Satu mulai 13 Januari 2025 setiap Senin hingga Jumat pukul 06.00 WIB.

    BTV bisa disaksikan di kanal 26 untuk Jabodetabek, Cilegon, Serang, kanal 29 untuk Bandung dan Palembang, kanal 35 untuk Yogyakarta dan Surakarta, kanal 38 untuk Balikpapan, kanal 39 untuk Semarang, kanal 30 untuk Banjarmasin, kanal 31 untuk Lebak, kanal 32 untuk Surabaya, kanal 34 untuk Medan dan kanal 48 untuk Batam.

    Ayo follow akun media sosial BTV @btvidofficial (IG, Tiktok, Facebook,Twitter), serta subscribe channel Youtubenya di @BeritaSatuChannel. Kini, Berita Satu kembali menghadirkan program terbaru yaitu Ruang Tengah. 
     

  • Punya Gedung Perpustakaan Tertinggi di Dunia, Perpusnas Dianugerahi Rekor Muri

    Punya Gedung Perpustakaan Tertinggi di Dunia, Perpusnas Dianugerahi Rekor Muri

    Jakarta: Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia meraih penghargaan sebagai Gedung Perpustakaan Tertinggi di dunia dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).

    Penghargaan diterima Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, dari Jaya Suprana selaku CEO MURI di MURI Indonesia, Gedung Jaya Suprana Institute, Jakarta Utara, Rabu, 8 Januari 2024.

    “Penghargaan ini menjadi tantangan bagi Perpusnas yang mengandung pesan mendalam bahwa gedung perpustakaan bukan sekadar bangunan fisik. Secara fisik memang sudah diakui, tetapi apa di situ kegiatannya, apa isinya, apa yang menjadi aktivitasnya itu lebih penting,” kata Aminudin di Jakarta, Jumat, 10 Januari 2024.
     

    Menurut Aminudin, gedung dengan tinggi 126,3 meter tersebut harus mampu menunjukkan jiwanya melalui kegiatan yang meningkatkan martabat serta memberikan inspirasi untuk masyarakat.

    “Hal ini adalah poin yang sangat penting bagi kawan-kawan di Perpusnas,” jelasnya.

    Gedung Perpusnas berlokasi di Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 11, Jakarta Pusat. Gedung dengan 24 lantai ini menjadi simbol kemajuan literasi dan pusat pengetahuan bagi bangsa.

    Perpusnas memiliki beberapa layanan, di antaranya koleksi anak, lansia dan disabilitas di lantai tujuh, layanan naskah kuno Nusantara di lantai sembilan, layanan multimedia di lantai 19, layanan monograf terbuka di lantai 21-22, serta layanan koleksi budaya Nusantara dan ruang santai eksekutif atau executive lounge di lantai 24.

    Di lantai tujuh, terdapat berbagai koleksi bagi pemustaka lansia dan penyandang disabilitas yang dilengkapi sarana, seperti perangkat pembesar, pembaca teks, pemutar buku digital, dan komputer dengan buku audio bagi pemustaka tunanetra, sedangkan layanan koleksi anak dilengkapi komputer belajar dan panggung bercerita untuk membiasakan kegemaran membaca sejak dini.

    Di lantai sembilan, tersimpan kekayaan literatur Nusantara melalui naskah-naskah kuno yang penuh nilai sejarah. Sementara lantai 19 menyediakan layanan multimedia canggih untuk eksplorasi informasi digital. Layanan monograf terbuka di lantai 21 dan 22 menghadirkan beragam koleksi buku.

    Sementara itu, di lantai 24 menyajikan beragam informasi pengetahuan tentang kekayaan koleksi budaya Nusantara dan ruang santai eksekutif yang menyajikan lanskap Monumen Nasional (Monas).

    Berdasarkan data Perpusnas, setiap harinya hampir seribu pemustaka atau pengunjung perpustakaan yang memanfaatkan layanan di gedung tersebut.

     

    Jakarta: Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia meraih penghargaan sebagai Gedung Perpustakaan Tertinggi di dunia dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).
     
    Penghargaan diterima Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, dari Jaya Suprana selaku CEO MURI di MURI Indonesia, Gedung Jaya Suprana Institute, Jakarta Utara, Rabu, 8 Januari 2024.
     
    “Penghargaan ini menjadi tantangan bagi Perpusnas yang mengandung pesan mendalam bahwa gedung perpustakaan bukan sekadar bangunan fisik. Secara fisik memang sudah diakui, tetapi apa di situ kegiatannya, apa isinya, apa yang menjadi aktivitasnya itu lebih penting,” kata Aminudin di Jakarta, Jumat, 10 Januari 2024.
     

    Menurut Aminudin, gedung dengan tinggi 126,3 meter tersebut harus mampu menunjukkan jiwanya melalui kegiatan yang meningkatkan martabat serta memberikan inspirasi untuk masyarakat.

    “Hal ini adalah poin yang sangat penting bagi kawan-kawan di Perpusnas,” jelasnya.
     
    Gedung Perpusnas berlokasi di Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 11, Jakarta Pusat. Gedung dengan 24 lantai ini menjadi simbol kemajuan literasi dan pusat pengetahuan bagi bangsa.
     
    Perpusnas memiliki beberapa layanan, di antaranya koleksi anak, lansia dan disabilitas di lantai tujuh, layanan naskah kuno Nusantara di lantai sembilan, layanan multimedia di lantai 19, layanan monograf terbuka di lantai 21-22, serta layanan koleksi budaya Nusantara dan ruang santai eksekutif atau executive lounge di lantai 24.
     
    Di lantai tujuh, terdapat berbagai koleksi bagi pemustaka lansia dan penyandang disabilitas yang dilengkapi sarana, seperti perangkat pembesar, pembaca teks, pemutar buku digital, dan komputer dengan buku audio bagi pemustaka tunanetra, sedangkan layanan koleksi anak dilengkapi komputer belajar dan panggung bercerita untuk membiasakan kegemaran membaca sejak dini.
     
    Di lantai sembilan, tersimpan kekayaan literatur Nusantara melalui naskah-naskah kuno yang penuh nilai sejarah. Sementara lantai 19 menyediakan layanan multimedia canggih untuk eksplorasi informasi digital. Layanan monograf terbuka di lantai 21 dan 22 menghadirkan beragam koleksi buku.
     
    Sementara itu, di lantai 24 menyajikan beragam informasi pengetahuan tentang kekayaan koleksi budaya Nusantara dan ruang santai eksekutif yang menyajikan lanskap Monumen Nasional (Monas).
     
    Berdasarkan data Perpusnas, setiap harinya hampir seribu pemustaka atau pengunjung perpustakaan yang memanfaatkan layanan di gedung tersebut.
     
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DEN)