provinsi: LAMPUNG

  • BPS: Perjalanan Wisata Domestik Tembus 105,12 Juta per Juni 2025

    BPS: Perjalanan Wisata Domestik Tembus 105,12 Juta per Juni 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah wisatawan nusantara (wisnus) melakukan 105,12 juta perjalanan di dalam negeri pada Juni 2025. Jumlah tersebut naik 7,62% dibandingkan Mei 2025 yang hanya mencatat 97,67 juta perjalanan wisnus.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan jumlah perjalanan wisnus juga naik 25,93% dibandingkan Juni 2024 (year-on-year/yoy) sebanyak 83,47 juta perjalanan.

    “Secara kumulatif, sepanjang Januari—Juni 2025 jumlah perjalanan wisnus mencapai 613,78 juta perjalanan atau meningkat sebesar 17,70% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu,” ujar Pudji dalam Rilis BPS, Jumat (1/8/2025).

    Lebih jauh, pariwisata nusantara pada Juni 2025 didominasi oleh arus perjalanan wisata dari Pulau Jawa, yakni sebanyak 63,06% dari total perjalanan wisnus berasal dari Pulau Jawa.

    Menurut provinsi asal, BPS mencatat jumlah perjalanan wisnus tertinggi pada Juni 2025 berasal dari provinsi Jawa Barat (18,97 juta perjalanan), dengan kontribusi sebesar 18,04% dari total perjalanan di Indonesia.

    Jumlah perjalanan wisnus dari Jawa Barat naik 5,71% dibandingkan Mei 2025 dan naik 36,86% dibandingkan Juni 2025.

    Kemudian, provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah juga mencatat jumlah perjalanan wisnus yang cukup tinggi, masing-masing sebanyak 17,53 juta perjalanan (16,67% dari total) dan 11,76 juta perjalanan (11,19% dari total).

    Sementara itu, provinsi lainnya yang juga mencatat jumlah perjalanan yang cukup tinggi, di antaranya DKI Jakarta, Banten, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Lampung, DI Yogyakarta, dan Sumatera Selatan.

    Jika menengok berdasarkan daerah tujuan, Pulau Jawa masih menjadi daerah tujuan perjalanan wisata yaitu mencapai 66,73 juta perjalanan pada Juni 2025 atau sebesar 63,48% dari total perjalanan wisnus di Indonesia.

    Data tersebut menunjukkan, provinsi yang menjadi tujuan perjalanan tertinggi adalah Jawa Barat (18,75 juta perjalanan), Jawa Timur (18,71 juta perjalanan), dan Jawa Tengah (12,03 juta perjalanan).

    Kemudian, provinsi lainnya yang juga menjadi tujuan perjalanan wisata tertinggi adalah DKI Jakarta, Sumatera Utara, Banten, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta, Lampung, dan Sumatera Selatan.

  • Legislator Rajiv Minta Penanganan Karhutla Serius dari Hulu ke Hilir

    Legislator Rajiv Minta Penanganan Karhutla Serius dari Hulu ke Hilir

    Jakarta

    Anggota Komisi IV DPR RI, Rajiv, mengatakan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) harus dilakukan terpadu. Rajiv menekankan agar tak ada ego sektoral. Dia berharap para pemangku kebijakan tak jalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi antarlembaga atau hanya pada saat darurat.

    Legislator Fraksi Partai NasDem ini menuturkan penanganan karhutla jangan hanya sekadar apel siaga. Kesigapan, strategi yang sistematis dan respons cepat diperlukan.

    “Setiap tahun kita dengar kata ‘Siaga Karhutla’, tapi faktanya yang turun ke lapangan tetap itu-itu saja tanpa dukungan sistem yang baku. Tak jarang kita lihat yang mepadamkan api seringkali hanya Manggala Agni dan warga setempat,” kata Rajiv pada Kamis (31/72025).

    Oleh sebab itu ia mendorong Pemerintah membentuk sistem terpadu penanganan karhutla dengan melibatkan semua pihak, mulai dari kementerian teknis, pemerintah daerah (pemda), aparat keamanan, masyarakat adat hingga dunia usaha.

    “Sistem ini harus dibangun dengan pola kerja yang jelas, data yang terbuka serta peralatan yang memadai di lapangan,” ujar Anggota DPR RI asal daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat II ini.

    “Sudah saatnya kita serius dari hulu ke hilir menangani karhutla, bukan hanya padamkan asap tapi cegah api sebelum menyala,” jelas dia.

    Rajiv mengatakan Pemerintah harus membentuk pusat komando lapangan terpadu di daerah-daerah rawan karhutla. Menurutnya, posko ini harus diisi unsur Kementerian Lingkungan, Kementerian Kehutanan, TNI-Polri, BPBD, Manggala Agni, dan pemerintah daerah (Pemda).

    Selain itu dia mendorong Pemerintah membangun sistem deteksi dini berbasis teknologi seperti pantauan satelit, sensor tanah dan drone patroli yang datanya bisa diakses publik. Dia menambahkan agar pelibatan masyarakat dilakukan secara nyata, misalnya dengan penguatan kelompok masyarakat peduli api (MPA) dengan insentif yang layak dan pelatihan rutin.

    “Mereka ini pejuang di kampung-kampung, harus diberi alat, insentif dan status hukum yang jelas. Jangan biarkan publik berpikir karhutla itu alamiah. Ini bisa dicegah jika sistemnya dibangun dengan serius, dan transparansi dijadikan alat pengawasan bersama,” tegas Rajiv.

    Dia mencatat data Satgas Karhutla Provinsi Riau di mana ada 586 titik panas di daerah tersebut pada awal Juli 2025. Per tanggal 25 Juli 2025, aparat lintas sektor berhasil memadamkan api pada areal seluas 1.156,17 hektare.

    Kabupaten Bengkalis dan Pelalawan menjadi wilayah dengan titik panas terbanyak, masing-masing mencatat empat titik. Sementara, Kampar dan Kepulauan Meranti mencatat dua titik, disusul Indragiri Hulu, Siak, dan Rokan Hilir yang masing-masing satu hingga dua titik.

    Secara keseluruhan, wilayah Sumatera mencatat 53 titik panas. Setelah Riau, hotspot terbanyak terpantau di Jambi dan Bangka Belitung, masing-masing 11 titik. Disusul Aceh lima titik, Sumatera Barat dan Sumatera Utara masing-masing tiga titik, Lampung dua titik, serta Bengkulu dan Sumatera Selatan masing-masing satu titik.

    (aud/dhn)

  • Detik-Detik Pedagang Siomay Bunuh Pegawai Koperasi, Emosi Ditagih Utang Rp125 Ribu

    Detik-Detik Pedagang Siomay Bunuh Pegawai Koperasi, Emosi Ditagih Utang Rp125 Ribu

    Liputan6.com, Jakarta Kasus pembunuhan pegawai koperasi simpan pinjam bernama Pandra Apriliadi (21) di Lampung Selatan akhirnya terungkap. Tersangka, Salam Prayitno (46), seorang pedagang siomay nekat menghabisi korban karena tersulut emosi saat ditagih utang.

    Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Lampung Kombes Pol Indra Hermawan menjelaskan bahwa peristiwa berdarah itu terjadi pada Minggu (27/7) di wilayah Branti Raya, Kecamatan Natar, Lampung Selatan.

    “Pandra datang seorang diri ke rumah Salam untuk menagih cicilan utang sebesar Rp125 ribu, bagian dari pinjaman total Rp500 ribu,” ujar Indra dalam konferensi pers di Mapolda Lampung, Jumat (1/8).

    Namun, Salam mengaku tidak punya uang. Dia sempat keluar rumah untuk mencari pinjaman, tapi gagal. Saat kembali, terjadi cekcok yang memicu amarah.

    “Ada kata-kata korban yang menyinggung perasaan tersangka. Saat itulah pelaku mulai merencanakan pembunuhan,” terang dia.

    Salam lantas meminjam golok milik tetangganya, yang kemudian dia sembunyikan. Indra menuturkan bahwa tersangka lalu mengajak Pandra pura-pura menuju rumah saudaranya untuk mencari uang.

    “Saat berboncengan dengan sepeda motor, pelaku duduk di belakang korban sambil menyembunyikan golok dan senar pancing yang telah dirangkap menjadi tiga lapis,” tuturnya.

    Kemudian, sekitar 15 menit perjalanan, saat motor melaju pelan, pelaku melilitkan senar pancing ke leher korban dari belakang hingga motor oleng dan jatuh ke sisi kiri.

    “Dalam kondisi korban tercekik dan terjatuh, pelaku langsung menggorok leher bagian depan dengan golok yang telah disiapkan,” terangnya.

    Untuk menyembunyikan jejak, tersangka membungkus jasad korban dengan mantel dari dalam jok motor, menutupinya dengan daun singkong, dan membonceng tubuh korban di tengah.

    “Dalam perjalanan, tersangka juga membuang tas korban. Sesampainya di lokasi pembuangan, tersangka mendorong tubuh korban agar terjatuh ke sungai, berharap jasad hanyut,” jelas dia.

    Tidak berhenti di situ, Salam menjual motor korban seharga Rp4,4 juta, lalu memberikan sebagian uang kepada anaknya untuk kabur ke Jakarta.

    Lalai, tersangka juga sempat berziarah ke daerah Tanggamus selama dua hari, lalu menjual dua ponsel milik korban.

    Dua hari kemudian, tersangka memutuskan menyerahkan diri ke Polsek Natar, Kamis (31/7) siang.

    “Kami telah memeriksa 11 saksi, termasuk tetangga, teman, anak, dan istri tersangka. Dari hasil penyelidikan, pelaku bertindak sendiri,” ungkap Indra.

    Motif utama pembunuhan disebut karena tersangka tersinggung dengan ucapan korban saat menagih utang. Kini polisi masih mencari dua barang bukti yang belum ditemukan, yaitu tas dan sepeda motor korban.

    “Kasus ini terus kami dalami, termasuk sistem penagihan di koperasi tempat korban bekerja,” bebernya.

    Akibat perbuatannya, Salam dijerat dengan empat pasal sekaligus, termasuk Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, yang ancamannya mencapai 20 tahun penjara atau bahkan hukuman seumur hidup.

    Selain itu, tersangka juga dikenakan Pasal 328 KUHP tentang penculikan, Pasal 333 KUHP tentang perampasan kemerdekaan seseorang, l dan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan.

    “Ini bukan sekadar pembunuhan biasa. Ada unsur perencanaan dan penculikan dalam kasus ini,” tegasnya.

  • Pedagang Siomay Jadi Tersangka Pembunuhan Sadis Pegawai Koperasi di Lampung, Ini Motifnya

    Pedagang Siomay Jadi Tersangka Pembunuhan Sadis Pegawai Koperasi di Lampung, Ini Motifnya

    Liputan6.com, Jakarta Kepolisian Daerah (Polda) Lampung mengungkap motif di balik pembunuhan Pandra Apriliadi (21), pegawai koperasi simpan pinjam asal Lampung Utara yang ditemukan tewas di kawasan Branti Raya, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, Lampung.

    Pelakunya adalah Salam, seorang pedagang siomay warga Desa Branti Raya, kecamatan setempat. Kini Salam telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka.

    Saat dihadirkan dalam konferensi pers, Salman tertunduk. Pria berkumis tersebut pasrah saat dikawal dua personel Polri.

    Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Lampung, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Indra Hermawan mengatakan, pelaku nekat menghabisi nyawa korban karena sakit hati ditagih utang.

    Jumlahnya tak seberapa, Rp125 ribu, cicilan mingguan dari pinjaman koperasi sebesar Rp500 ribu.

    “Motifnya sakit hati karena merasa ditekan saat ditagih utang. Dari keterangan pelaku, korban menagih dengan kata-kata yang dinilai tidak sopan,” kata Indra dalam jumpa pers di Mapolda Lampung, Jumat (1/8).

    Cekcok antara keduanya sempat terjadi sebelum pembunuhan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, korban disebut terus mendesak Salam untuk membayar cicilan hari itu juga, sementara tersangka tengah kehabisan uang.

    Tersangka bahkan sempat mencoba meminjam uang ke tetangga dan kerabat, tapi tak satu pun berhasil.

    “Terdesak dan emosi, Salam lalu merancang pembunuhan. Ia menyiapkan sebilah senjata tajam dan senar sebagai alat eksekusi,” ungkap dia.

    Peristiwa pembunuhan berencana itu terjadi pada Minggu (27/7), ketika korban datang kembali menagih utang ke rumah tersangka.

    Korban, Pandra Apriliadi bekerja sebagai penagih pinjaman di koperasi simpan pinjam tempat tersangka meminjam uang untuk modal usaha.

    “Korban memang ditugaskan untuk menagih angsuran. Kami masih selidiki lebih lanjut apakah sistem koperasi ini menetapkan satu penagih per wilayah atau bergilir,” tutup Indra.

  • Polisi Tangkap Pelaku Pembunuhan Pegawai Koperasi di Lampung Selatan

    Polisi Tangkap Pelaku Pembunuhan Pegawai Koperasi di Lampung Selatan

    BANDARLAMPUNG –  Kepolisian Daerah (Polda) Lampung menangkap pelaku pembunuhan pegawai koperasi di Kabupaten Lampung Selatan yang dilaporkan hilang oleh pihak keluarga.

    “Pelaku sudah tertangkap oleh tim gabungan dari Dirreskrimum Polda Lampung dan Polres Lampung Selatan,” kata Kabid Humas Polda Lampung Kombes Yuni Iswandari dilansir ANTARA, Kamis, 31 Juli.

    Saat ini pelaku pembunuhan pegawai koperasi atas nama Pandra sedang menjalani pemeriksaan oleh anggota polisi di Mapolda Lampung.

    “Ya, pelaku pembunuh lan tersebut atas nama Salim,” kata dia.

    Pelaku pembunuhan tersebut merupakan nasabah dari korban yang harus membayar tagihan atas pinjaman ke Pandra.

    “Saat ini tim juga masih mendalami bukti-bukti lainnya dalam peristiwa tersebut. Informasi lebih lanjut kami akan sampaikan kembali,” kata dia.

    Sementara itu, Kapolres Lampung Selatan AKBP Toni Kasmiri mengatakan dalam mengungkap kasus tersebut menerjunkan tim gabungan ke Tanggerang guna mengungkap misteri orang hilang bernama Pandra Apriliandi (21), warga Gedung Ketapang.

    “Tim gabungan yang dipimpin oleh Kasat Reskrim Polres Lampung Selatan AKP Indik Rusmono juga telah diberangkatkan ke Tangerang untuk mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi, guna mengungkap kasus ini,” katanya.

    Tim berangkat ke Tanggerang guna melacak keberadaan dua anak dari Salam yang pada malam 29 Juli 2025 telah bertolak ke Tangerang untuk tinggal bersama ibu mereka.

    “Dalam proses penyelidikan, tim gabungan dari Subdit Jatanras Polda Lampung, Polres Lampung Selatan, dan Polsek Natar terus melakukan pencarian. Kemudian juga telah meminta keterangan saksi kunci kakak dari korban dan kekasihnya,” katanya.

    Sebelumnya, sesosok mayat ditemukan warga terapung di sungai yang berada di Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Peristiwa penemuan ini terjadi pada Kamis (31/7/2025) siang di sungai yang berada di Kampung Kroya, Dusun Sukarame, Desa Haduyang, Kecamatan Natar.

    Dari hasil identifikasi diketahui jenazah tersebut adalah Pandra (21) seorang pegawai koperasi yang sebelumnya dilaporkan hilang oleh pihak keluarga.

  • Polisi Ungkap Hasil Visum Pegawai Koperasi yang Diduga Dibunuh di Lamsel: Ada Luka Tajam yang Bikin Pembuluh Darah di Leher Putus

    Polisi Ungkap Hasil Visum Pegawai Koperasi yang Diduga Dibunuh di Lamsel: Ada Luka Tajam yang Bikin Pembuluh Darah di Leher Putus

    Liputan6.com, Jakarta – Tim Dokter Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung telah merampungkan visum luar terhadap jasad pegawai koperasi simpan pinjam yang ditemukan tewas mengapung di Sungai Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Kamis (31/7/2025) malam.

    Dokter Spesialis Forensik RS Bhayangkara, dr. I Putu Suwartama Wiguna, mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan luar, kondisi jenazah mengindikasikan korban telah meninggal dunia sejak dua hingga tiga hari sebelum ditemukan. Pemeriksaan itu memakan waktu sekira enam jam.

    “Dari ukuran larva belatung yang ditemukan, yakni sekitar 0,8 sentimeter, secara teori menunjukkan korban telah meninggal dalam rentang waktu dua sampai tiga hari,” jelas I Putu.

    Dia bilang, tubuh korban sudah menunjukkan tanda-tanda pembusukan, sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan penyebab kematian secara lebih detail.

    Berdasarkan tipe luka yang ditemukan, lanjut I Putu, korban diduga kuat mengalami kekerasan dengan senjata tajam.

    “Luka yang kami temukan merupakan luka tajam yang menyebabkan putusnya pembuluh darah besar di leher, termasuk batang tenggorokan dan kerongkongan. Ini yang mengakibatkan korban mengalami pendarahan hebat hingga meninggal dunia,” ungkap dia.

     

  • Situasi Memanas, Warga Mengamuk Bakar Rumah Pembunuh Pegawai Koperasi di Lampung Selatan

    Situasi Memanas, Warga Mengamuk Bakar Rumah Pembunuh Pegawai Koperasi di Lampung Selatan

    Untuk meredam amarah warga, aparat gabungan dikerahkan ke lokasi. Tercatat dua Satuan Setingkat Kompi (SSK) dari Dalmas, dua SSK dari Brimob, serta personel dari Polres Lampung Selatan dengan dukungan dari Polda Lampung turun langsung melakukan penjagaan.

    “Situasi saat ini sudah kondusif. Kami mohon masyarakat dan keluarga korban untuk tidak terprovokasi. Berikan kesempatan pada kami untuk menuntaskan proses hukum ini secara transparan,” jelas dia.

    Dia memastikan terduga pelaku, Salam Prayitno telah diamankan oleh polisi pada Kamis siang pukul 14.00 WIB. Salam menyerahkan diri dan kini telah diperiksa penyidik.

    “Sampai saat ini sudah ada tujuh saksi yang dimintai keterangan. Proses penyidikan masih terus berjalan,” bebernya.

    Terkait pelaku pembakaran rumah Salam, polisi belum melakukan penangkapan. Fokus utama polisi saat ini adalah menjaga ketertiban dan mengusut tuntas kasus pembunuhan terhadap pegawai koperasi tersebut.

    “Pelaku pembakaran belum kami amankan karena konsentrasi hari ini masih pada pengamanan dan proses penyidikan kasus utama,” tutup dia.

  • Rahayu Saraswasti Buka Suara soal Sugiono Disebut Gantikan Muzani jadi Sekjen Gerindra

    Rahayu Saraswasti Buka Suara soal Sugiono Disebut Gantikan Muzani jadi Sekjen Gerindra

    Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Rahayu Saraswati buka suara soal kabar adanya perombakan struktur Dewan Pimpinan Pusat Gerindra, terkhusus perubahan posisi sekretaris jenderal.

    Menurutnya, hingga sejauh ini masih belum ada Surat Keputusan (SK) DPP Partai Gerindra. Bahkan, SK Kongres Luar Biasa (KLB) Gerindra saja masih belum keluar. Rahayu juga membantah adanya isu internal dalam partai. 

    “Enggak ada SK. SK KLB juga belum keluar. Nggak ada isu internal,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (31/7/2025).

    Meski demikian, wanita yang juga menjadi pimpinan Komisi VII DPR RI ini menyebut dirinya tidak mengetahui pasti apakah posisi Ahmad Muzani tergantikan dengan Menteri Luar Negeri, Sugiono sebagai Sekjen Gerindra.

    “Enggak tahu juga. Karena itu prerogatif ketua umum yang formatur tunggal,” tegasnya.

    Sebagai informasi, KLB yang disebut Rahayu membuahkan 5 hasil keputusan, salah satunya Presiden RI ke-8 Prabowo Prabowo kembali menjadi Ketum Gerindra periode 2025—2030. 

    Kemudian, KLB juga turut menyampaikan laporan pertanggungjawaban dari masing-masing DPP Partai Gerindra periode 2020—2025.

    Ketiga, kata Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, tak hanya menjadi Ketua Umum tetapi partai juga turut menetapkan Prabowo sebagai Ketua Dewan Pembina Gerindra.

    Lebih lanjut, Muzani menyebut kongres memandatkan Prabowo menjadi formatur tunggal, termasuk menentukan kepengurusan baru. Terakhir, katanya, Prabowo juga diminta kembali menjadi calon presiden (capres) pada 2029. 

    Siapa Ahmad Muzani?

    Melansir dari laman resmi Partai Gerindra, Ahmad Muzani lahir di Tegal pada 15 Juli 1968 (56 tahun), dia adalah seorang pengusaha yang juga politisi dari Gerindra. 

    Sebelum berkiprah dalam dunia politik, Muzani dulunya adalah seorang wartawan majalah Amanah pada 1989. Kemudian, pada 1995 Sekjen Gerindra ini menjadi redaktur redaksi Radio Ramako FM. Karier kewartawanannya terus berlanjut hingga menjadi pimpinan redaksi Berpolitik.com pada 1999.

    Adapun, karier politiknya di Gerindra dimulai sejak menjadi Wakil Ketua Fraksi Partai Gerindra DPR RI pada 2009 – 2012, berlanjut menjadi Ketua Fraksi Partai Gerindra DPR RI pada 2012 – 2014. Selanjutnya menjadi Sekjen Partai Gerindra pada 2015 – 2020, dan Ketua Fraksi Partai Gerindra, 2014 – 2019. 

    Pria yang juga pernah memimpin Pelajar Islam Indonesia (PII) ini mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dari daerah pemilihan Lampung I dan akhirnya mulus melenggang ke Senayan untuk periode 2009-2014. Pada saat itu, dia tergabung dalam Komisi I.  

    Kemudian, pada periode 2014 – 2019 ia terpilih kembali menjadi anggota DPR RI dan ditunjuk menadi Ketua Fraksi dari Partai Gerindra di DPR RI.

  • Hasil Otopsi Penagih Kredit Dibunuh, Dokter Forensik Temukan Luka Trauma Tajam di Leher
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        31 Juli 2025

    Hasil Otopsi Penagih Kredit Dibunuh, Dokter Forensik Temukan Luka Trauma Tajam di Leher Regional 31 Juli 2025

    Hasil Otopsi Penagih Kredit Dibunuh, Dokter Forensik Temukan Luka Trauma Tajam di Leher
    Tim Redaksi
    LAMPUNG, KOMPAS.com
    – Jenazah Pandra Apriliandi (21),
    penagih kredit
    koperasi, diduga tewas akibat pendarahan masif di leher.
    Dokter spesialis forensik Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, I Putu Swartama, mengatakan otopsi terhadap jenazah korban dilakukan selama hampir 4 jam, sejak pukul 14.15 hingga 18.00 WIB, Kamis (31/7/2025).
    “Kami lakukan pemeriksaan luar dan dalam. Jadi temuan yang penting adalah luka terbuka di leher,” katanya di RS Bhayangkara, Kamis malam.
    Putu menjelaskan, dari hasil otopsi jenazah korban yang ditemukan mengapung di
    Sungai Natar
    , terdapat adanya trauma tajam.
    Luka itu terjadi dengan dua sudut tajam sampai memotong pembuluh darah besar di sisi kanan dan kiri serta tenggorokan hingga menyayat tulang leher ketiga.
    “Untuk luka lain, trauma tumpul yaitu pada kepala, pelipis kanan, lengan kanan, punggung tangan kanan dan kiri, serta kaki kanan dan kiri,” jelasnya.
    Selain itu, di tubuh korban juga ditemukan luka sayat di rahang kiri bawah dan dada kiri atas.
    “Jadi, sementara penyebab kematian adalah akibat pendarahan masif yang memotong pembuluh darah di leher,” kata dia.
    Terkait waktu kematian korban, berdasarkan tanda-tanda di tubuh, korban diperkirakan tewas sekitar 2 – 3 jam sebelum waktu otopsi.
    Diberitakan sebelumnya, identitas mayat yang ditemukan terapung di Sungai Natar, Lampung Selatan, diketahui.
    Korban adalah penagih kredit koperasi yang dilaporkan hilang.
    Identitas korban diverifikasi oleh pihak keluarga yang datang ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara dan mengenali pakaian yang dikenakan oleh korban.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Geger Penemuan Mayat di Sungai Lampung Selatan, Diduga Pegawai Koperasi yang Hilang

    Geger Penemuan Mayat di Sungai Lampung Selatan, Diduga Pegawai Koperasi yang Hilang

    Liputan6.com, Jakarta Warga Desa Haduyang, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, digemparkan oleh penemuan jasad pria yang mengapung di aliran sungai, Kamis (31/7) pagi. Penemuan itu memicu kehebohan setelah video penemuan mayat tersebut beredar luas di media sosial.

    Dalam video yang viral itu, tampak warga berkerumun menyaksikan evakuasi mayat yang diduga kuat merupakan Pandra (21), seorang pegawai koperasi yang dilaporkan hilang sejak beberapa hari lalu. Pandra sebelumnya diketahui hendak menagih utang ke rumah salah satu nasabah koperasi di desa setempat.

    “Lokasi penemuan mayat berada di Dusun Keroya, Desa Haduyang, Kecamatan Natar,” tulis perekam dalam video yang diunggah di media sosial Facebook.

    Perekam juga menyebut posisi jasad hanya sekitar satu kilometer dari rumah nasabah yang terakhir kali dikunjungi Pandra sebelum hilang.

    Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Lampung, Komisaris Besar Indra Hermawan, membenarkan adanya penemuan jasad tersebut. Namun, ia belum dapat memastikan identitas korban.

    “Kita belum bisa simpulkan siapa korban. Proses identifikasi masih berlangsung,” kata Indra kepada Liputan6.com.

    Dia melanjutkan, jasad korban akan dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung untuk keperluan autopsi dan identifikasi lebih lanjut oleh tim forensik.

    “Kami sudah melakukan olah TKP bersama tim Inafis. Hasil autopsi akan menentukan apakah benar korban adalah pegawai koperasi yang hilang,” terang dia.

    Sebelumnya diberitakan, Ratusan orang merangsek masuk halaman Mapolsek Natar, Lampung Selatan, Selasa (29/7) malam.

    Mereka mencari orang hilang bernama Pandra. Dia menuntut polisi segera mencari Pandra. Sejak Sabtu (26/7), Pandra tak jelas keberadaannya.

    Pandra bekerja sebagai pegawai koperasi. Hari terakhir dia terlihat saat berpamitan kepada keluarganya untuk menagih utang ke salah satu nasabah. Namun sejak itu, keberadaannya tak lagi diketahui.

    “Kami hanya ingin dia ditemukan, entah dalam kondisi seperti apa. Jangan dibiarkan menggantung,” kata Anto, salah satu warga yang ikut mendatangi kantor polisi malam itu.

    Kekhawatiran warga semakin memuncak setelah diketahui bahwa titik lokasi terakhir Pandra terlacak di sekitar rumah nasabah, dekat Bandara Radin Inten II.

    Namun saat dicek, rumah tersebut ternyata kosong dan sudah tidak berpenghuni.Keluarga dan masyarakat sekitar menduga kuat bahwa hilangnya Pandra tidak wajar.

    Mereka khawatir pemuda itu menjadi korban tindak kekerasan, bahkan ada dugaan pembunuhan.