provinsi: PAPUA BARAT

  • Sengkarut MinyaKita: Harga Melesat, Takaran Disunat

    Sengkarut MinyaKita: Harga Melesat, Takaran Disunat

    Bisnis.com, JAKARTA – Karut marut tata niaga minyak goreng kemasan sederhana MinyaKita tengah menjadi sorotan. Di tengah persoalan harga jual yang mahal, kini konsumen dirugikan dengan beredarnya MinyaKita tak sesuai takaran.

    Selama periode Januari-Maret 2025, Kementerian Perdagangan telah menemukan dua kasus penjualan MinyaKita dengan takaran kurang dari 1 liter atau hanya mencapai 750–800 mililiter (800 ml).

    Kasus pertama, pada 24 Januari 2025, Kemendag menemukan MinyaKita tak sesuai takaran diproduksi oleh PT Navyta Nabati Indonesia (NNI). Kasus ini sudah diselesaikan dengan dilakukan penyegelan izin operasi perusahaan.

    Kasus kedua, pada 7 Maret 2025, Kemendag mendatangi lokasi PT Artha Eka Global Asia (AEGA) yang juga melakukan pengurangan takaran Minyakita. Namun, perusahaan ini ternyata sudah tutup dan berpindah lokasi. Kemendag dan kepolisian tengah menelusuri keberadaan perusahaan.

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengaku bahwa Kemendag telah mengetahui adanya produsen MinyaKita yang melakukan kecurangan terkait takaran tidak mencapai 1 liter seperti yang ditetapkan pemerintah.

    Dia mengatakan, informasi tersebut diperoleh dari masyarakat atau konsumen MinyaKita serta tim Kemendag yang terjun langsung di lapangan. Lebih lanjut, dia juga mengeklaim Kemendag telah melakukan antisipasi dan mengejar perusahaan tersebut.

    “Jadi itu sebenarnya sudah kita dari awal sebenarnya kita sudah tahu, kita antisipasi, langsung kita kejar ke perusahaannya,” bebernya, Senin (10/3/2025).

    Lebih lanjut, Budi menyampaikan produk MinyaKita tak sesuai takaran telah ditarik dari pasaran. Ke depan, sambung Budi, Kemendag akan semakin banyak melakukan pengawasan.

    “Sebenarnya kita itu juga rutin melakukan pengawasan,” imbuhnya.

    Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkap salah satu modus kasus minyak goreng MinyaKita tak sesuai takaran diduga menggunakan label palsu.

    “Kemudian juga ada yang menggunakan label MinyaKita, namun sebenernya palsu ini semua sedang kita proses,” ujar Sigit di STIK, Jakarta, Senin (10/3/2025).

    Dia menambahkan, pihaknya juga telah menggeledah tiga lokasi dalam kasus ini. Hanya saja, dia tidak menjelaskan secara detail terkait temuannya itu.

    Namun demikian, Sigit menduga kuat bahwa dalam temuan Satgas Pangan Polri itu ada dugaan perbuatan melawan hukum.

    “Kemungkinan akan kita lakukan penegakan hukum. Karena memang apa yang kita dapati yang isinya tidak sesuai kemasannya satu liter,” pungkasnya.

    Adapun, tiga kasus MinyaKita yang tengah diusut kepolisian itu diproduksi oleh tiga produsen yang berbeda mulai dari PT Artha Eka Global Asia, Depok; PT Tunas Agro Indolestari, Tangerang dan Koperasi Produsen Umkm Kelompok Terpadu Nusantara, Kudus.

    Sementara itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pemerintah harus melakukan evaluasi dan membenahi tata kelola produksi dan distribusi MinyaKita hingga konsumsi ke tangan konsumen.

    Peneliti YLKI Niti Emiliana menuturkan, pihaknya juga prihatin atas penemuan takaran Minyakita yang tidak sesuai serta penemuan harga yang di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp15.700 per liter. Sebab, kata dia, ini sudah melanggar hak konsumen.

    Bahkan, Niti menyebut pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh konsumen.

    “Konsumen berhak mendapatkan ganti rugi dari pelaku usaha atas selisih harga yang dibayarkan dengan takaran yang tidak sesuai,” ujarnya.

    Selain itu, YLKI juga meminta pemerintah melalui Kemendag dan kementerian atau lembaga lainnya untuk menindak tegas pelaku usaha yang nakal.

    Niti menyebut pengawasan seharusnya dilakukan saat pre-market alias ketika Minyakita belum beredar di masyarakat, yakni melalui quality control kualitas, kuantitas, dan termasuk harga produk. Serta, dilakukan pengawan post market atau saat produk sudah berada di pasaran.

    Dengan begitu, lanjut dia, seluruh rantai pasok dari hulu hingga hilir atau dari produsen sampai ke tangan konsumen terjaga kualitas, kuantitas, dan dikontrol harganya.

    Ketidakpatuhan produsen hingga distributor ke pengecer ini memunculkan pertanyaan akan efektivitas dari Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH) yang digawangi Kementerian Perindustrian. Sistem tersebut merupakan portal untuk mengelola dan mengawasi produksi hingga distribusi minyak goreng curah tersebut. 

    Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Eliza Mardian mengatakan, penerapan SIMIRAH hingga saat ini belum efektif sebagai alat untuk mengelola distribusi Minyakita. Pasalnya, SIMIRAH disebut hanya dapat melacak produksi dan distributor.

    “Tetapi memiliki keterbatasan dalam hal evaluasi praktik di level produsen dan pengecer. Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan di lapangan, semestinya rutin disidak,” kata Eliza kepada Bisnis, Senin (10/3/2025). 

    Tak hanya itu, menurut Eliza, sistem tersebut juga kurang terintegrasi dengan data real-time, apalagi terdapat keterbatasan cakupan pengecer yang terdaftar. Untuk menerapkan SIMIRAH, diperlukan mekanisme sanksi yang efektif agar oknum lebih jera. 

    Pemerintah disebut mesti menindak tegas produsen yang mengemas takaran Minyakita yang mestinya 1 liter. Namun, hanya terisi 750 mililiter-800 mililiter (ml). 

    Harga Mahal

    Tak hanya persoalan peredaran produk tak sesuai takaran kemasan, harga penjualan MinyaKita yang jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) juga menjadi persoalan. 

    Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan mengatakan bahwa harga Minyakita melampaui HET yang semestinya Rp15.700 per liter di sejumlah daerah.

    Menyitir laman resmi Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Senin (10/3/2025) pukul 16.53 WIB, harga rata-rata Minyakita di tingkat konsumen menyentuh Rp17.649 per liter.

    Adapun, harga Minyakita termahal dibanderol Rp19.750 per liter di Papua Barat. Sementara itu, harga terendah dibanderol Rp16.708 per liter di Kepulauan Riau.

    “Soal minyak ini [Minyakita] sebetulnya problematikanya cukup besar. Tidak hanya soal takaran, terlebih lagi soal harga juga,” kata Reynaldi saat dihubungi Bisnis, Senin (10/3/2025).

    Di samping itu, Reynaldi menuturkan kecurangan takaran Minyakita sebenarnya juga terjadi di daerah lain di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan hingga Sumatra. Menurutnya, persoalan ini mencuat yang salah satunya dipicu dari harga Minyakita yang sudah tidak sesuai HET dalam 1 bulan terakhir.

    Reynaldi menilai pemerintah perlu melakukan penelusuran harga, mulai dari tingkat produsen, distributor lini 1 (D1), D2, pengecer, pedagang, hingga ke tangan konsumen.

    “Kan harus dicek harga itu, kenapa kok bisa di atas HET. Itu faktor yang menurut kami turut menunjang takaran ini, akhirnya dikorupsi yang seharusnya di label 1 liter ternyata faktanya hanya 700—850 ml,” ujarnya.

    Terlebih, lanjut dia, Minyakita saat ini sedang diminati oleh masyarakat, terutama masyarakat di rumah tangga atau UMKM, sejalan dengan momentum Ramadan.

    Selain itu, dia juga mengaku akses pedagang untuk mendapatkan Minyakita juga agak sulit. Apalagi, kata dia, Minyakita sudah mulai langka sejak awal 2023.

    Dia menduga persoalan Minyakita bukan hanya terkait harga, melainkan juga repacker atau produsen yang berusaha memainkan takaran Minyakita.

    Untuk itu, menurutnya, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga harus menyelesaikan akar permasalahan Minyakita dengan memperbaiki sistem.

    “Kalau Kementerian Perdagangan mau bebenah, mau menyentilin produsen yang nakal, saya kira kita bisa memperbaiki sistemnya memperbaiki skemanya,” tuturnya.

    Di sisi lain, Reynaldi mengakui konsumen memang meminati Minyakita lantaran harganya yang lebih terjangkau. Namun, tak menutup kemungkinan polemik pengurangan takaran Minyakita ini akan berdampak terhadap harga jual.

    Bahkan, dia menyebut beberapa pedagang sembako juga berpeluang untuk tidak menjual Minyakita dan beralih menjual minyak goreng premium.

    “Cenderung pedagang akan memiliki insting untuk menjajaki barang dagangan selain Minyakita. Ini akan menggerus minat atau konsumsi Minyakita terhadap isu yang berkembang hari ini,” terangnya.

    Bukan hanya minyak goreng premium, sambung dia, minyak goreng kemasan sederhana juga bersaing ketat di harga kisaran Rp20.000–Rp22.000. Sementara itu, Minyakita sudah menyentuh Rp20.000.

    Meski begitu, sambung dia, beberapa UMKM masih menggunakan Minyakita lantaran harganya yang terbilang murah.

    Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Eliza Mardian tak memungkiri masih terdapat kendala pengawasan kepada warung pengecer Minyakita yang merupakan rantai distribusi paling dekat dengan konsumen yang berpenghasilan rendah. 

    “Membeli dari warung-warung itu lah harganya jadi jauh di atas HET, warung membeli dari pengecernya saja harganya sudah mepet HET. Sementara warung kan harus punya margin juga. jadi memang harus ada transparansi produksi Minyakita,” jelasnya. 

    Dalam hal ini, dia menilai penentuan HET tidak sesuai dengan harga biaya pengangkutan, kenaikan biaya tenaga kerja hingga inflasi. Hal ini yang memicu kenaikan harga dan membuat pengecer menjual di atas HET. 

    Untuk itu, diperlukan perubahan sistemik, mulai dari perbaikan sistem logistik yang lebih efisien dan mengangkut banyak seperti kereta api hingga keandalan pemerintah menjaga harga-harga terutama pangan agar tidak merembet ke kenaikan harga harga lainnya termasuk upah tenaga kerja.

    Sementara itu, Pakar Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menyoroti rantai distribusi Minyakita yang masih terlalu panjang sehingga harga MinyaKita ketika sampai di konsumen selalu melebihi HET. 

    “Salah satu yang bisa dijadikan alternatif untuk menyerahkan dan memperpendek sistem distribusi itu adalah melibatkan BUMN pangan ya bisa Bulog, ID Food gitu, dengan jejaringnya yang sudah sangat luas itu dan afiliasi-afiliasi distribusi, ini juga akan memudahkan kalau mereka diminta untuk tergabung dan terdaftar di SIMIRAH,” jelasnya.

  • Proyek-Proyek Strategis PGN Tahun Ini Mulai Tancap Gas

    Proyek-Proyek Strategis PGN Tahun Ini Mulai Tancap Gas

    Jakarta, Beritasatu.com – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mengebut pembangunan infrastruktur gas bumi untuk menyongsong swasembada energi pemerintah. Infrastruktur gas bumi yang diinisiatif PGN menggunakan prinsip integrasi secara menyeluruh, agar pemerataan infastruktur senantiasa terjaga dan gas bumi dapat semakin efisien bagi pengguna.

    “Dengan integrasi infrastruktur pipa dan non pipa, PGN akan lebih lebih fleksibel dalam memenuhi demand maupun memperluas market di Indonesia,” jelas Direktur Utama PGN Arief S. Handoko, (10/3/2025).

    Arief menerangkan, PGN tetap melanjutkan konektivitas melalui jaringan pipa distribusi di Indonesia Bagian Barat untuk keandalan dan akses ke pelanggan baru. Pertama adalah Pipa Dumai – Sei Mangke untuk mengalirkan gas bumi dari Sumatra Utara & Aceh ke Sumatra bagian tengah dan selatan. Kemudian pemanfaatan Pipa Transmisi Cirebon – Semarang (Cisem), untuk mengalirkan surplus gas dari wilayah Jawa Timur ke Jawa bagian Barat.

    Selain itu, terdapat proyek untuk konversi BBM ke gas pada Kilang Cilacap dan perluasan akses gas bumi di Pulau Jawa sisi selatan, melalui proyak Pipa Tegal – Cilacap. Tahun 2025 ini, jargas menjadi prioritas dengan target penambahan sebanyak 200.000 sambungan rumah (SR).

    Pipanisasi juga akan dikembangkan untuk mendukung hilirisasi yaitu proyek Pipa Bintuni – Fakfak, karena potensial untuk menyuplai gas ke pabrik petrokimia. Selanjutnya, ada peluang menyalurkan gas ke kawasan industri di antaranya Kawasan Industri Makassar, Parimo, Morowali, dan Teluk Bintuni.

    Adapun infrastruktur gas bumi beyond pipeline yang dikembangkan yaitu fasilitas LNG di Indonesia bagian tengah – timur untuk memenuhi demand dari sektor smelter dan pembangkit listrik. PGN bekerja sama dengan PLN EPI untuk gasifikasi pembangkit listrik di Papua Utara.

    “Apabila infrastruktur gas bumi dapat saling terhubung, maka akan menciptakan solusi untuk mengelola deficit dan surplus pasokan gas bumi. Tantangan saat ini adalah natural decline di Indonesia bagian barat, sedangkan banyak potensi pasokan gas di Indonesia Timur. Infrastruktur LNG sangat memungkinkan untuk membawa LNG ke Indonesia bagian Barat, sekaligus untuk memenuhi demand yang tumbuh di Indonesia Tengah dan Timur,” jelas Arief.

    “PGN juga tengah menjalankan proyek revitalisasi Tangki LNG Hub Arun yaitu tangki F-6004 untuk meningkatkans storage pasokan LNG. Kemajuan pekerjaan kontruksi revitalisasi sudah sekitar 73%,” jelas Arief.

    Sebagai Subholding Gas Pertamina, PGN siap menjadi mitra strategis untuk mendukung upaya swasembada energi. Menilik data Kementerian ESDM, pemerintah memiliki rencana induk jaringan transmisi dan distribusi gas bumi nasional. Pemerintah mencanangkan pembangunan backbone dari sisi transmisi di wilayah Sumatra dan Jawa. Pipa transisi salah satu prioritas yang dituntaskan, baik di Jawa (Batang – Cirebon) dan Sumatera (Dumai Sei Mangke). Sedangkan di wilayah Indonesia Tengah dan Timur, pemerintah menargetkan pembangunan moda Beyond pipeline misalnya mini LNG dan LNG terminal karena lokasinya kepulauan dan banyak program gasifikasi pembangkit listrik.

  • RI Mau Jadi Raja Panel Surya, Pasir Kuarsa Jadi Modal Utama

    RI Mau Jadi Raja Panel Surya, Pasir Kuarsa Jadi Modal Utama

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia akan menjadikan pasir kuarsa sebagai salah satu mineral kritis yang dikebut dalam rencana besar hilirisasi. Pasir kuarsa selama ini menjadi bahan baku panel surya.

    Pria yang menjadi Ketua Satgas Hilirisasi Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional ini mengatakan pasir kuarsa sudah ditarik sebagai salah satu mineral kritis milik Indonesia.

    Hal ini diungkapkan Bahlil usai mengikuti rapat terbatas dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta.

    “Kita akan bangun (industri) solar panel. Pasir kuarsa ini kita akan tarik sebagai mineral kritikal menjadi potensi keunggulan komparatif bagi bangsa kita,” ujar Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (10/3/2025).

    Pasir kuarsa masuk dalam salah satu dari 22 komoditas hasil pertambangan yang masuk dalam klasifikasi mineral strategis oleh Kementerian ESDM.

    Ini tercantum dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 69.K/MB.01/MEM.B/2024 tentang Penetapan Jenis Komoditas yang Tergolong Dalam Klasifikasi Mineral Strategis, yang diteken pada 1 April 2024. Pasir kuarsa masuk dalam golongan komoditas silika yang terdiri dari dua bahan tambang lain, yaitu kuarsit dan kristal kuarsa.

    Berdasarkan data Kementerian ESDM 2021, Indonesia memiliki potensi sumber daya pasir kuarsa yang cukup besar sampai dengan 25 miliar ton dengan jumlah cadangan mencapai 330 juta ton. Sumber daya dan cadangan pasir kuarsa Indonesia tersebar di 23 provinsi dari Aceh sampai dengan Papua Barat.

    (hal/hns)

  • Setoran Pajak Sumatera Utara-Jawa Timur Anjlok, Begini Datanya

    Setoran Pajak Sumatera Utara-Jawa Timur Anjlok, Begini Datanya

    Jakarta

    Kementerian Keuangan (Kemenkeu) belum merilis data kinerja penerimaan pajak hingga 31 Januari 2025. Jika dilihat per daerah yang sudah melaporkan, sejumlah daerah mengalami kontraksi penerimaan meski ada juga yang tumbuh positif.

    Bengkulu menjadi salah satu daerah di kawasan Sumatera yang mencatatkan pertumbuhan penerimaan pajak sebesar 11% hingga 31 Januari 2025. Di daerah lain seperti Kalimantan Timur dan Utara juga tumbuh 23,4% untuk penerimaan pajaknya.

    Sementara itu, penerimaan pajak yang mengalami penurunan di antaranya terjadi di Papua, Papua Barat dan Maluku, serta kawasan Jawa Timur.

    Berikut rincian penerimaan pajak dari masing-masing daerah yang telah merilis datanya di website pajak.go.id, dikutip Senin (10/3/2025):

    1. Sumatera Utara

    Sumatera Utara menjadi salah satu kawasan yang telah melaporkan kinerja APBN-nya hingga periode akhir Januari 2025. Meski begitu, tidak ditunjukkan perbandingan kinerja realisasi penerimaan pajak per akhir Januari 2025 dengan tahun lalu.

    Kepala Kanwil DJP Sumatera Utara I, Arridel Mindra melalui siaran pers hanya mengatakan penerimaan pajak daerahnya terealisasi sebesar Rp 1,43 triliun atau 4,41% dari target. Kontribusi terbesar berasal dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor yang mencapai Rp 359,33 miliar dan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 sebesar Rp 243 miliar.

    “Penerimaan pajak awal tahun mencapai Rp 1,43 triliun, didominasi oleh PPN Impor sebesar Rp 359,33 miliar yang tumbuh 17% (yoy), serta PPh Pasal 21 sebesar Rp 243 miliar,” ujar Arridel.

    2. Jawa Timur

    Penerimaan pajak di Jawa Timur hingga 31 Januari 2025 mencapai Rp 19,05 triliun atau 6,83% dari target sebesar Rp 278,96 triliun. Jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, penerimaan pajak Jawa Timur kontraksi sebesar 2,70% salah satunya karena belum optimalnya implementasi sistem perpajakan baru Coretax.

    “Penurunan ini dipengaruhi oleh kebijakan pemusatan pembayaran dan administrasi Wajib Pajak cabang yang mengurangi penerimaan pajak di Jawa Timur, serta belum optimalnya Coretax DJP yang berdampak pada kelancaran administrasi perpajakan,” bebernya.

    Penerimaan dari PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) masih mendominasi dengan kontribusi sebesar 66,32%, sementara PPh Non Migas berkontribusi 32,95%.

    Di sisi lain, penerimaan PBB, BPHTB, dan pajak lainnya mengalami pertumbuhan signifikan masing-masing sebesar 693,01% dan 311,23%. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan administrasi yang membuat pembayaran Wajib Pajak cabang yang sebelumnya tidak tercatat di Jawa Timur kini dikelola dalam wilayah administrasi Jawa Timur.

    3. Papua

    Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Papua, Papua Barat, dan Maluku (Kanwil DJP Papabrama) mencatat realisasi penerimaan pajak pada Januari 2025 sebesar Rp 485,59 miliar. Realisasi itu terkontraksi sebesar 41,27% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).

    Dalam siaran pers disebutkan bahwa setoran PPh mengalami kontraksi 71,17% (yoy) akibat implementasi Coretax yang menyebabkan pemusatan setoran NPWP cabang ke pusat, terutama dari sektor pertambangan. Di sisi lain Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mencatat pertumbuhan positif 18,67% (yoy) yang didorong oleh peningkatan belanja pemerintah atas barang dan jasa.

    4. Bengkulu

    Realisasi penerimaan pajak di wilayah Provinsi Bengkulu hingga 31 Januari 2025 senilai Rp 149,07 miliar. Realisasi itu tumbuh 11% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

    Kepala Seksi Penjaminan Kualitas Data Nimang Duwi Renggani mengatakan meski tumbuh, penerimaan pajak mengalami kontraksi di beberapa sektor. Hal ini dikarenakan adanya tantangan aktivitas ekonomi yang masih dalam proses pemulihan.

    “Kami menyadari adanya tantangan dalam aktivitas ekonomi yang masih dalam proses pemulihan, namun dengan pengawasan berbasis data yang lebih optimal kami yakin tren penerimaan pajak dapat terus dijaga dan ditingkatkan sepanjang tahun 2025,” ujar Nimang.

    5. Lampung

    Khusus untuk kawasan Lampung, penerimaan pajak sampai 31 Januari 2025 terkontraksi 21,42% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasinya senilai Rp 377,08 miliar, meski masih lebih tinggi dari target awal Rp 304,96 miliar.

    PPN menjadi kontributor utama penerimaan pajak di Lampung sebesar Rp 225,9 miliar atau tumbuh 6,14% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, PPh yang mencerminkan kinerja usaha dan pendapatan wajib pajak, menunjukkan penurunan akibat berbagai faktor eksternal dengan nilai Rp 135,4 miliar atau minus 48%.

    PBB tercatat sebesar Rp 5 juta dengan pertumbuhan positif sebesar 100,08%. Pajak lainnya tumbuh 20,08% dibandingkan tahun 2024 dengan nilai Rp 15,65 miliar.

    Dalam struktur penerimaan pajak, lima sektor usaha utama yang memberikan kontribusi terbesar di Provinsi Lampung pada Januari 2025 yaitu perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial, aktivitas keuangan dan asuransi, dan pertanian, kehutanan, dan perikanan.

    Kelima sektor itu secara kumulatif menyumbang lebih dari 80% dari total penerimaan pajak di Provinsi Lampung. Hanya saja beberapa sektor mengalami perlambatan akibat fluktuasi harga komoditas, pergeseran pola konsumsi, serta perubahan regulasi yang berdampak pada daya beli masyarakat.

    (acd/acd)

  • Pengakuan Yuni Enumbi, Mantan TNI yang Selundupkan Senjata untuk KKB Papua, Beli Seharga Rp1,3 M – Halaman all

    Pengakuan Yuni Enumbi, Mantan TNI yang Selundupkan Senjata untuk KKB Papua, Beli Seharga Rp1,3 M – Halaman all

    TRIBUNNEWS.com – Seorang mantan anggota TNI, Yuni Enumbi (29), ditangkap oleh tim gabungan Satgas Operasi Damai Cartenz dan Polda Papua pada Kamis, 6 Maret 2025.

    Ia ditangkap karena menyelundupkan senjata produksi Pindad untuk disuplai kepada Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Puncak Jaya.

    Kepala Satgas Operasi Damai Cartenz, Brigjen Faizal Ramadhani, mengungkapkan bahwa penangkapan ini adalah hasil kerja keras tim yang berhasil menggagalkan penyelundupan senjata dan amunisi.

    “Alhamdulillah, berkat kerja keras tim kami berhasil menggagalkan penyelundupan berbagai jenis senjata dan amunisi yang rencananya akan disuplai kepada KKB di Puncak Jaya,” ujarnya dalam jumpa pers, Sabtu, 8 Maret 2025.

    Yuni Enumbi ditangkap bersama dua orang lainnya, Yudhi Kalado, sopir, dan Matius Payokwa, helper.

    Yuni mengaku membeli senjata tersebut dari luar Papua seharga Rp1,3 miliar dengan tujuan untuk diserahkan kepada KKB.

    Sementara itu, Yudhi dan Matius mengaku tidak mengetahui isi muatan yang mereka bawa.

    Penyidikan Lanjutan

    Brigjen Faizal menegaskan pihaknya akan melakukan pendalaman lebih lanjut terkait penyelundupan senjata ini.

    “Kami akan terus menelusuri asal-usul senjata ini dan siapa saja yang terlibat,” katanya.

    Yuni Enumbi sebelumnya merupakan anggota TNI Kodam 18 Kasuari Papua Barat dengan pangkat Pradana.

    Yudhi Kalado berasal dari Manado, sedangkan Matius Payokwa beralamat di Jayapura.

    Kronologi Penangkapan

    Kapolda Papua, Irjen Patrige R. Renwarin, menjelaskan bahwa penangkapan ini berawal dari informasi mengenai pergerakan senjata ilegal yang akan dikirimkan ke Puncak Jaya.

    Tim kepolisian melakukan pemantauan dan penyidikan di beberapa titik di Jayapura dan Keerom sejak 1 Maret 2025.

    Penangkapan berlangsung pada pukul 22:50 WIT.

    “Penangkapan ini menegaskan komitmen Polri dalam menjaga keamanan serta mencegah peredaran senjata ilegal yang dapat mengancam stabilitas wilayah Papua,” ungkap Patrige.

    Dua pucuk senjata api laras panjang (belum terangkai);
    Empat pucuk pistol G2 Pindad;
    632 butir amunisi kaliber 5,56 mm;
    250 butir amunisi 9 mm;
    Satu pucuk senapan angin (belum terangkai);
    Satu paket laser senter dan mounting;
    Satu teleskop dan peredam;
    Satu popor kayu warna cokelat;
    Satu laras dan tabung senapan angin;
    Satu unit kompresor bertuliskan United warna biru (tempat penyimpanan senjata);
    Satu ponsel Vivo Y19S;
    Satu pompa dan tas angin;
    Satu kunci T;
    Satu paket gerinda portabel”
    Beberapa tas, termasuk tas senapan angin dan tas selempang berisikan identitas diri serta kartu ATM;
    Uang tunai senilai Rp369.600.000.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Kementerian Pariwisata: Indonesia Berpotensi Jadi Destinasi Wisata Edukasi Bertaraf Internasional – Halaman all

    Kementerian Pariwisata: Indonesia Berpotensi Jadi Destinasi Wisata Edukasi Bertaraf Internasional – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi World Class Educational Tourism Destination, terutama dengan kekayaan budaya, alam, dan sejarah yang dapat dikemas sebagai pengalaman belajar unik.

    Apalagi memiliki lebih dari 1.300 suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai laboratorium sosial budaya bagi wisatawan edukasi.

    Tradisi unik seperti wayang kulit, batik, tenun ikat, dan upacara adat memberikan pengalaman belajar langsung tentang warisan budaya Indonesia.

    Juga hutan hujan tropis, terumbu karang, gunung berapi, dan ekosistem laut menjadikan Indonesia tempat ideal untuk studi tentang ekologi, konservasi lingkungan, dan keberlanjutan.

    Belum lagi destinasi seperti Taman Nasional Komodo, Raja Ampat, dan Kalimantan bisa menjadi pusat penelitian dan wisata edukasi berbasis alam.

    Kementerian Pariwisata RI mulai fokus mengembangkan educational tourism sebagai bagian dari strategi diversifikasi sektor pariwisata.

    Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata RI, Ni Made Ayu Marthini mengatakan, dengan sumber daya alam yang luar biasa, budaya yang kaya, serta beragam tema edukasi yang dapat dieksplorasi.

    “Sehingga Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi World Class Educational Tourism Destination,” kata Ni Made saat usai pengumuman WisataSekolah resmi bergabung WYSE Travel Confederation seperti dikutip , Minggu (9/3/2025).

    Dikatakannya, keanggotaan itu, Ni Made optimistis lebih banyak wisatawan mancanegara, khususnya dari sekolah-sekolah internasional, akan tertarik untuk berkunjung ke Indonesia.

    Kementerian Pariwisata mendorong dan mengapresiasi seluruh pihak berperan untuk mempromosikan terkait  wisata edukasi ini.”Langkah WisataSekolah ini diharapkan menjadi awal yang baik dalam memperkenalkan Indonesia sebagai destinasi utama bagi program study tour dan school trip dari seluruh dunia,” ungkapnya. 

    Dikatakannya, kolaborasi dengan organisasi global seperti WYSE Travel Confederation membuka akses lebih luas bagi sekolah internasional untuk memilih Indonesia sebagai destinasi school trip.

    Pelopor penyelenggara school trip di Indonesia juga menerima sertifikat keanggotaan WYSE Travel Confederation dalam acara seremonial di ITB Berlin 2025. 

    Bahkan membawa sekolah internasional untuk berkunjung ke desa-desa tersebut, memperkenalkan potensi lokal, serta mendukung pengembangan ekonomi berbasis pariwisata berkelanjutan.

    Dengan keanggotaan ini, peluang bagi desa wisata binaan Bakti BCA untuk dikenal dan dikunjungi wisatawan mancanegara semakin terbuka lebar.

    Nona Faletta, perwakilan Bakti BCA mengapresiasi langkah WisataSekolah dalam memperluas jejaring globalnya.

    “Wisata edukasi yang mereka kembangkan telah memberikan dampak positif bagi desa wisata binaan kami,” katanya.

     

  • Polres Bintuni Bungkam soal Iptu Tomi Marbun, Ini Pengakuan Istri

    Polres Bintuni Bungkam soal Iptu Tomi Marbun, Ini Pengakuan Istri

    Jakarta, Beritasatu.com – Istri dari Iptu Tomi Samuel Marbun atau Iptu Tomi Marbun, Riah Ukur Tarigan, mengungkapkan bahwa sejumlah anggota kepolisian yang terlibat dalam kegiatan bersama suaminya memilih untuk bungkam. Riah menyatakan, keputusan tersebut diambil atas arahan dari Polres Bintuni.

    “Saya sempat bertanya kepada anggota polisi yang ikut bersama suami saya (Iptu Tomi Marbun). Mereka mengatakan tidak boleh buka suara karena itu adalah arahan dari Polres Bintuni,” jelas Riah Ukur Tarigan, sebagaimana dikutip dari channel YouTube, Minggu (9/3/2025).

    Riah Tarigan juga mengungkapkan bahwa dirinya diminta untuk menghadap Polres Bintuni terkait hilangnya Iptu Tomi Marbun, yang diduga jatuh ke sungai di Papua Barat.

    “Anggota kepolisian malah melemparkan tanggung jawab ke Kanit dan Kapolres. Mereka takut untuk berbicara,” ujarnya.

    “Melihat ketakutan mereka, semakin membuat kami, keluarga, merasa curiga terhadap Polres Bintuni karena terkesan ada yang ditutupi,” tambahnya.

    Setelah kejadian hilangnya Iptu Tomi Marbun viral di media sosial, Riah Tarigan merasa bahwa Polres Bintuni semakin berusaha menutupi fakta yang sebenarnya terjadi pada suaminya.

    “Sampai saat ini, Polres Bintuni belum memberikan penjelasan yang jelas kepada kami mengenai apa yang sebenarnya terjadi,” tutup Riah Ukur Tarigan terkait hilangnya suaminya, Iptu Tomi Marbun di Papua.

  • Laporan Polisi Berbeda, Istri Iptu Tomi Marbun Curiga Ada Kejanggalan

    Laporan Polisi Berbeda, Istri Iptu Tomi Marbun Curiga Ada Kejanggalan

    Jakarta, Beritasatu.com – Istri Iptu Tomi Samuel Marbun atau Iptu Tomi Marbun, Riah Ukur Tarigan, mengungkapkan, laporan dari Polres Bintuni, Papua Barat mengenai hilangnya suaminya berbeda-beda. Kejanggalan inilah yang membuatnya curiga ada yang disembunyikan oleh pihak Polres Bintuni.

    Riah Tarigan menjelaskan, dirinya menerima tiga laporan yang tidak sama dari berbagai pihak di Polres Bintuni, yakni wakapolres, kapolres, dan kanit Resmob Bintuni.

    “Masing-masing memberitahu saya tentang penyebab yang berbeda-beda,” ujar Riah dengan suara terbata-bata dikutip dari channel YouTube, Minggu (9/3/2025).

    Riah melanjutkan, sebelum suaminya menghilang, Iptu Tomi Marbun sempat berpamitan untuk bertugas pada 15 Desember 2024.

    “Suami saya pamit berangkat dari rumah sekitar pukul 09.00 WIB, dan mengatakan akan menuju rumah Pak Kanit Resmob,” jelasnya.

    Sebagai informasi, Riah mengungkapkan bahwa suaminya sempat menghubunginya lagi sebelum naik ke lokasi tugas sekitar pukul 23.00 WIB.

    “Dia bilang akan singgah ke rumah sekitar jam itu untuk berpamitan. Namun setelah itu, tidak ada kabar lagi. Saya coba menghubungi, tetapi tidak ada respons,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

    Pada 18 Desember 2024, Riah menerima kabar dari wakapolres Bintuni yang datang bersama istri, menginformasikan long boat yang digunakan oleh suaminya terbalik.

    “Saya diberitahu bahwa suami saya hilang dan hanya anggota lain yang selamat,” ungkapnya.

    Namun, informasi yang diberikan semakin membingungkan. Tidak lama setelahnya, Riah dihubungi oleh kapolres Bintuni yang mengatakan suami Riah tergelincir dari long boat.

    “Dia mengatakan suami saya duduk di belakang, mungkin salah pijak, sehingga tergelincir. Anggota lain di dalam long boat tidak mengetahui hal itu,” cerita Riah.

    Keesokan harinya, Riah kembali mendapat informasi berbeda dari Kanit Resmob Bintuni, Roland.

    “Dia mengatakan, suami saya sempat berenang, terbawa arus, dan berdiri di tandusan. Air di sana katanya hanya sebatas lutut, namun tidak lama setelah itu suami saya hilang tersapu arus,” ungkapnya.

    Perbedaan keterangan yang didapatkan dari tiga pejabat Polres Bintuni tersebut semakin membuat Riah merasa kebingungan dan curiga bahwa ada sesuatu yang tidak beres terkait hilangnya suaminya, Iptu Tomi Marbun.

    “Saya mulai berpikir, kenapa ada tiga orang dari Polres Bintuni yang datang dengan cerita yang berbeda-beda? Saya merasa ada yang ditutupi. Itu sebabnya saya berani berbicara, agar suami saya bisa ditemukan,” tutup Riah dengan penuh harap agar suaminya, Iptu Tomi Marbun bisa segera ditemukan.

  • Iptu Tomi Marbun Hilang, Istri Minta Tolong kepada Presiden

    Iptu Tomi Marbun Hilang, Istri Minta Tolong kepada Presiden

    Jakarta, Beritasatu.com – Istri Iptu Tomi Samuel Marbun atau Iptu Tomi Marbun, Riah Ukur Tarigan menangis saat mendatangi Bareskrim Mabes Polri untuk meminta pertolongan kepada Presiden Prabowo Subianto agar suaminya yang hilang saat bertugas di Papua Barat dapat ditemukan.

    Kejadian ini sudah berlangsung selama tiga bulan, dan hingga kini, Riah merasa sangat kehilangan.

    “Tolong cari suami saya, bapak,” ujar Riah Ukur Tarigan sambil menangis dikutip dari channel YouTube, Minggu (9/3/2025).

    Riah dengan penuh harapan meminta kepada pihak Bareskrim untuk segera menemukan Iptu Tomi Marbun, yang hilang setelah melakukan tugas di Papua Barat pada Desember 2024.

    “Saya mohon belas kasihannya, agar suami saya Tomi Samuel Marbun bisa ditemukan. Lihatlah air mata saya ini, bapak,” ungkap Riah dengan suara bergetar, sambil mengusap air matanya.

    Riah Tarigan mengungkapkan rasa rindunya terhadap suaminya, yang sudah lebih dari tiga bulan tidak ada kabar. Ia sangat merindukan pelukan suaminya yang selama ini selalu ada untuknya.

    Sambil menangis, Riah menceritakan pengalamannya bertanya kepada anggota yang ikut dalam tim bersama suaminya. Namun, anggota tersebut enggan memberikan informasi lebih lanjut.

    “Saya sempat mempertanyakan kepada anggota yang ikut ke dalam tim suami saya. Sayangnya, mereka tidak berani memberikan keterangan. Anggota hanya bilang silakan konfirmasi ke Kanit Roland,” ujar Riah yang semakin terisak.

    “Hingga sekarang, pencarian yang dilakukan pun tidak ada informasi yang diberikan kepada kami keluarga,” tambahnya.

    Selain kepada Bareskrim, Riah juga memohon agar Presiden Prabowo Subianto dan Kapolri memberikan perhatian terhadap kasus hilangnya suaminya, yang sudah berlangsung lebih dari tiga bulan.

    “Saya memohon kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto, Bapak Kapolri agar mengusut tuntas soal hilangnya suami saya yang sudah tiga bulan dan belum kembali pulang,” lanjut Riah dengan air mata yang tak bisa dibendung.

    Riah menegaskan, sampai saat ini tidak ada bukti atau tanda-tanda yang menunjukkan bahwa suaminya hanyut, seperti yang diberitakan sebelumnya.

    “Kalau dibilang hanyut, tidak ada tanda-tandanya. Buktinya pun tidak ada. Jadi, saya mohon kejelasan soal suami saya,” ungkap istri Iptu Tomi Marbun, Riah Tarigan yang menangis akibat suaminya belum ditemukan akibat hilang di Papua saat menjalani tugas.

  • Kasus Hilangnya Iptu Tomi Marbun, Keluarga Desak Pencarian Dilanjutkan

    Kasus Hilangnya Iptu Tomi Marbun, Keluarga Desak Pencarian Dilanjutkan

    Jakarta, Beritasatu.com – Keluarga Iptu Tomi Samuel Marbun atau Iptu Tomi Marbun mendatangi Bareskrim Mabes Polri untuk meminta kejelasan mengenai keberadaan Iptu Tomi Marbun yang hilang di Papua.

    Kejadian ini sudah berlangsung selama tiga bulan tanpa ada kepastian terkait nasib anggota kepolisian tersebut.

    “Kami menyampaikan keluh kesah keluarga yang selama tiga bulan ini belum mendapat kepastian soal keberadaan AKP Iptu Tomi Marbun yang hilang di Papua,” ujar adik Iptu Tomi Marbun, Monterry Marbun dikutip dari channel YouTube, Minggu (9/3/2025).

    Monterry Marbun menambahkan, keluarga menaruh harapan besar pada Mabes Polri untuk segera menemukan Iptu Tomi Marbun dan memberikan kejelasan.

    “Kami berharap Bareskrim dapat segera menindaklanjuti dan melakukan pencarian serta memeriksa Polres Bintuni, karena sudah lebih dari tiga bulan, banyak kejanggalan yang terjadi,” tuturnya.

    Monterry menyayangkan langkah kepolisian di Papua yang menghentikan pencarian Iptu Tomi Marbun tanpa memberikan penjelasan kepada pihak keluarga.

    “Pencarian dihentikan sementara tanpa pemberitahuan pasti dari Polres atau Polda. Tidak ada keterangan mengenai alasan penghentian tersebut. Kami ingin Bareskrim segera menindaklanjuti dan mengeksekusi permintaan keluarga,” ungkapnya.

    Keluarga berharap agar Bareskrim segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan kasus hilangnya Iptu Tomi Marbun.

    “Berdasarkan informasi yang kami terima, Bareskrim akan menindaklanjuti keluh kesah keluarga Iptu Tomi Marbun,” tambahnya.

    Sebelumnya, Iptu Tomi Marbun yang menjabat sebagai Kasatreskrim Polres Teluk Bintuni, dilaporkan hilang setelah terjatuh ke sungai saat mengejar kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Teluk Bintuni, Papua Barat.

    Iptu Tomi Marbun dilaporkan hanyut di Kali Rawara, Kampung Meyah Lama, Distrik Moskona Barat, Teluk Bintuni, Papua Barat, pada Rabu (18/12/2024).