Belum Terjadwal, Retreat Kedua Kepala Daerah Tunggu Arahan Prabowo
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kementerian Dalam Negeri masih menunggu arahan dari Presiden
Prabowo Subianto
untuk menggelar orientasi atau
retreat kedua
bagi 52
kepala daerah
.
Wakil Menteri Dalam Negeri
Bima Arya
mengatakan, retreat kedua sudah terkonsep dan telah mengantongi opsi tempat.
Namun, terkait jadwal pelaksanaan, bergantung pada arahan dari Presiden Prabowo Subianto.
”
Retreat kedua
konsepnya sudah siap, sudah ada opsi tempat. Tapi, kami tentu akan menyesuaikan dengan waktu yang tepat bagi kepala daerah. Sambil menunggu arahan juga dari Pak Mendagri, Pak Presiden,” ujar Bima, saat ditemui di kawasan Permata Hijau, Jakarta, Jumat (2/5/2025).
Begitu juga dengan opsi tempat retreat yang sebelumnya diungkapkan Bima, yakni Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, untuk opsi pertama.
Opsi kedua adalah kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Bandung, Jawa Barat.
“Belum (diputuskan), kami masih menunggu arahan lebih lanjut,” kata dia.
Adapun 52 kepala daerah yang akan menjalani retreat kedua terdiri dari tiga pasang gubernur dan wakil gubernur, 20 pasang bupati dan wakil bupati, serta satu pasang wali kota dan wakil wali kota.
Sisanya adalah wakil wali kota dan wakil bupati yang sebelumnya tidak sempat mengikuti retreat di Magelang karena alasan tertentu. Berikut daftarnya:
Gubernur dan wakil gubernur: Bali, Bangka Belitung, Papua Pegunungan.
Wali kota dan wakil wali kota: Denpasar.
Wakil wali kota: Ternate.
Bupati dan wakil bupati: Badung, Tabanan, Bangli, Gianyar, Buleleng, Klungkung, Jembrana, Aceh Timur, Mandailing Natal, Pasaman Barat, Pamekasan, Lamandau, Buton Tengah, Berau, Halmahera Utara, Belu, Jeneponto, Mimika, Jayapura, Puncak Jaya.
Wakil bupati: Merangin, Bengkulu Utara, Maluku.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
provinsi: SULAWESI TENGGARA
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5205795/original/070875300_1746115094-1746113501805.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Dusun Kaudani di Buton Tengah Terisolasi Saat Air Laut Surut, Generasi Muda Bajau Terancam Buta Huruf
Liputan6.com, Kendari – Dusun Kaudani di Buton Tengah, dihuni 284 orang warga suku Bajau. Warga lokal, mengenal mereka dengan sebutan orang Bajo Kaudani.
Wilayahnya, mengapung di atas endapan pasir sepanjang garis pantai Desa Tanailandu Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. Bukan berupa sebuah pulau, tetapi dari endapan pasir dan karang berukuran cukup luas untuk membangun sekitar 70 lebih unit rumah warga.
Sejak ratusan tahun lalu, endapan pasir Dusun Kaidanu yang menghadap Selat Spellman, menjadi rumah turun temurun generasi Bajo. Mereka dikenal warga Buton Tengah dan sekitar Baubau, sebagai kelompok nelayan ulung penangkap teripang, cumi, dan jenis ikan karang mahal hingga ke perbatasan perairan Indonesia-Australia. Hasil laut tangkapan mereka, sudah dijual hingga ke Jepang dan negara-negara tetangga.
Di sini, selama bertahun-tahun, terdapat ratusan anak bajau usia sekolah yang mayoritas masih mengalami kesulitan membaca. Banyak di antaranya, hingga hari ini masih belum mampu mengeja huruf demi huruf hingga menjadi satu kalimat utuh.
Bahkan, beberapa orang dewasa di atas usia 40-an tahun tidak tahu membaca sama sekali. Penyebabnya, kondisi alam ekstrem lambat laun memaksa mereka tak bisa ikut belajar maksimal di Desa Induk Tanailandu Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. Lama kelamaan, karena jenuh dengan kondisi ini dan kurangnya motivasi dan dukungan pemerintah setempat, mereka akhirnya memilih putus sekolah.
Padahal, Dusun Kaudani dan desa induk di Tanailandu hanya berjarak sekitar 1.250 meter atau 1,2 kilometer dari tepi pantai. Namun, di balik itu ada rintangan menahun yang sampai hari ini belum terpecahkan bagi masa depan generasi muda Bajo.
Diketahui, Dusun Kaudani, berdiri di atas hamparan bebatuan dan pasir. Sehari-hari, agar masyarakat bisa terhubung ke desa induk, mereka harus menyeberang menggunakan perahu kecil atau kapal. Namun, kondisi ini jauh berbeda ketika air laut sedang surut.
Saat air laut surut, lumpur dan pasir memisahkan mereka dari desa Induk. Padahal, hanya di desa ini berdiri sekolah SD dan SMP yang bisa dinikmati anak-anak Kaudani.
Kepala Desa Tanailandu Buton Tengah Rafiuddin saat dihubungi wartawan Liputan6.com mengatakan, pemukiman Kaudani sudah ada sejak zaman kesultanan Buton berdiri sekitar 350 tahun lalu. Mereka dikenal hingga dalam area kesultanan dan saat ini warganya sudah menggunakan Bahasa wolio atau bahasa tradisional di wilayah Kepulauan Buton.
Kata Rafiuddin, ia pernah mengeluh dan berkoordinasi dengan pemerintah Buteng. Kemudian, pemerintah memutuskan membangun ruang sekolah sederhana di sana sekitar 2022.
Sistemnya, mirip sekolah jarak jauh dengan bangunan semi permanen dilengkapi 2 ruang belajar. Guru dari daratan didatangkan mengajar di sana.
Namun, berjalan beberapa bulan, sekolah ini tak berfungsi maksimal. Sebab, salah satu penyebab utamanya, kondisi alam tak mendukung.
“Kalau air surut, menyisakan lumpur dan pasir membentang sejauh sekilo lebih. Jadi perahu dari Desa Induk tak bisa berlayar menuju Kaudani atau sebaliknya perahu dari Kaudani tak bisa ke Desa Induk dengan mudah,” kata Rafiudin.
Ia menjelaskan, jadwal pasang surut air laut dalam setahun, selalu berubah setiap bulan. Kata dia, ada beberapa bulan dalam setahun, saat pagi hari air laut mulai surut sekitar jam 03.00 Wita subuh hingga jam 10.00 Wita pagi.
Kemudian, kondisi air laut pasang akan berlangsung sejak pukul 10.00 Wita hingga menjelang pukul 18.00 Wita.
“Padahal, saat air laut surut dan kondisi daratan berlumpur untuk menuju ke Desa Induk, saat itulah jadwal anak Kaudani harus menuju ke sekolah,” kata dia.
Kondisi ini berlangsung terus menerus selama puluhan tahun. Tak jarang, anak-anak Kaudani yang hendak bersekolah, selalu telat datang atau bahkan memilih tak masuk sekolah daripada mendapat hukuman karena terlambat di perjalanan.
“Kalau saya hitung hitung, mungkin tinggal 2 orang yang masih bertahan sekolah di sana, satu anak kepala dusun. Salah satunya, pelajar Kaudani yang memiliki kerabat di daratan Desa Induk,” ujar Rafiudin.
Sampai hari ini, 2 ruangan sekolah sederhana yang berdiri di Dusun Kaudani tidak dimanfaatkan maksimal. Kata warga di sana, guru dari desa induk pernah datang mengajar hanya sekitar 1 sampai 2 bulan. Setelah itu, mereka tak pernah datang lagi mengajar.
-

VIRAL Pria Berkaos Superman di Kolaka Sultra Angkat Motor Saat Laut Pasang, Begini Cerita Lengkapnya – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, KOLAKA – Tidak ada angin, tidak ada badai, tiba-tiba muncul Superman di Pantai Kayu Angin, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Ini bukan syuting film Hollywood atau acara prank YouTube.
Ya, ini kisah nyata seorang pria yang bikin warganet heboh karena mengangkat motor Honda Beat Street sendirian.
Pria itu mengangkat sepeda motor di tengah air laut pasang!
Video berdurasi 1 menit 14 detik itu kini viral di media sosial.
Peristiwa unik ini terjadi pada Kamis, 1 Mei 2025, sekitar pukul 14.20 WITA, di Pantai Kayu Angin, Desa Sani-sani, Kecamatan Samaturu.
Saat laut mulai pasang, jalanan tergenang, dan motor hampir tenggelam.
Tapi bukannya panik, pria ini malah angkat motor, jalan kaki di atas air… yah, hampir mirip jalan di atas air, sih, cuma lebih licin dan becek.
Hilman, pemilik video sekaligus saksi mata, mengaku kaget sekaligus kagum dengan aksi temannya itu.
“Air laut semakin tinggi, dan dia langsung angkat sendiri motornya. Saya cuma bisa rekam, soalnya kalau bantu saya takut keseleo,” kata Hilman sambil tertawa saat diwawancara TribunnewsSultra.com.
Warganet langsung menyerbu kolom komentar.
Ada yang menyarankan pria ini mendaftar ke audisi America’s Got Talent.
Ada juga yang iseng bertanya, “Itu kaus Superman beli di mana? Kok bisa nambah STR power?”
Sebagian netizen lain berspekulasi kalau pria ini mungkin bukan manusia biasa, tapi reinkarnasi Hercules yang tersesat di Kolaka.
Bahkan muncul komentar kocak seperti:
“Beat Street naiknya diangkat, turunnya dilempar kayak batu!”
“Fix, ini Superman shift sore!”
“Beat Street aja bisa diangkat, apalagi beban hidup…”
Meski penuh tawa, momen ini juga menyadarkan kita bahwa warga Indonesia memang luar biasa. Dalam situasi genting, mereka bisa tetap kreatif, kuat, dan tentu saja… viral!
-

4 Warga Jakarta Tertangkap Bawa 5 Kg Sabu di Bandara Kualanamu
TRIBUNJATENG.COM, MEDAN – Selasa (15/4/2025), Kepolisian Daerah Sumatra Utara (Polda Sumut) bersama petugas Aviation Security (Avsec) Bandara Kualanamu menggagalkan penyelundupan narkoba.
Narkotika jenis sabu seberat 5 kilogram dibawa oleh empat penumpang pesawat.
Pelaku menggunakan modus menempelkan paket sabu di tubuh menggunakan lakban.
Direktur Reserse Narkoba Polda Sumut, Kombes Pol Jean Calvijn Simanjuntak, menyebut empat tersangka yang ditangkap adalah RZ (23), RA (22), LN (29), dan IS (25), semuanya warga Jakarta.
Calvijn menjelaskan bahwa kasus ini bermula pada Kamis (10/4/2025), ketika tersangka LN dihubungi oleh pelaku lain berinisial D yang saat ini masuk daftar buronan.
“D menawarkan pekerjaan untuk mengantarkan sabu ke Kendari, Sulawesi Tenggara. Kemudian, LN merekrut tiga tersangka lainnya dan mereka sempat bertemu di salah satu stasiun kereta api di Jakarta untuk membahas kesepakatan tersebut,” ujar Calvijn dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (1/5/2025).
Para tersangka tidak menerima sabu di Jakarta, tetapi diminta untuk mengambil paket tersebut di Medan.
Mereka pun terbang ke Medan dan menginap di sebuah hotel di kawasan Ringroad, Jalan Gagak Hitam.
“Di lokasi tersebut, mereka menerima paket sabu dari seseorang yang datang menggunakan mobil putih (orang suruhan D). Setelah serah terima, mereka pindah ke hotel lain yang masih berada di kawasan yang sama untuk persiapan berangkat ke Kendari,” lanjut Calvijn.
Mereka dijadwalkan terbang ke Kendari pada Selasa (15/4/2025).
Namun, saat pemeriksaan di Bandara Kualanamu, gerak-gerik mencurigakan dari tersangka RZ terdeteksi saat melewati mesin X-Ray.
“Saat diperiksa lebih lanjut, ditemukan 12 bungkus sabu yang disembunyikan di tubuhnya.
Dari pengakuan RZ, diketahui ada tiga orang rekannya yang juga membawa sabu,” kata Calvijn.
Koordinasi cepat dilakukan antara polisi dan Avsec.
Ketiga tersangka lain berhasil diamankan di area gate, termasuk di area gerbang dan ruang merokok.
Total sebanyak 50 bungkus sabu ditemukan dari tubuh keempat pelaku, dengan berat keseluruhan mencapai 5 kilogram.
“Lalu dari hasil pemeriksaan, keempat tersangka mengaku telah dua kali melakukan pengantaran sabu ke Kendari, termasuk pada Februari 2025 yang diduga juga dikendalikan oleh D,” ujar Calvijn.
Setiap pelaku dijanjikan upah sebesar Rp 15 juta apabila berhasil menjalankan aksinya.
Namun, untuk aksi kali ini, mereka baru menerima uang muka Rp 4 juta sebagai biaya perjalanan.
Keempat pelaku kini ditahan di Polda Sumut untuk menjalani proses hukum dan penyelidikan lebih lanjut. (*)
/data/photo/2025/05/02/6814b1ef6c0a5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)





