provinsi: NUSA TENGGARA BARAT

  • Pernah Jatuh-Terselamatkan di Jurang Rinjani, Ini Pengakuan Pendaki Irlandia

    Pernah Jatuh-Terselamatkan di Jurang Rinjani, Ini Pengakuan Pendaki Irlandia

    Jakarta

    Belakangan, Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi perbincangan publik. Ini karena insiden terjatuhnya Juliana Marins, pendaki asal Brasil. Marins meninggal 20 menit usai terperosok ke dalam jurang.

    Hal itu diungkap oleh Ida Bagus Putu Alit, dokter forensik dari RSUP Prof IGNG Ngoerah, Denpasar. Menurutnya, perempuan 27 tahun tersebut mengalami luka parah akibat benturan keras di beberapa bagian tubuh.

    “Perkiraan 20 menit,” ujarnya terkait perkiraan lamanya korban bertahan hidup, seperti dikutip dari detikBali, Jumat (27/6/2025).

    Jauh sebelum insiden yang dialami Marins, Paul Farrel, pendaki asal Irlandia juga sempat terperosok di jurang gunung dengan ketinggian 3.762 mdpl ini. Paul terjatuh pada Oktober 2024 silam.

    “Tanah di sana (Gunung Rinjani) berbeda, tempat yang membuat Anda seolah melangkah maju satu langkah dan mundur dua langkah. Karena kami berada di gunung berapi, medannya berpasir dan Anda bisa menenggelamkan kaki,” kata Paul, dikutip dari BBC, Sabtu (28/6/2025).

    Paul mengaku dirinya harus melakukan apa saja untuk bertahan hidup usai terjatuh di jurang. Termasuk bersembunyi di bawah batu besar di kedalaman sekitar 200 meter.

    “Meski begitu, aku tidak aman. Di tempat itu, kau bisa terpeleset kapan saja,” katanya.

    “Itu jelas sangat menakutkan. Saya berdoa kepada Tuhan agar saya bisa keluar dari sana dalam keadaan hidup, atau hanya dengan beberapa tulang yang patah,” sambungnya.

    Beruntung, setelah sekitar lima jam tim penyelamat berhasil menemukan lokasinya. Paul mengaku sangat lega ketika benar-benar bisa keluar dari jurang tersebut.

    “Saya menyukai adrenalin dan olahraga ekstrem, tetapi situasi ini sudah sangat mendekati batas,” katanya.

    Medan pendakian Gunung Rinjani memang bisa dikatakan tidak ramah untuk para pemula, sehingga dibutuhkan fisik kuat dan tetap fokus selama mendaki. Menurut Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) area puncak gunung itu terbilang rawan karena berpasir dengan kanan kiri adalah jurang.

    (dpy/up)

  • 5
                    
                        Usai Juliana Marins, Pendaki Asal Malaysia Jatuh di Gunung Rinjani, Tergelincir Sejauh 200 Meter
                        Regional

    5 Usai Juliana Marins, Pendaki Asal Malaysia Jatuh di Gunung Rinjani, Tergelincir Sejauh 200 Meter Regional

    Usai Juliana Marins, Pendaki Asal Malaysia Jatuh di Gunung Rinjani, Tergelincir Sejauh 200 Meter
    Tim Redaksi
    LOMBOK TIMUR, KOMPAS.com
    – Seorang Warga Negara Asing (WNA) asal
    Malaysia
    , bernama Nazli Bin Awang Mahat (47), yang mendaki puncak
    Gunung Rinjani
    dan turun melalui danau Segara Anak, Kamis, 26 Juni 2025, dilaporkan tergelincir hingga kedalaman 200 meter ke arah danau karena jalur yang licin.
    Pihak Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) membenarkan kejadian tersebut.
    Kejadian ini berdekatan dengan pasca evakuasi terhadap Jualiana Marins, WNA asal Brasil, yang tewas di kedalaman 600 meter jurang Danau Segara Anak.
    Kepala Resort TNGR Taufikurrahman mengatakan pada
    Kompas.com,
    Sabtu (28/6/2025), Nazli Bin Awang Mahat mengalami luka di bagian kepala, kaki terkilir, dan tidak mampu melanjutkan perjalanan lagi.
    “Kami mendapat laporan mengenai WNA asal Malaysia ini dari guide pada Jumat malam, tanggal 27 Juni 2025, sekitar pukul 15.20 Wita, bahwa yang bersangkutan mengalami kecelakaan dan tergelincir di arah menuju Danau Segara Anak,” kata Taufik.

    Tim evakuasi
    langsung menuju lokasi korban yang jatuh pada Jumat malam sekitar pukul 23.00 Wita dan melakukan evakuasi. Korban berhasil dibawa turun dengan tandu,” jelasnya.
    Korban asal Malaysia ini berhasil dibawa turun oleh
    tim evakuasi
    dari TNGR, SAR
    Lombok
    Timur, TNI, Polri, dan relawan menuju shelter emergency Pelawangan Sembalun pukul 01.30 Wita.
    Selama 2 jam, korban istirahat di Shelter Pelawangan dan kembali ditandu menuju pos 2 Sembalun dan tiba pukul 06.30 Wita.
    Korban kemudian dibawa menggunakan kendaraan roda dua menuju Puskesmas Sembalun untuk mendapat pemeriksaan kesehatan.
    Humas Polres Lombok Timur, AKP Nicolas Oesman, mengatakan bahwa pihaknya juga mendapat laporan terkait kecelakaan yang dialami WNA Malaysia tersebut.
    “WNA Malaysia ini mendaki bersama 12 orang rombongannya ke puncak Rinjani, dan turun menuju Danau Segara Anak. Saat turun itulah dia mengalami kecelakaan atau tergelincir,” kata Nicolas.
    Diketahui pendaki WNA Malaysia ini terregistrasi pada Jumat, tanggal 26 Juni 2025, dan melakukan pendakian dengan tujuan puncak dan turun melalui Danau Segara Anak.
    Atas kejadian yang berturut-turut terjadi di kawasan pendakian Rinjani, para pendaki dihimbau untuk selalu berhati-hati karena kondisi cuaca yang berubah-ubah di Gunung Rinjani, mulai dari kabut dan hujan yang menyebabkan jalur pendakian licin.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Patah Tulang Picu Kerusakan Organ

    Patah Tulang Picu Kerusakan Organ

    PIKIRAN RAKYAT – Kabar duka pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang tewas di jalur ekstrem Gunung Rinjani, NTB, menorehkan catatan panjang kontroversi, mulai dari kondisi jatuh, hasil autopsi, hingga polemik lambatnya proses evakuasi yang menuai kritik publik, terutama warga Brasil.

    Autopsi: Luka Parah Akibat Benturan Tumpul

    Tim dokter forensik Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) membeberkan hasil autopsi jenazah Juliana Marins yang jatuh di Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Rinjani, pada Sabtu (21/6).

    Dokter Spesialis Forensik Ida Bagus Putu Alit mengungkap bahwa tubuh Juliana Marins dipenuhi luka benturan tumpul di hampir seluruh bagian, disertai patah tulang di dada, tulang belakang, punggung, hingga paha.

    “Penyebab kematian karena kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan,” ucap Alit di Denpasar, Jumat 27 Juni 2025.

    Bagian punggung Juliana Marins mengalami luka terparah, memicu kerusakan organ dalam hingga pendarahan masif di rongga dada.

    “Dari patah-patah tulang inilah terjadi kerusakan organ dalam dan pendarahan,” kata Alit.

    Meninggal Singkat Usai Jatuh

    Berdasarkan pemeriksaan medis, dokter forensik meyakini Juliana Marins meninggal hanya dalam rentang waktu sangat singkat usai terjatuh. Luka di kepala tidak menimbulkan herniasi otak, namun pendarahan di dada dan perut cukup besar.

    “Kami tidak menemukan bukti-bukti bahwa kematian itu terjadi dalam jangka waktu yang lama dari luka terjadi,” tutur Alit.

    Meski demikian, pihak forensik masih menunggu hasil uji toksikologi untuk melengkapi kesimpulan final.

    Keluarga Tuding Evakuasi Terlambat

    Di Brasil, kabar duka ini memicu reaksi keras. Akun Instagram @resgatejulianamarins yang mengklaim mewakili keluarga menuduh tim penyelamat lalai.

    “Juliana mengalami kelalaian yang sangat besar dari tim penyelamat. Jika tim penyelamat berhasil menyelamatkannya dalam tujuh jam, Juliana pasti masih hidup,” ucap akun tersebut.

    Ribuan komentar membanjiri akun Basarnas hingga akun resmi Presiden Prabowo Subianto, mempertanyakan mengapa helikopter lambat dikerahkan dan kenapa proses evakuasi memakan waktu tiga hari.

    Fakta di Lapangan: Medan Sulit, Cuaca Buruk

    Juliana Marins dilaporkan jatuh ke jurang sedalam ratusan meter menuju Danau Segara Anak sekira pukul 6.30 WITA. Kendati demikian, rekaman drone menunjukkan korban sempat masih hidup pada Sabtu itu.

    Tim SAR baru mendekati lokasi pada Selasa 24 Juni 2025 karena terhambat medan ekstrem dan cuaca buruk.

    Pendaki senior Ang Asep Sherpa menyoroti keterbatasan peralatan penyelamatan di titik rawan Rinjani.

    “Kasusnya sama, jatuh ke jurang. Itu sudah berkali-kali. Kita perlu alat mountaineering yang lengkap di titik rawan. Kalau ambil alat dulu ke bawah, memakan waktu,” kata Asep.

    Mustaal, operator trekking Rinjani, mengakui peralatan penyelamatan terbatas.

    “Talinya kurang panjang, harus ambil ke Mataram. Itu membuat evakuasi lambat,” ujarnya.

    Pemerintah Membela Diri

    Yarman Wasur, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, membantah anggapan lamban.

    “Kita langsung membentuk tim. Ini harus tim profesional karena menyangkut keselamatan tim evakuasi juga. Lokasi ekstrem, cuaca bisa berubah mendadak,” ujarnya.

    Basarnas pun menyebut helikopter yang disiapkan tidak bisa dioperasikan maksimal karena kondisi medan. Gerry Soejatman, pengamat penerbangan, menjelaskan helikopter AW139 dan AS365 milik Basarnas tidak sanggup hover di ketinggian lereng jatuhnya Juliana Marins.

    Perbaikan Jalur Rinjani Mendesak

    Tragedi ini memicu dorongan evaluasi total jalur pendakian Rinjani. Galih Donikara, pegiat alam senior, menyebut perlunya pagar pengaman, jalur tali, dan SOP penyelamatan darurat.

    “Kalau itu jurang membahayakan, mestinya ada pagar atau pembatas kokoh. Petugas juga harus ada di pos-pos rawan, bukan hanya di registrasi,” kata Galih.

    Ang Asep Sherpa pun mengingatkan banyak pendaki pemula kerap meremehkan medan Gunung Rinjani.

    “Yang mereka lihat keindahannya di media sosial. Tanpa persiapan fisik dan alat memadai, itu bikin celaka,” ucapnya.

    Jalur Sulit, Pendaki Pemula Harus Siap

    Gunung Rinjani memiliki jalur Letter E, terkenal curam, berpasir, dan diapit jurang dengan angin kencang. Menurut Mustaal, pendaki mesti didampingi guide lokal dan porter.

    “Kalau fisik tidak siap, sedikit lengah bisa fatal,” ucapnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari BBC Indonesia.***

  • Juliana Marins Tak Alami Hipotermia, Meninggal Akibat Jatuh dan Luka Parah di Gunung Rinjani
                
                    
                        
                            Denpasar
                        
                        28 Juni 2025

    Juliana Marins Tak Alami Hipotermia, Meninggal Akibat Jatuh dan Luka Parah di Gunung Rinjani Denpasar 28 Juni 2025

    Juliana Marins Tak Alami Hipotermia, Meninggal Akibat Jatuh dan Luka Parah di Gunung Rinjani
    Editor
    KOMPAS.com –
    Dokter Spesialis Forensik RS Bali Mandara, Ida Bagus Putu Alit, menegaskan bahwa
    hipotermia
    bukan menjadi penyebab kematian pendaki asal Brasil,
    Juliana Marins
    , yang ditemukan meninggal dunia usai jatuh ke jurang di kawasan
    Gunung Rinjani
    , Nusa Tenggara Barat.
    Pernyataan tersebut disampaikan setelah tim forensik melakukan proses autopsi terhadap jenazah Juliana.
    “Kalau dilihat dari luka-luka yang ada dan pendarahan yang banyak, (penyebab) hipotermia bisa kita singkirkan ya. Jadi penyebabnya adalah kekerasan tumpul,” ujar Ida Bagus dalam keterangan yang dilansir Kompas TV, Jumat (27/6/2025).
    Menurutnya, hasil autopsi menunjukkan bahwa Juliana Marins mengalami luka parah akibat kekerasan benda tumpul yang diduga terjadi saat ia jatuh ke jurang sedalam ratusan meter.
    Luka tersebut menyebabkan patah tulang, kerusakan organ dalam, dan pendarahan hebat.
    “Untuk sementara ya, itu adalah kekerasan tumpul yang menyebabkan patah tulang dan kerusakan organ dalam serta pendarahan,” tegasnya.
    Dokter Ida Bagus menjelaskan, seandainya seseorang meninggal karena hipotermia, maka proses meninggalnya tidak bisa berlangsung cepat.
    “Kalau seandainya hipotermia itu memang memerlukan waktu yang lama sampai orang itu meninggal ya, karena di otak kita ada yang mengatur suhu tubuh,” jelasnya.
    Namun, pada jenazah Juliana tidak ditemukan tanda-tanda fisik yang biasa muncul pada kasus hipotermia.
    Luka-luka khas akibat suhu ekstrem, seperti pada ujung jari yang berubah warna menjadi kehitaman, tidak ditemukan.
    “Mungkin saya dapat jelaskan bahwa untuk hipotermia, tanda-tanda adanya hipotermia itu luka-luka yang ditimbulkan tidak ada. Jadi lukanya berwarna kehitaman, ini tidak ditemukan berarti bisa kita katakan bahwa tidak ada hipotermia ya,” tambahnya.
    Proses evakuasi jenazah Juliana juga menjadi perhatian publik. Relawan pendakian Gunung Rinjani, Agam Rinjani, membagikan kisah perjuangannya bersama tim SAR saat melakukan vertical evacuation dari jurang berkedalaman 590 meter.
    “Kami menginap di pinggir tebing yang curam 590 meter bersama Juliana satu malam dengan memasang anchor supaya tidak ikut meluncur lagi 300 meter,” tulis Agam melalui Instagram @agam_rinjani.
    Kisah heroik tersebut viral di media sosial, baik di Indonesia maupun Brasil, namun Agam tetap merasa bersalah karena tidak dapat menyelamatkan Juliana dalam kondisi hidup.
    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Juliana Tak Alami Hipotermia, Dipastikan Meninggal karena Benda Tumpul usai Jatuh ke Jurang Rinjani
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Penjelasan Ilmiah Mengapa Kita Terjatuh di Gunung

    Penjelasan Ilmiah Mengapa Kita Terjatuh di Gunung

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mendaki sebuah gunung harus disertai dengan persiapan yang matang, tak bisa dipungkiri terdapat berbagai risiko pendakian mengintai seperti terjatuh di gunung.

    Kasus terbaru, seorang pendaki asal Brasil yakni Juliana Marins tewas dalam pendakiannya di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kasus Juliana tersebut memperingatkan semua orang yang akan melakukan pendakian untuk terus waspada saat mendaki gunung.

    Melansir Outside Online, terdapat sekitar 40 juta orang per tahun mengunjungi ketinggian di atas 6.500 kaki di Pegunungan Alpen setiap tahun. Sebagian besar dari mereka ada di sana untuk mendaki, beberapa dengan pengalaman yang sangat sedikit dan kondisi fisik yang buruk. Angka-angka belaka berarti bahwa meskipun hiking relatif aman, jumlah kecelakaan dengan kemungkinan rendah bertambah.

    Sebagai contoh, sebuah studi tentang kecelakaan gunung di Prancis tahun lalu menemukan bahwa hanya 4% kecelakaan pendakian di jalur di mana penyelamatan gunung disebut mengakibatkan kematian.

    Sebagai perbandingan, 15% panggilan hiking off-trail, 20% panggilan pendakian gunung salju, 35% panggilan air putih, dan 47% panggilan BASE-jumping melibatkan kematian.

    Tetapi karena perbedaan partisipasi, hiking sebenarnya adalah penyebab keseluruhan utama kematian terkait olahraga di Swiss, menyumbang 25% dari total, dibandingkan dengan 17 persen untuk pendakian gunung, 8% untuk tur ski, 2,7% untuk panjat tebing, dan hanya 1,8% untuk BASE jumping.

    Lantas bagaimana risiko terjatuh saat mendaki gunung?

    Menurun lebih berisiko. Lebih dari 75% jatuh terjadi selama penurunan, dibandingkan dengan 20% pada pendakian dan 5% pada tanah datar.

    Beberapa faktor mungkin berkontribusi terhadap hal ini: Anda bergerak lebih cepat di menuruni bukit, Anda memukul paha depan Anda dengan kontraksi otot eksentrik yang tidak dikenal, Anda mungkin telah minum bir di pondok puncak, dan Anda sudah lelah dari pendakian.

    Kondisi eksternal bukanlah faktor yang besar. Kecelakaan yang kita bicarakan di sini sebagian besar bukanlah klise dari pendaki bodoh yang berkeliaran di jalan setapak saat senja dalam kabut tebal atau badai hujan lebat. Faktanya, 90% kecelakaan terjadi saat cuaca baik, tanpa curah hujan, kabut, atau kegelapan. Selain itu, 81% kecelakaan terjadi di jalan setapak atau jalan setapak yang ditandai, meskipun jalan setapak itu melewati medan berbatu dalam 61% kasus. Untuk sebagian besar, para pendaki melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan ketika mereka jatuh.

    Kasus fatal lebih banyak terjadi pada laki-laki. Faktanya, wanita menyumbang lebih dari setengah kecelakaan secara keseluruhan-tetapi mereka cenderung tidak mengalami kecelakaan serius. Wanita memiliki 55% kecelakaan yang tidak fatal, tetapi hanya 28% yang fatal. Pria secara signifikan lebih mungkin mengalami kecelakaan hiking di luar jalur daripada wanita.

    Kasus Juliana Marins

    Juliana diduga jatuh di Danau Segara Anak, tepatnya di sekitar titik Cemara Nunggal, pada Sabtu (21/6) pagi. Insiden nahas itu terjadi saat Juliana hendak menuju puncak Gunung Rinjani.

    Pada Senin, 23 Juni 2025, Tim SAR Gabungan terus melanjutkan proses evakuasi terhadap Juliana. Pukul 06.30 WITA, korban berhasil terpantau menggunakan drone, dalam posisi tersangkut di tebing batu pada kedalaman ±500 meter dan secara visual dalam keadaan tidak bergerak.

    “Dua personel rescue diturunkan untuk menjangkau lokasi korban dan mengecek titik pembuatan anchor kedua di kedalaman ±350 meter. Namun, setelah observasi, ditemukan dua overhang besar sebelum bisa menjangkau korban membuat pemasangan anchor tidak memungkinkan, Tim rescue harus melakukan climbing untuk bisa menjangkau korban,” tulis Balai TN Gunung Rinjani.

    Evakuasi ini menghadapi medan ekstrem dan cuaca dinamis, kondisi kabut tebal mempersempit pandangan dan meningkatkan risiko. Demi keselamatan, tim rescue ditarik kembali ke posisi aman.

    Pukul 14.30 WITA, rapat evaluasi digelar via Zoom bersama Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal. Gubernur berencana meminjam helikopter milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) untuk mempercepat proses penyelamatan.

    “Lakukan kemampuan terbaik kita, termasuk kemungkinan rescue melalui airlifting menggunakan helikopter dengan pilot spesifikasi airlifter. Supaya tidak kehilangan golden time (72 jam) penyelamatan,” ujar Iqbal dalam rapat koordinasi virtual, dikutip dari Detikcom.

    Kepala Kantor Basarnas Mataram secara teknis menjelaskan proses evakuasi mempergunakan helikopter dimungkinkan namun harus dipastikan spesifikasi helikopter paling tidak memiliki Hois untuk air lifting dan cuaca yang sangat cepat berubah juga mempengaruhi bisa tidaknya proses evakuasi mempergunakan helikopter.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Peresean, Seni Pertunjukan dan Adu Ketangkasan Suku Sasak

    Peresean, Seni Pertunjukan dan Adu Ketangkasan Suku Sasak

    Liputan6.com, Lombok – Peresean merupakan sebuah tari tradisi yang tumbuh dan berkembang di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tradisi yang telah menjadi seni pertunjujan ini konon menjadi simbol keberanin kaum lelaki di Pulau Lombok.

    Sesuai fungsi tersebut, peresean sangat identik dengan unsur kekerasan. Tradisi ini akan menampilkan dua laki-laki atau pepadu yang akan bertarung dan saling adu ketangkasan di dalam arena yang telah disiapkan.

    Mereka membawa senjata berupa tongkat rotan atau pejalin. Pada tangannya yang lain, terdapat ende yang terbuat dari kulit kerbau sebagai tameng atau perisai. Mereka juga diberi daun sirih untuk dikunyah selama pertandingan berlangsung.

    Peresean dipimpin oleh pakembar sedi dan pakembar tengaq. pakembar sedi adalah wasit di bagian pinggir lapangan, sedangkan pakembar tengaq adalah wasit di bagian tengah. Meski terkesan lekat dengan unsur kekerasan, peresean menjunjung tinggi pertandingan yang adil dan jujur.

    Sebelum bertanding, pepadu akan mengenakan kain khas Lombok yang diikatkan di kepala dan pinggang. Dengan arahan pakembar sedi, pepadu diberi instruksi dan doa untuk melancarkan jalannya peresean.

    Prosesi diiringi dengan alunan musik gamelan Sasak yang berasal dari gendang, petuk, rencek, gong, dan suling. Musik ini juga akan mengiringi sepanjang pertandingan peresean.

    Umumnya, pertarungan dilakukan dalam lima ronde dengan durasi masing-masing tiga menit. Setiap pukulan yang pepadu dapatkan bisa menimbulkan luka hingga darah mengucur pada baian kepala. Jika hal ini terjadi, peresean akan dihentikan dan pepadu diganti dengan pepadu lainnya.

    Pepadu biasanya berasa dari penonton yang dipilih oleh pakembar sedi. Penonton juga bisa mengajukan diri untun menjadi pepadu. Namun, permainan ini tak bersifat memaksa, sehingga penonton yang dipilih dapat menolak ajakan bertarung.

     

  • Gantikan Amsal, DPP Hanura Tunjuk Jenderal sebagai Plt Ketua Hanura Sulsel

    Gantikan Amsal, DPP Hanura Tunjuk Jenderal sebagai Plt Ketua Hanura Sulsel

    FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Hanura resmi menunjuk Brigjen Pol (Purn) Dr. Drs. Adeni Muhan sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Sulawesi Selatan.

    Penunjukan ini tertuang dalam Surat Keputusan bernomor SKep/015/DPP-P.Hanura/VI/2025 tertanggal 25 Juni 2025.

    Kol. Purn. Ir. Amsal, saat dikonfirmasi membenarkan penunjukan tersebut.

    “Itu benar adanya plt ketua, sama dengan beberapa ketua DPD lain yang dimisioner seperti NTB dan Bengkulu yang telah melaksanakan Musda,” kata Amsal kepada awak media, Jumat (27/6/2025).

    Adeni Muhan, yang juga menjabat sebagai Koordinator Wilayah (Korwil) Sulawesi, segera mengambil langkah strategis untuk mempersiapkan Musyawarah Daerah (Musda).

    “Segera dibentuk panitia Musda,” tegas Adeni secara terpisah melalui sambungan telepon.

    Langkah awal yang akan dilakukan adalah mengonsolidasikan pengurus guna mempercepat proses persiapan.

    “Langkah awal adalah konsolidasi pengurus persiapan Musda di bulan Juli ini,” tambahnya.

    Penunjukan Plt Ketua DPD Hanura Sulsel ini dilakukan berdasarkan mekanisme internal DPP, di mana pengurus DPP ditugaskan untuk mengawal pelaksanaan Musda di daerah.

    Kebijakan serupa sebelumnya juga telah diterapkan di beberapa provinsi seperti NTB dan Bengkulu.

    Dengan penunjukkan Adeni Muhan, DPP Hanura berharap proses Musda di Sulsel dapat berjalan lancar dan menghasilkan kepengurusan yang solid untuk memenangkan kontestasi politik mendatang.

    (Muhsin/fajar)

  • Benarkah Juliana Marins Ditinggal Usai Terjatuh di Jurang Jalur Rinjani? Ini Pengakuan Guide Tour
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        27 Juni 2025

    Benarkah Juliana Marins Ditinggal Usai Terjatuh di Jurang Jalur Rinjani? Ini Pengakuan Guide Tour Regional 27 Juni 2025

    Benarkah Juliana Marins Ditinggal Usai Terjatuh di Jurang Jalur Rinjani? Ini Pengakuan Guide Tour
    Editor
    LOMBOK, KOMPAS.com
    – Peristiwa meninggalnya WNA Brasil
    Juliana Marins
    (27) di lereng puncak
    Gunung Rinjani
    meninggalkan sorotan terhadap guide yang memandunya.
    Juliana dilaporkan terjatuh pada Sabtu (21/6/2025) dalam perjalanan menuju summit atau pendakian ke puncak.
    Guide Juliana yakni Ali Musthofa memberikan pengakuan kepada media Brasil,
    Oglobo.globo
    pada Jumat (27/6/2025).
    Ali memandu Juliana untuk perjalanan pendakian Gunung Rinjani dengan bayaran sebesar Rp 2,5 juta.
    Dikutip dari
    TribunBogor
    via
    Tribunnews
    , Ali membantah meninggalkan Juliana saat beristirahat.
    Ali mengungkapkan, saat Juliana beristirahat, dia bersama rombongan 5 orang lainnya melanjutkan perjalanan.
    “Saya menunggu 3 menit lebih dulu, saya tidak meninggalkannya,” kata Ali.
    Kemudian dia merasa ada kejanggalan ketika Juliana yang ditunggu tidak juga menyusul.
    Dia lalu memutuskan untuk kembali ke lokasi Juliana beristirahat 30 menit kemudian.
    “Setelah sekitar 15 atau 30 menit, Juliana tidak muncul. Saya mencarinya di tempat peristirahatan terakhir, tetapi saya tidak menemukannya,” kata dia.
    “Saya bilang saya akan menunggunya lebih dulu, saya menyuruhnya untuk beristirahat,” beber Ali melajutkan.
    Keberadaan Juliana baru diketahui ketika ada cahaya senter.
    “Saya sadar ketika saya melihat cahaya senter di jurang sedalam sekitar 150 meter dan mendengar suara Juliana meminta pertolongan. Saya bilang saya akan menolongnya,” imbuh Ali.
    Ali pun langsung menghubungi tempatnya bekerja untuk diteruskan ke Tim SAR.
    Ali mengaku tidak berdaya untuk melakukan penyelamatan sehingga pilihannya adalah menunggu Tim SAR.
    Proses evakuasi Juliana dari jurang sedalam 600 meter berlangsung pada Rabu (25/6/2025).
    Korban dinaikkan ke anchor point lereng puncak Gunung Rinjani pada 25 Juni 2025 sekira pukul 13:51 WITA.
    Juliana dibawa menuju ke Sembalun dengan cara ditandu, dan tiba sekira pukul 20:45 WITA.
    Setelah prosesi serah terima kepada keluarga, jenazah Juliana dibawa menuju Rumah Sakit Bhayangkara Mataram.
    Selanjutnya jenazah diautopsi di RS Bhayangkara Bali Mandara, Kamis (27/6/2025).
    Plt Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Mataram dr Mike Wijayanti Djohar menyampaikan bahawa pihaknya sudah mengantongi hasil visum terhadap jenazah Juliana Marins pendaki Brasil yang tewas jatuh di Gunung Rinjani.
    Tapi Mike enggan membeberkan hasil pemeriksaan luar terhadap Juliana.
    Ia mengatakan, hasil tersebut nantinya akan diserahkan ke penyidik di Polres Lombok Timur sesuai tempat kejadian perkara.
    “Kami tidak bisa sampaikan di sini karena itu permintaan penyidik, nanti kami serahkan meskipun sudah ada tapi nanti kami sampaikan ke penyidik dulu,” katanya.
    Artikel ini telah tayang di TribunLombok.com dengan judul
    Pengakuan Guide Soal Insiden Juliana Marins Jatuh Gunung Rinjani, Bantah Tinggalkan Korban
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Hasil Autopsi Juliana Marins Diungkap, Ini Penyebab Kematian Usai Jatuh di Rinjani

    Hasil Autopsi Juliana Marins Diungkap, Ini Penyebab Kematian Usai Jatuh di Rinjani

    Jakarta

    Tim dokter RSUP Prof IGNG Ngoerah, Denpasar, mengungkap hasil autopsi terhadap Juliana Marins (27), pendaki asal Brasil yang meninggal usai terjatuh di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Disebutkan, Juliana meninggal tidak lama setelah terjatuh.

    “Perkiraan 20 menit,” kata Ida Bagus Putu Alit, dokter forensik yang melakukan autopsi, dikutip dari detikBali, Jumat (27/6/2025).

    “Kami dapat menyimpulkan sebab kematian karena kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan pada organ-organ dalam dan pendarahan,” lanjutnya.

    Hasil autopsi menunjukkan adanya patah tulang di bagian tulang belakang, dada bagian belakang, punggung, dan paha korban. Juliana juga mengalami kerusakan organ yang memicu perdarahan hebat.

    “Kami tidak menemukan tanda bahwa korban itu (akhirnya) meninggal dalam jangka waktu lama. Jadi kita perkiraan paling lama 20 menit,” kata Alit.

    Sebelumnya, Juliana diberitakan terjatuh ke jurang di kawasan Cemara Tunggal, di salah satu jalur pendakian Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6). Proses evakuasi menghadapi sejumlah tantangan, termasuk cuaca ekstrem dan kabut tebal.

    Tim evakuasi akhirnya dapat menjangkau posisi Juliana pada Selasa (24/6), namun korban sudah dalam kondisi meninggal dunia. Rekaman drone salah seorang turis asing menunjukkan, Juliana masih sempat menunjukkan pergerakan sesaat setelah terjatuh ke jurang.

    Catatan: Artikel ini telah dipublikasikan di detikBali, selengkapnya dapat dibaca DI SINI.

    (up/up)

  • Mentan Amran Laporkan 212 Merek Beras Bermasalah ke Kapolri dan Jaksa Agung

    Mentan Amran Laporkan 212 Merek Beras Bermasalah ke Kapolri dan Jaksa Agung

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman telah melaporkan secara resmi 212 merek beras bermasalah ke Kapolri dan Jaksa Agung untuk ditindaklanjuti. Merek beras ini diketahui tidak sesuai dengan ketentuan mutu, berat, dan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

    Temuan ini merupakan hasil kerja lapangan yang kami lakukan bersama Satgas Pangan, Kejaksaan, Badan Pangan Nasional, dan unsur pengawasan lainnya.

    “212 merek yang tidak sesuai [ketentuan],” ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan) dikutip Jumat (27/6/2025).

    Untuk diketahui, pemerintah bersama pihak terkait telah melakukan investigasi pada 6-23 Juni 2025. Investigasi mencakup 268 sampel beras dari 212 merek yang tersebar di 10 provinsi. Sampel ini melibatkan dua kategori beras, yaitu premium dan medium, dan diuji oleh 13 laboratorium.

    Berdasarkan hasil investigasi, ditemukan bahwa 85,56% beras premium yang diuji tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Lalu, 59,78% beras premium tersebut juga tercatat melebihi harga eceran tertinggi (HET), dan 21,66% lainnya memiliki berat riil yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tertera pada kemasan.

    Sementara untuk beras medium, 88,24% dari total sampel yang diuji tidak memenuhi standar mutu SNI. Selain itu, 95,12% beras medium ditemukan dijual dengan harga yang melebihi HET, dan 9,38% memiliki selisih berat yang lebih rendah dari informasi yang tercantum pada kemasan.

    Sebagai informasi, HET beras premium di wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatera Selatan (Sumsel) sebesar Rp14.900 per kilogram (kg). HET beras medium di cakupan wilayah yang sama sebesar Rp12.500 per kg. Untuk Sumatera selain Sumsel dan Lampung, HET beras premium di Rp15.400 per kg dan beras medium Rp13.100 per kg.

    Untuk Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi ditetapkan HET beras premium Rp14.900 per kg dan beras medium Rp12.500 per kg. Lalu wilayah Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan, HET beras premium Rp15.400 per kg dan beras medium Rp13.100 per kg. Terakhir, wilayah Maluku dan Papua HET beras premium Rp15.800 per kg dan beras medium Rp13.500 per kg.

    Amran menyebut, potensi kerugian konsumen akibat praktik curang ini bisa mencapai Rp99 triliun.

    “Kami sudah telpon Pak Kapolri dan Jaksa Agung. Hari ini juga kami serahkan seluruh data dan temuan lengkap. Negara tidak boleh kalah dengan mafia pangan,” katanya. 

    Pihaknya telah mengantongi nama-nama perusahaan yang menjual beras tidak sesuai ketentuan. Kendati begitu, dia enggan untuk mengungkapkan nama-nama perusahaan tersebut ke publik. Alih-alih mengungkapkannya ke publik, Amran memilih untuk menyerahkan daftar tersebut ke pihak berwajib.

    “Sudah terdeteksi tapi maaf [tidak bisa diumumkan]. Ini senyap, silent, tapi mematikan,” ucapnya.

    Atas temuan ini, Diameminta kepada 212 merek beras yang ditemukan tidak sesuai dengan ketentuan untuk segera menghentikan praktik-praktik tersebut. Pasalnya, praktik-praktik ini sangat merugikan banyak pihak, khususnya konsumen.

    “Kami memohon kepada seluruh saudaraku, sahabatku, yang bergerak sektor pangan khususnya beras, mari kita koreksi, mari kita perbaiki. Ini tidak boleh terjadi,” tutur Amran. 

    Kepala Satgas Pangan Mabes Polri Helfi Assegaf menambahkan tindakan yang dilakukan oleh oknum-oknum tersebut merupakan tindak pidana. Dia mengancam akan menindak tegas oknum-oknum yang melakukan pelanggaran dengan ancaman lima tahun penjara dan denda sebesar Rp2 miliar. 

    Kendati begitu, pemerintah telah sepakat untuk memberikan tenggat waktu hingga 10 Juli 2025 kepada pihak-pihak terkait untuk segera menjual beras sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah. Apabila pada batas waktu tersebut pemerintah masih menemukan adanya pelanggaran, Helfi beserta jajarannya tidak segan-segan untuk melakukan penegakan hukum.

    “Kita akan tindak tegas karena jelas sangat merugikan konsumen,” ujar Helfi.