provinsi: PAPUA

  • Pemprov Papua restrukturisasi OPD perkuat tata kelola pemerintahan

    Pemprov Papua restrukturisasi OPD perkuat tata kelola pemerintahan

    Jayapura (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua melakukan restrukturisasi organisasi perangkat daerah (OPD) untuk memperkuat tata kelola pemerintahan dan kinerja aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan pemerintah daerah setempat.

    Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Papua Suzana Wanggai di Jayapura, Senin, mengatakan perubahan struktur organisasi perangkat daerah itu menyebabkan adanya kekosongan jabatan, terutama pada level eselon III dan IV, sehingga perlu dilakukan pengisian jabatan.

    “Dari sekitar 40 organisasi perangkat daerah, sedikitnya 12 OPD mengalami perubahan struktur, sehingga berdampak pada kekosongan jabatan,” katanya

    Menurut Suzana, pengisian jabatan ini penting untuk menjaga kesinambungan fungsi pengawasan maupun administrasi.

    “Pemprov Papua masih memiliki lebih dari seribu jabatan eselon tiga dan empat yang perlu diisi secara bertahap, dengan rekomendasi Badan Kepegawaian Negara (BKN) serta Kementerian Dalam Negeri,” ujarnya.

    Dia menjelaskan langkah restrukturisasi itu dilakukan sebagai bagian dari perbaikan sistem agar organisasi berjalan sehat dan kinerja aparatur bisa optimal.

    “Proses pengisian jabatan dilakukan melalui tahapan seleksi sesuai aturan yang berlaku, sehingga aparatur yang terpilih benar-benar memiliki kapasitas untuk mendukung program pembangunan di Papua,” katanya.

    Menurut dia, restrukturisasi organisasi ini menjadi momentum untuk memastikan pelayanan publik tetap berjalan efektif meskipun ada perubahan struktur.

    Sebelumnya, Penjabat Sekda Papua Suzana Wanggai melantik 64 pejabat administrator, pengawas, dan fungsional di lingkungan Pemprov Papua di Gedung Negara, Kota Jayapura, Senin (8/9).

    Pewarta: Qadri Pratiwi
    Editor: Laode Masrafi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Menhan minta KRI Brawijaya 320 berperan jaga sumber daya laut RI

    Menhan minta KRI Brawijaya 320 berperan jaga sumber daya laut RI

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin meminta TNI AL memanfaatkan kapal perang barunya yakni KRI Brawijaya 320 untuk menjaga sumber daya alam laut Indonesia.

    “Kita juga dihadapkan kepada tantangan untuk menertibkan dan mengamankan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara,” kata Sjafrie saat memberikan pengarahan kepada awak kapal KRI Brawijaya 320 yang bersandar di Dermaga 107, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin.

    Menurut Sjafrie, sumber daya laut Indonesia sangat melimpah dan harus dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan masyarakat.

    Dengan pemanfaatan sumber daya alam yang tepat, Sjafrie yakin roda perekonomian Indonesia di bidang perikanan maupun industri akan berputar secara maksimal dan menghasilkan hal baik untuk negara.

    Demi memastikan semua itu terjadi, Sjafrie berharap TNI AL melalui KRI Brawijaya 320 dapat memperkuat keamanan dan pertahanan maritim demi memastikan sumber daya laut kita tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak asing.

    “Diharapkan oleh rakyat Indonesia yaitu Tentara Nasional Indonesia bisa mengawal kedaulatan negara Kesatuan Republik Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Miangas ke Pulau Rote,” jelas Sjafrie Sjamsoeddin.

    Untuk diketahui, hari ini Sjafrie beserta jajaran pejabat TNI dan Polri menerima kedatangan KRI Brawijaya 320 dari Italia.

    KRI buatan perusahaan kapal asal Italia Fincantieri ini sebelumnya berlayar selama 44 hari dari Italia menuju Indonesia.

    KRI buatan negeri pizza ini memiliki panjang 143 M dan kecepatan maksimal 32 knot. Kapal yang dapat menampung 171 awak ini merupakan kapal fregat yang memiliki kemampuan peperangan anti udara atau anti air warfare (AAW) dengan desain yang menitikberatkan fleksibilitas, modularitas dan skalabilitas desain kapal.

    Kemampuan itu memungkinkan kapal dikonfigurasi untuk memenuhi persyaratan teknis dan peran operasional untuk Angkatan Laut modern.

    Selain itu, KRI Brawijaya-320 juga dilengkapi sistem navigasi modern dan combat system terintegrasi untuk kontrol mencakup combat manage ment system (CMS), sensor, senjata, komunikasi dan navigasi sistem yang terhubung melalui jaringan kecepatan data tinggi.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Tasrief Tarmizi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 5
                    
                        Ada Tiga Titik Demo di Jakarta Hari Ini 8 September 2025
                        Megapolitan

    5 Ada Tiga Titik Demo di Jakarta Hari Ini 8 September 2025 Megapolitan

    Ada Tiga Titik Demo di Jakarta Hari Ini 8 September 2025
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Tiga aksi unjuk rasa dijadwalkan berlangsung di sejumlah titik di Jakarta pada Senin (8/9/2025).
    Polres Metro Jakarta Pusat telah menyiapkan pengamanan untuk memastikan jalannya aksi tetap tertib.
    Kasi Humas Polres Metro Jakarta Pusat, Iptu Ruslan Basuki, menginformasikan kepolisian akan menggelar apel pengamanan pada pukul 09.00 WIB untuk tiga lokasi aksi.
    “Ada tiga aksi yang akan berlangsung di Jakarta hari ini,” ujar Ruslan saat dihubungi Kompas.com, Senin.
    Aksi pertama akan digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Indraprasta PGRI, melalui Unit Aktivitas Mahasiswa Teknik Industri.
    Titik aksi dipusatkan di depan Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta Pusat.
    Para mahasiswa dijadwalkan menyuarakan sejumlah tuntutan terkait isu pendidikan dan kebijakan publik.
    Polisi menyiapkan pengamanan di sekitar kawasan Senayan untuk mengantisipasi penumpukan massa dan arus lalu lintas.
    Aksi kedua berasal dari Aliansi Rakyat Papua untuk Kebenaran dan Keadilan Tabi Saireri Nusantara bersama sejumlah elemen massa di wilayah Gambir.
    Massa akan berkumpul di sekitar Pospol Merdeka Barat.
    Ruslan mengatakan, kepolisian akan menurunkan personel di kawasan tersebut untuk menjaga ketertiban dan memastikan arus kendaraan di Jalan Medan Merdeka Barat tetap terkendali.
    Aksi ketiga digelar oleh Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (KASUM) bersama Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).
    Kegiatan tersebut akan berlangsung di depan kantor Komnas HAM RI, Menteng, Jakarta Pusat.
    Aksi ini digelar bertepatan dengan momentum peringatan 21 tahun meninggalnya aktivis HAM, Munir Said Thalib.
    Massa rencananya akan menuntut negara mengusut tuntas kasus pelanggaran HAM berat dan memastikan akuntabilitas hukum.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Meski Batalkan Kerja Sama dengan PT Freeport Indonesia, Pestapora Banjir Kritikan, Ini Daftar Musisi yang Tarik Diri

    Meski Batalkan Kerja Sama dengan PT Freeport Indonesia, Pestapora Banjir Kritikan, Ini Daftar Musisi yang Tarik Diri

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Festival musik Pestapora mengakhiri kerja sama dengan PT Freeport Indonesia per 6 September 2025.

    Kabar ini menyusul banyaknya musisi tanah air yang memilih mundur dari acara musik tersebut karena keterlibatan PT Freeport sebagai sponsor.

    Deretan musisi yang menarik diri dari acara tersebut diantaranya :

    -Barefood

    Durga

    Keep It Real

    Rrag

    Negatifa

    Ornament

    Kenya

    Pelteras

    Petra Sihombing

    Centra

    Navicula

    The Jeblogs

    Swellow

    Sukatani

    Kelelewar Malam

    Rekah

    Leipzig

    Xin Lie

    Sebelumnya salam pengumuman resminya, pihak Pestapora tidak lagi melibatkan PT Freeport di hari kedua dan ketiga festival.

    “Per hari ini, Sabtu tanggal 6 September 2025, Pestapora telah memutus kerja sama dengan PT Freeport Indonesia. Pestapora memastikan untuk penyelenggaraan di hari kedua, 6 September 2025, dan hari ketiga, 7 September 2025, kami sudah tidak terikat dan terafiliasi dengan PT Freeport Indonesia,” tulisnya dikutip Senin (8/9/2025).

    Meski telah dibatalkan kerja samanya, namun sederet tanah air tetap membatalkan penampilannya.

    Para musisi ini menyampaikan pengunduran dirinya dengan alasan kemanusiaan. Seperti yang disampaikan band Centra dalam akun Instagram miliknya.

    “Kami berhak untuk mundur atas dasar kemanusiaan dan solidaritas atas saudara kami yang tertindas di atas dunia salah satunya di Papua,” tulisnya.

    Ada juga dari band barefood yang menyatakan kemundurannya dan memberikan sindiran keras kepada pihak Pestapora

    “Kami barefut juga ikut mundur teratur semoga kalau ada kesempatan lain dapat direalisasikan mamam noh tembaga @pestapora,” ungkapnya (Elva/Fajar).

  • Sambil Mengarak Jenazah, Massa 12 Suku Demo di Polres Yahukimo Minta Pelaku Penganiayaan Bertanggung Jawab
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        7 September 2025

    Sambil Mengarak Jenazah, Massa 12 Suku Demo di Polres Yahukimo Minta Pelaku Penganiayaan Bertanggung Jawab Regional 7 September 2025

    Sambil Mengarak Jenazah, Massa 12 Suku Demo di Polres Yahukimo Minta Pelaku Penganiayaan Bertanggung Jawab
    Tim Redaksi
    YAHUKIMO, KOMPAS.com
    – Massa dari 12 suku di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, menggelar demonstrasi damai di Mako Polres Yahukimo pada Jumat (5/9/2025).
    Aksi ini dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban atas meninggalnya Vector Deyal, yang diduga dianiaya hingga meninggal dunia di Mapolsek Kota Dekai, Polres Yahukimo.
    Dalam aksi tersebut, massa mengarak jenazah Vector Deyal ke Polres Yahukimo.
    Mereka menuntut pihak kepolisian bertanggung jawab atas kematian korban yang terjadi di dalam Polsek Kota Dekai pada Rabu (3/9/2025).
    Kematian korban diduga disebabkan oleh penganiayaan yang dilakukan oknum anggota kepolisian yang bertugas di Polsek tersebut.
    Dalam orasinya, para pedemo menyatakan bahwa kejadian pembunuhan terhadap Vector Deyal merupakan satu dari sekian banyak insiden serupa yang telah terjadi di Yahukimo.
    Massa dan keluarga korban menuntut agar Polres Yahukimo bertanggung jawab atas kematian Vector Deyal di Mapolsek Kota Dekai.
    Menanggapi tuntutan tersebut, Kapolres Yahukimo, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Zet Saalino, yang menerima laporan dari para pedemo, menyatakan keprihatinan dan empati atas meninggalnya Vector Deyal.
    “Saat ini seluruh anggota Polsek Dekai yang diduga terlibat dalam kasus kematian yang dialami oleh Vector Deyal sedang diperiksa,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas, Minggu (7/9/2025).
    Zet juga meminta masyarakat untuk mempercayakan penanganan kasus ini kepada kepolisian untuk proses hukum selanjutnya.
    “Kami berkomitmen untuk menangani kasus ini secara transparan,” ujarnya.
    Sebelumnya, Polda Papua telah mengirimkan anggota kepolisian dari Propam Polda untuk melakukan investigasi terkait kematian Vector Deyal di Polsek Kota Dekai.
    Polda Papua memastikan bahwa kasus ini akan tetap dilakukan investigasi secara transparan guna mengetahui penyebab kematian Vector Deyal.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • TNI Tembak TNI di Keerom Papua: Satu Prajurit Tewas, Pelaku Ditangkap

    TNI Tembak TNI di Keerom Papua: Satu Prajurit Tewas, Pelaku Ditangkap

    Saat ini POM TNI tengah melakukan interogasi terhadap pelaku. Hal ini guna mengungkap misteri terjadinya aksi saling tembak antar prajurit tersebut.

    “Kami masih menunggu laporan lengkap dari anggota, namun yang pasti terduga sudah diamankan untuk dilakukan pemeriksaan,” kata Danpomdam XVII Cendrawasih Kol CPM Laksono.

    Sementara itu data yang dihimpun terungkap jenazah Praka Edison Muenda disemayamkan di rumah duka yakni milik Lukas Muenda.

    Distrik Waris merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Keerom yang terletak di perbatasan RI-PNG.

  • Diaspora RI di Boston AS Minta Pemerintah Tuntaskan Tuntutan 17+8

    Diaspora RI di Boston AS Minta Pemerintah Tuntaskan Tuntutan 17+8

    Bisnis.com, JAKARTA – Diaspora Indonesia di Boston, Massachusetts, Amerika, mendesak Pemerintah Indonesia menuntaskan tuntutan 17+8. 

    Mereka berdiskusi di Boston City Hall sebagai respons sikap pemerintah yang memicu gelombang demo pekan lalu. Tak hanya itu, aksi solidaritas ini sekaligus mengucapkan belasungkawa bagi korban yang wafat dalam aksi demonstrasi seperti Affan Kurniawan, Iko Julian Junior, sampai Syaiful Akbar, serta korban kekerasan aparat.

    “Aspirasi kami meliputi 22 tuntutan yang belum dipenuhi dari tuntutan 17+8 yang merupakan hasil konsolidasi masyarakat Indonesia, serta tuntutan baru oleh tim Boston Bergerak,” tulisnya dalam rilis yang diterima Bisnis, Minggu (7/9/2025).

    Kendati 17 tuntutan telah melewati tenggat waktu, mereka tetap menuntut pemerintah membebaskan pendemo yang ditangkap, menghentikan kekerasan aparat, dan transparansi penegakan hukum atas kasus pelanggaran HAM.

    Secara spesifik, mereka menggaungkan agar pemerintah memberikan perlindungan bagi kelompok etnis yang dikucilkan, masyarakat Papua, hingga hak-hak Perempuan

    Mereka menilai aksi demonstrasi adalah bentuk kekecewaan masyarakat Indonesia terhadap kebijakan pemerintah yang tidak mampu merancang dan menetapkan kebijakan untuk kesejahteraan rakyat.

    Pemerintah cenderung tidak acuh menanggapi aspirasi masyarakat, bahkan pada beberapa kesempatan mencemooh. Kebijakan yang dibuat juga dinilai tidak masuk akal.

    Meski terhalang jarak, mereka akan terus menyuarakan nilai-nilai demokrasi saat pemerintah Indonesia kembali memantik polemik di masyarakat. 

    “Keikutsertaan warga Indonesia di Boston dalam pertemuan demokratis yang damai menunjukkan rasa tanggung jawab dan empati yang nyata kepada Indonesia,” paparnya

  • Tanda Zaman, Pertobatan Nasional, dan Komisi Independen
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        7 September 2025

    Tanda Zaman, Pertobatan Nasional, dan Komisi Independen Nasional 7 September 2025

    Tanda Zaman, Pertobatan Nasional, dan Komisi Independen
    Jurnalis, Mahasiswa S3 Ilmu Politik
    DUA
    frase “tanda-tanda zaman” dan “pertobatan nasional” saya petik dari Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo, sebagai respons moral atas amuk massa selama 28-31 Agustus 2025.
    Hari Minggu, 31 Agustus 2025, di tengah panasnya situasi politik Ibu Kota, saya bersama sejumah teman berbincang dengan Kardinal Suharyo.
    Perbincangan tak lepas dari suasana yang penuh kegelisahan. Negeri sedang tak karu-karuan. Amuk massa belum reda.
    Penjarahan terjadi di rumah beberapa anggota DPR dan kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani. Gedung DPRD Makassar dibakar. Gedung Grahadi di Surabaya luluh lantak.
    Apa salah dan dosa Gedung Grahadi? Mengapa tak bisa dicegah? Kantor polisi di berbagai daerah turut jadi sasaran. Tuntutan agar DPR dibubarkan berseliweran di ruang publik.
    Dalam percakapan itu, Kardinal Suharyo berkata lirih, tapi tegas, “Elite seharusnya bisa membaca tanda-tanda zaman”.
    Ia tak menjelaskan lebih jauh apa yang dimaksud dengan “tanda-tanda zaman”. Namun, dalam kesempatan lain, Kardinal menyerukan pertobatan. Sebuah ajakan spiritual yang sarat makna: kesadaran akan kesalahan kolektif, dan dorongan untuk berbalik arah sebelum semuanya terlambat.
    Peristiwa 28-31 Agustus 2025, masih menyimpan kabut tebal. Ada unjuk rasa sebagai ekspresi sumpek rakyat, tapi ada juga “Gerakan 28-31 Agustus 2025” dengan tujuan tertentu yang sistematis.
    Pada masa pemerintahan Presiden Jokowi juga terjadi unjuk rasa besar, seputar penolakan revisi UU KPK (2019), pemberlakuan UU Omnibus Law Cipta Kerja, dan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membuka jalan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wapres. Namun, dampak dari ketiga unjuk rasa tidak separah seperti sekarang.
    Peristiwa 28-31 Agustus 2025, justru menimbulkan banyak tanya. Pembagian kekuasaan sebenarnya hampir sempurna. Hanya PDIP dan Nasdem yang tak ada dalam kabinet.
    Ormas terbesar sudah berada dalam barisan kekuasaan. Relawan diakomodasi dalam kabinet atau komisaris BUM. Kabinet didukung koalisi super-mayoritas.
    DPR menjadi proksi dari kekuasaan. Kekuasaan sedang menuju otokratisasi sebagaimana kajian
    Varieties of Democracy
    (2024).
    Namun, ada juga pandangan konsolidasi otokratisasi itulah yang menyebabkan disfungsi lembaga pranata demokrasi. Dan, kini konsolidasi otokratisasi mendapatkan perlawanan.
    Situasi 2025, berbeda dengan Peristiwa Malari 1974. Meski berlatarbelakang antimodal asing, Malari 1974 adalah pembelaan warga sipil terhadap demokrasi liberal atas arah demokrasi terpimpin yang dilakukan Presiden Soeharto.
    Sedang pada Agustus 2025, polanya lebih mirip perlawanan warga sipil untuk membela reformasi dalam konteks konsolidasi otokratisasi.
    Spekulasi banyak, analisis berseliweran, narasi bersaing. Namun, di balik semua itu, ada realitas yang hampir pasti bisa dibaca. Sejumlah latar belakang krisis tampak jelas, seperti bara dalam sekam yang lama diabaikan.
    Pertama, akumulasi kekecewaan publik yang menahun. Kesenjangan sosial yang menganga tak tertanggulangi.
    Berdasarkan data Bank Dunia per Juni 2025, ada 194 juta orang miskin di Indonesia. Angka ini tentu bisa diperdebatkan tergantung mistar yang dipakai—Bank Dunia atau BPS—namun rasa lapar tidak bisa disangkal dengan metodologi.
    Pengangguran merajalela. Orang kehilangan pekerjaan, penghasilan menurun, harga-harga naik.
    Dalam siniar saya, Chandra Hamzah dari Forum Warga Negara berkata, “Situasi ini ibarat rumput kering. Tinggal dilempar api.”
    Sayangnya, elite kekuasaan sibuk menyangkal realitas ini. Mereka gagal melihat bahwa ketika harapan publik tidak terpenuhi, dan ketimpangan memburuk, maka benih ledakan sosial sedang ditanam.
    Inilah yang disebut Ted Gurr sebagai
    relative deprivation
    : kemarahan rakyat lahir dari jurang antara ekspektasi dan kenyataan yang makin menjauh.
    Kedua, tata kelola pemerintahan. Pemerintah tampak gamang dan terkesan coba-coba dalam membuat kebijakan.
    Wacana kenaikan PPN dari 11 persen ke 12 persen diluncurkan, diprotes publik, lalu dibatalkan.
    Penataan distribusi gas melon 3 kg diusulkan, lalu ditarik. Rencana pemblokiran rekening pasif diumumkan, kemudian diklarifikasi.
    Ada lagi guyonan politik tentang penyitaan tanah mangkrak oleh negara. Wisata Raja Ampat, Papua, dirancang menjadi kawasan tambang nikel.
    Sejarah hendak diluruskan dengan menihilkan tragedi pemerkosaan massal 1998, sebelum akhirnya rencana itu ditunda.
    Bintang Mahaputra diobral. Dana transfer ke daerah dikurangi, menyebabkan pemerintah daerah menaikkan PBB. Meledaklah kasus Pati.
    Semua ini menunjukkan ada masalah besar dalam tata kelola kebijakan publik—termasuk komunikasi politik yang nir-empati, kasar, dan penuh kepercayaan diri berlebihan.
    Pemerintah kurang peka membaca denyut publik, dan tak mampu mengantisipasi letupan di bawah permukaan.
    Dalam kerangka teori
    fragile states
    (Rotberg, 2003), negara seperti ini kehilangan kapasitas dasar untuk merespons kebutuhan rakyat secara adil dan efektif.
    Ketiga, penegakan hukum mengikuti perspektif
    the executive weaponization of law enforcement
    (Thomas Power: 2020).
    Dalam perspektif
    the executive weaponization of law enforcement
    bukan berarti hukum berhenti bekerja sama sekali, melainkan hukum dijalankan secara manipulatif: ditegakkan terhadap lawan, diabaikan terhadap kawan.
    Putusan MK yang mengubah persyaratan calon wapres, tidak dieksekusinya terpidana dan malah dianugerahi jabatan komisaris, mempertontonkan bagaimana penegakan hukum negeri ini.
    Desakan RUU Perampasan Aset harus ditempatkan dalam konstruksi Indonesia adalah negata hukum.
    Keempat, disfungsi institusi demokrasi. Partai politik kian terasing dari rakyat. Mereka menjelma menjadi kartel politik, sibuk mendekatkan diri ke kekuasaan, bukan memperjuangkan aspirasi konstituen.
    DPR tidak lebih dari proksi kekuasaan eksekutif. Ketua umum partai duduk di kabinet dan semua fraksi berbaur dalam koalisi super mayoritas.
    Lembaga legislatif kehilangan daya kritis dan empati. Bayangkan: di tengah penderitaan rakyat, DPR malah menaikkan tunjangan anggotanya dan berjoget-joget dalam Sidang Tahunan MPR.
    Komunikasi publik mereka
    clometan
    , pongah, dan menyakiti rakyat. Dewan Perwakilan Daerah nyaris tak bersuara. Maka rakyat mencari jalannya sendiri.
    Kelima, organisasi masyarakat sipil gagal menjalankan perannya sebagai
    psychological striking force
    atau kekuatan moral yang ampuh sebagaimana pernah diutarakan Nurcholis Madjid dan diulang Usman Hamid.
    Dalam posisi terkooptasi kekuasaan, organisasi masyarakat sipil sangat melemah posisi tawarnya terhadap absolutisme kekuasaan karena terikat konsesi ekonomi.
    Keenam, teknologi digital dan media sosial mempercepat eskalasi konflik. Dalam suasana kacau, informasi menyebar secara
    real-time

    Namun, bukan hanya kebenaran yang tersebar, tapi juga opini-opini sintetis yang diproduksi oleh pasukan siber.
    Operasi pengaruh ini dijalankan secara sistematis oleh elite politik. Dalam situasi ini, suara publik yang asli justru tenggelam di tengah gelombang manipulasi.
    Inilah yang disebut
    manufactured consent
    —persetujuan publik dibentuk bukan lewat deliberasi rasional, melainkan melalui rekayasa algoritma dan opini sintesis.
    Ketujuh, terjadinya persaingan elite. Seperti dalam Peristiwa Malari 1974 dan Mei 1998, konflik horizontal di masyarakat sering kali dipicu konflik di kalangan elite.
    Dalam waktu 36 jam sejak tewasnya Affan Kurniawan, negeri seperti tanpa kendali. Polisi tak muncul karena mengalami demoralisasi luar biasa setelah meninggalnya Affan.
    TNI belum bisa bergerak karena belum diminta. Penjarahan terjadi. Media sosial menjadi panggung utama. Negara absen.
    Akibat dari semua ini sangat dalam. Sepuluh orang tewas. Banyak yang ditangkap. Polisi luka-luka. Kompol Cosmas yang berada dalam rantis Brimob dipecat. Katanya, dia hanya menjalankan perintah.
    Fasilitas umum dibakar. Gedung DPR dan kantor polisi—dua simbol supremasi sipil—dihancurkan rakyat.
    Pesannya jelas: simbol negara kehilangan legitimasi di mata publik. Presiden Prabowo Subianto menuding ada makar dan terorisme.
    Apa yang bisa dilakukan? Di berbagai forum, tuntutan rakyat mulai terdengar. Ada suara dari Forum Warga Negara, imbauan dari Gerakan Nurani Bangsa, seruan dari Aliansi Akademisi, juga gelombang mahasiswa. Semua menyuarakan hal serupa.
    Pertama, latar belakang peristiwa 28–31 Agustus, harus diungkap tuntas. Jangan biarkan ruang publik dipenuhi spekulasi soal makar, terorisme, atau faksionalisasi elite.
    Kedua, dibutuhkan reformasi menyeluruh—terhadap kepolisian, DPR, partai politik, dan kebijakan negara.
    Ketiga, reformasi peradilan menjadi keniscayaan. Kardinal Suharyo merangkumnya secara jernih: “Pertobatan di semua cabang kekuasaan.”
    Namun, bagaimana mungkin reformasi dijalankan oleh aktor-aktor yang justru menjadi bagian dari masalah?
    Dalam kondisi
    low trust society
    , kepercayaan publik tak mungkin pulih lewat manuver elite lama. Dibutuhkan satu struktur baru: semacam Komite Independen atau apapun namanya.
    Komite yang berisi tokoh independen dengan integritas tinggi dan rekam jejak tak tercela. Orang yang tak punya beban politik, dan bisa menjadi penjaga moral sekaligus pemandu arah reformasi untuk memperbaiki republik yang sedang sakit.
    Namun untuk terbentuk, inisiatif ini butuh legitimasi. Dan hanya satu pihak yang saat ini memiliki otoritas untuk menginisiasi: Presiden Prabowo Subianto.
    Pertanyaannya: apakah Presiden Prabowo membaca tanda-tanda zaman? Mengutip Sukidi Mulyadi dalam acara
    Satu Meja The Forum
    , “Presiden terisolasi dengan realitas di Indonesia.”
    Jakob Oetama, pendiri
    Kompas
    , dalam banyak perjumpaan pribadi pernah berpesan, “Jaga negeri ini, jangan sampai
    mrucut
    .”
    “Mrucut” dalam pemahaman orang Jawa adalah tergelincir dari jalur yang seharusnya. Bukan sekadar salah arah, tapi kehilangan arah. Kehilangan etika, kehilangan hati nurani, kehilangan jati diri.
    Indonesia adalah negara hukum, bukan negara kekuasaan. Atau “mrucut” ke arah otoritarianisme atau malah sebagaimana dikhawatirkan Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Usman Hamid dalam Haul Nucholish Madjid, masuk dalam tahap fasisme.
    Hari ini, ancaman “mrucut” itu nyata. Demokrasi kita menjauh dari substansinya. Keadilan hanya tinggal kata. Simbol negara tak lagi dimuliakan. Kepercayaan rakyat menguap.
    Namun, sejarah bangsa tidak harus berakhir dengan kehancuran. Tanda zaman bukan hanya isyarat murka, tapi juga panggilan untuk bangkit.
    Dari reruntuhan kepercayaan, selalu bisa tumbuh tunas perbaikan. Dari amarah yang meledak, selalu bisa lahir kesadaran kolektif untuk berubah. Kuncinya pada masyarakat sipil!
    Kuncinya: keberanian elite untuk mendengar. Kerendahan hati untuk bertobat. Dan kemauan untuk menyerahkan agenda reformasi pada yang lebih layak, lebih bersih, lebih jernih.
    Sebab hanya dengan keberanian itu, bangsa ini bisa kembali menemukan pijakan—dan berjalan tegak menatap masa depan. Bukan dalam “mrucut”, tapi dalam “waskita”. Dalam kebijaksanaan membaca zaman.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Warga Temukan Ratusan Amunisi dan 9 Tabung Gas Air Softgun di Jayapura, Polisi Olah TKP
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 September 2025

    Warga Temukan Ratusan Amunisi dan 9 Tabung Gas Air Softgun di Jayapura, Polisi Olah TKP Regional 6 September 2025

    Warga Temukan Ratusan Amunisi dan 9 Tabung Gas Air Softgun di Jayapura, Polisi Olah TKP
    Tim Redaksi
    JAYAPURA, KOMPAS.com
    – Saat hendak mencari pelepah pisang untuk pakan ternak, seorang warga menemukan ratusan amunisi dengan berbagai jenis di Lapangan Jalan Kehiran, Kelurahan Hinekombe, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Jumat (5/9/2025).
    Tak hanya itu, ditemukan juga 9 tabung gas air softgun dan 1 magasin serta 1 kotak peluru air softgun.
    Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Jayapura, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Alamsyah, saat dikonfirmasi membenarkan adanya penemuan ratusan amunisi beserta tabung gas air softgun dan magasin oleh warga.
    “Benar ada 134 butir amunisi dari berbagai jenis dan 9 tabung air softgun, 1 magasin, dan 1 kotak peluru air softgun yang ditemukan. Penemuan ini telah dilaporkan ke Polsek Sentani Kota, Polres Jayapura,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (6/9/2025) malam.
    Menurut Alamsyah, pihaknya melalui Unit Identifikasi bersama piket Reskrim Polres Jayapura dan Polsek Sentani Kota telah melaksanakan olah tempat kejadian perkara (TKP) terkait penemuan amunisi senjata api dan perlengkapan air softgun tersebut.
    Olah TKP ini dipimpin Aipda Randy R. Romanov (Ps. Kaur Ident) bersama 4 personel identifikasi, piket Reskrim, serta piket Polsek Sentani Kota dengan mendatangi lokasi penemuan amunisi senpi dan tabung air softgun serta melakukan olah TKP.
    “Kami terus melakukan proses penyelidikan guna mengetahui siapa pemilik barang tersebut,” tuturnya.
    “Selain itu, semua barang bukti telah kami amankan untuk kepentingan pemeriksaan lebih lanjut,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BPJS Ketenagakerjaan Buka Lowongan Jadi CS hingga Operasional, Lamar di Sini!

    BPJS Ketenagakerjaan Buka Lowongan Jadi CS hingga Operasional, Lamar di Sini!

    Jakarta

    Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan tengah membuka lowongan kerja untuk sejumlah posisi yang akan ditempatkan di beberapa wilayah bagian timur Indonesia. Lowongan kerja ini dibuka pada 8 – 14 September 2025. Pencari kerja yang berminat bisa melamar langsung ke laman resmi BPJS Ketenagakerjaan.

    “Rekrutmen Karyawan/ti BPJS Ketenagakerjaan Telah Dibuka! Inilah kesempatanmu untuk bergabung bersama BPJS Ketenagakerjaan dan ikut melindungi jutaan pekerja Indonesia,” tulis manajemen BPJS Ketenagakerjaan dalam unggahan Instagram resminya, Sabtu (6/9/2025).

    Dalam kesempatan ini, lowongan kerja dibuka untuk posisi Account Representative Perwakilan, Customer Service Officer, Pelayanan, dan Pengendalian Operasional. Partisipasi difabel fisik terbuka pada beberapa posisi.

    Pendaftaran lowongan kerja ini dibuka secara online melalui situs resmi rekrutmen BPJS Ketenagakerjaan. Untuk mengikuti proses rekrutmen dan seleksi, calon peserta diminta melakukan proses registrasi dan verifikasi akun baru terlebih dahulu dengan menggunakan email aktif.

    “Selanjutnya, lakukan pengisian Curriculum Vitae (CV) menggunakan data terbaru secara lengkap. Proses apply lowongan yang tersedia dapat dilakukan mulai 8 September 2025 pukul 12.00 WIB sampai dengan 14 September 2025 pukul 23.59 WIB,” jelas BPJS Ketenagakerjaan dalam keterangan rekrutmennya.

    Sementara untuk penempatan lowongan kerja ini wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Lowongan kerja ini diutamakan untuk putra/putri daerah.

    “Hati-hati Penipuan! Panitia tidak memberikan pengumuman/informasi Lulus/Gugur melalui sms dan email. Seluruh proses Rekrutmen dan Seleksi BPJS Ketenagakerjaan tidak dipungut biaya. BPJS Ketenagakerjaan tidak pernah bekerja sama dengan penyelenggara perjalanan/travel agent tertentu untuk akomodasi peserta,” imbau BPJS dalam pengumuman rekrutmennya.

    (igo/fdl)