Kecelakaan Dump Truck Vs Motor di Palangka Raya, 3 Orang Tewas
Tim Redaksi
PALANGKA RAYA, KOMPAS.com –
Kecelakaan lalu lintas tragis terjadi di Jalan Trans Kalimantan Kapuas-Palangka Raya, Kecamatan Sebangau, Kota Palangka Raya, Sabtu (16/11/2024).
Kecelakaan ini melibatkan sebuah
dump truck
dan sepeda motor, yang mengakibatkan tiga orang tewas di lokasi kejadian.
Kapolsek Sebangau, Iptu Ahmad Taufiq menjelaskan, insiden tersebut melibatkan sebuah dump truck dan
motor matic
yang dikendarai M Muhli (41).
“Insiden tersebut merenggut nyawa tiga warga yang merupakan pengendara dan penumpang motor matic merek Honda jenis Beat Street,” ungkap Taufiq dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.
Setelah menerima laporan warga, Polsek Sebangau segera menuju lokasi untuk membantu proses evakuasi dan penanganan kecelakaan.
“Sayangnya, ketiga korban meninggal dunia di tempat akibat benturan keras,” tambahnya.
Berdasarkan keterangan awal, kecelakaan terjadi ketika motor matic meluncur dari arah Kapuas menuju Kota Palangka Raya.
Saat memasuki tikungan S, pengendara tidak mampu mengendalikan laju sepeda motornya, sehingga bertabrakan dengan dump truck yang dikemudikan Doni Prasetio (37), yang datang dari arah berlawanan.
”
Dump truck
dan motor matic sudah kami amankan untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut. Unit Laka Satlantas Polresta Palangka Raya saat ini sedang melakukan olah TKP untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan,” jelas Kapolsek.
Lebih lanjut, Taufiq menyatakan, korban telah dievakuasi ke Rumah Sakit Kota Palangka Raya untuk proses identifikasi lebih lanjut.
Ia juga mengimbau para pengguna jalan untuk lebih berhati-hati saat berkendara, terutama pada malam hari dan di jalur dengan penerangan minim.
Taufiq menekankan pentingnya mematuhi aturan lalu lintas demi mencegah kecelakaan serupa di masa depan.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
provinsi: KALIMANTAN TENGAH
-
/data/photo/2024/11/16/6738a192de69a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kecelakaan Dump Truck Vs Motor di Palangka Raya, 3 Orang Tewas Regional 16 November 2024
-

Misteri Awan Jatuh di Kalteng: Efek Aktivitas Tambang yang Menyerupai Fenomena Alam
Jakarta, Beritasatu.com – Baru-baru ini, sebuah video yang memperlihatkan gumpalan putih mirip awan “jatuh” ke permukaan tanah di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, menghebohkan jagat media sosial. Banyak yang bertanya-tanya, apakah benar awan bisa turun ke tanah? Namun, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan ilmiah yang menarik di balik fenomena ini.
Menurut BMKG, benda putih dalam video tersebut bukanlah awan alami. Fenomena tersebut kemungkinan besar adalah gumpalan uap air atau gas yang terbentuk akibat aktivitas manusia, khususnya di area pertambangan.
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani menjelaskan bahwa apa yang terlihat seperti “awan jatuh” sebenarnya adalah hasil dari proses kondensasi.
Fenomena ini diyakini terjadi karena pelepasan gas bertekanan tinggi dari aktivitas tambang. Dalam kondisi tertentu, seperti suhu yang rendah dan kelembapan tinggi, gas ini mengalami kondensasi dan membentuk gumpalan uap yang menyerupai awan. Gumpalan tersebut lebih padat dibandingkan awan biasa, sehingga bergerak ke area yang lebih rendah, memberikan kesan “jatuh.”
“Kondensasi ini adalah efek visual. Gas yang dilepaskan dari tambang dapat mendingin dan berubah menjadi uap padat yang terlihat seperti awan. Namun, ini sama sekali bukan awan alami,” ungkap Andri dikutip dari Antara, Sabtu (16/11/2024).
Secara ilmiah, awan terbentuk dari partikel kecil berupa tetesan air atau kristal es yang sangat ringan. Partikel ini melayang di atmosfer karena terbawa arus udara. Jika awan mencapai tanah, biasanya dalam bentuk hujan, bukan sebagai gumpalan padat.
“Awan alami tidak mungkin jatuh ke tanah karena densitasnya sangat rendah,” tambah Andri.
BMKG menegaskan bahwa fenomena ini tidak berbahaya. Gumpalan uap atau gas tersebut bersifat sementara dan tidak menunjukkan adanya gangguan alam yang serius. Meski demikian, masyarakat tetap diminta waspada terhadap potensi bahaya dari aktivitas tambang itu sendiri.
-

Kamalludin Ikhlas Lepas Beruang yang 3 Tahun Dirawatnya, Ogah Dibeli Jutaan Rupiah, Asuh Sejak Bayi
TRIBUNJATIM.COM – Pasangan suami istri bernama Kamalludin dan Wahyu Pitri Ningsih sudah 3 tahun merawat beruang madu.
Beruang madu itu mereka asuh sejak bayi.
Kini mereka ikhlas menyerahkan beruang madu itu ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng pada Jumat (8/11/2024).
Awal mula mereka merawat beruang madu itu pun terkuak.
Pasutri ini merawat dan memperlakukan satwa dilindungi itu seperti anak sendiri di rumahnya yang terletak di Desa Sikui, Kecamatan Teweh Baru, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Kamalludin kembali mengenang saat-saat pertama kali bertemu dengan beruang madu, persisnya di awal tahun 2022.
Awalnya, kakak Kamalludin yang bernama Edy Susanto (38) menemukan bayi beruang saat tengah bekerja memotong kayu di PT Austral Bina, perusahaan pengusahaan hutan di desa setempat.
“Waktu beliau menebang kayu di areal hutan perusahaan, terdengar suara teriakan, beliau datangi sumber suara, eh ternyata ada bayi beruang,” ungkap Kamalludin berbincang-bincang melalui sambungan telepon, Jumat (15/11/2024), melansir dari Kompas.com.
Sang kakak mencoba memastikan apakah bayi beruang tersebut memiliki induk atau tidak.
Setelah berjam-jam menunggu, tangis bayi beruang tak kunjung reda, sang induk pun tidak terlihat juga batang hidungnya.
“Beliau dekati lagi, bayi beruang itu ternyata masih ada tali pusarnya, kemungkinan kurang dari satu minggu dilahirkan, dilihat-lihat tidak ada induknya, langsung dibawa pulang,” ujar pria berusia 33 tahun ini.
Edy hanya bisa merawat bayi beruang itu selama tiga hari karena kesibukan bekerja.
Dia akhirnya memercayakan hewan dengan nama latin Helarctos malayanus itu untuk dirawat oleh Kamalludin dan sang istri.
Meski beruang itu sempat ditawar untuk dibeli seharga Rp 1,5 juta-3 juta, sang kakak bersikukuh tak ingin menjual beruang itu.
“Meski ditawar, beliau nggak mau menjual, khawatir beruang itu terjadi apa-apa. Karena kebetulan kami juga senang merawat binatang, jadi beliau memercayakan kami untuk merawatnya,” ungkap ayah dua anak ini.
Kamalludin dan istri sepakat memberikan nama “Lutung” kepada beruang tersebut.
Dalam bahasa Dayak Bakumpai, ujar dia, Lutung berarti hitam.
Selaras dengan kondisi fisik beruang madu berjenis kelamin laki-laki tersebut yang diselimuti bulu hitam.
“Tapi lama kelamaan, nama Lutung tadi berubah jadi sapaan yang lebih akrab, yakni Untung, setelah itu beruangnya kami panggil Untung, itu panggilan manis dia,” ungkap Kamalludin.
Sempat bingung bagaimana cara memberi makan si beruang, Kamalludin dan istri pun berinisiatif untuk memperlakukan beruang itu selayaknya bayi manusia.
Beruang diberikan sayur-sayuran dan nasi seiring pertumbuhannya.
Dengan niat merangsang tumbuh kembang, mereka memberikan bayi beruang susu bayi manusia sesuai rentang umur yang mereka perkirakan.
“Dari kecil kami rawat, kurang lebih waktu usia setahun sampai 1,5 tahun, kami kasih susu formula saja,” ucap dia.
Awalnya, susu bayi yang mereka berikan cukup untuk satu bulan.
Tetapi lama-kelamaan, bayi beruang terlihat ketagihan untuk meminum susu itu.
“Yang satu kilogram kemudian hanya cukup untuk satu minggu, setelah itu tak berselang lama, hanya tahan sampai empat hari,” ujar dia.
Dengan pola konsumsi demikian, bayi beruang memperlihatkan tumbuh kembang yang positif.
“Alhamdulillah membesar dengan sehat, rupanya cocok dengan pola perlakuan seperti bayi manusia,” imbuh dia.
Kamalludin menyebut tidak ada sifat buas yang ditampilkan dari hewan ini, mengingat mereka sudah merawat hewan itu sejak bayi hingga jinak.
Kedua pasutri ini berusaha agar si beruang dijaga dengan baik.
Untung ditempatkan di kandang yang sesuai dengan kondisi fisiknya.
Apabila dilepas, maka keluarga Kamalludin sebisa mungkin menjaganya agar tidak berkeliaran.
“Kalau dilepas kan membuat khawatir, makanya diawasi terus,” tuturnya.
Mereka juga sudah sering mendapat tawaran pembelian berjuta-juta atas beruang madu tersebut.
Masyarakat umum kerap menawarkan pembelian atas beruang itu.
Namun, mereka sudah kadung sayang dan sadar bahwa hewan tersebut harus dilindungi.
“Kami sering didatangi orang, untuk sekadar memfoto atau membeli, kami tegas menolak harga berapapun yang ditawarkan, karena kami merawat ini dengan baik, justru kami khawatir kalau dia dilepaskan di sembarang tempat,” jelasnya.
Seiring dengan semakin besarnya si beruang, kandang yang mereka buat pun sudah tidak layak lagi karena terlalu kecil.
Mereka sempat berpikir untuk melepasliarkan di hutan yang dekat dengan rumah, namun khawatir akan keselamatan si beruang.
“Kami berpikir lama sebelum akhirnya kami serahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di sini, sehingga pada Jumat (8/11/2024) kemarin dibawa oleh mereka,” ucapnya.
Meski sempat bersedih akan kehilangan hewan yang mereka rawat sejak bayi, namun mereka iba dengan kondisi si beruang.
“Kami merasakan, meskipun dia senang bersama kami, tetapi kami seperti menghukum dia, kapan dia bebas, dan lain-lain, karena memang semestinya dia bebas,” ujarnya.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Kalteng, Hendi Nasoka menjelaskan, saat diserahkan beruang itu dalam kondisi sehat.
Pihaknya tengah merawat beruang itu di kandang habituasi Cagar Alam Pararawen di Kecamatan Teweh Tengah.
“Kami rawat dulu, sambil kami munculkan sifat liarnya lagi, kalau nanti sudah siap untuk dilepasliarkan, akan kami lepasliarkan,” ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis (14/11/2024).
Mereka belum dapat memastikan kapan beruang itu bisa dilepasliarkan.
Sebab kondisi itu tergantung dari kecepatan beruang untuk beradaptasi di alam liar.
Jika dilepasliarkan dalam kondisi belum siap, sifat liarnya tidak muncul, maka tidak akan bisa survive di alam.
“Terkait tempat mana nanti dia akan dilepas, kemungkinan di Cagar Alam Pararawen itu juga, jadi tidak terlalu jauh kami lepaskan, karena di sana juga ada habitat untuk beruang madu juga,” pungkasnya.
Peristiwa Lain
Sementara itu seekor beruang hitam kembali terekam sedang mencari makan di tempat sampah di Kabupaten Lampung Barat.
Diduga, beruang ini adalah satwa yang sama dengan yang terekam Agustus 2024.
Kepala Bidang Humas Polda Lampung, Komisaris Besar Umi Fadillah, membenarkan adanya laporan dari anggota Polres Lampung Barat terkait satwa liar yang memasuki wilayah permukiman warga.
“Benar, ada penampakan satwa liar jenis beruang di lokasi. Tim sudah ke lokasi untuk menelusurinya,” kata Umi saat dikonfirmasi via telepon, Rabu (9/10/2024) siang.
Beruang tersebut terlihat berada di belakang tempat pembuangan sampah (TPS) Pekon Kubu Perahu, Kecamatan Balik Bukit, pada Selasa (8/10/2024) sore.
Mengawal Astacita Pariwisata Artikel Kompas.id Dari hasil penelusuran sementara, diduga satwa tersebut sedang mencari makanan di TPS tersebut.
Sementara itu, Komandan Kodim 0422 Lampung Barat, Letnan Kolonel Inf Rinto Wijaya menyatakan, beruang itu kemungkinan adalah individu yang sama dengan beruang yang pernah dilihat warga pada 10 Agustus 2024.
Rinto menjelaskan, ada perubahan perilaku dari satwa liar tersebut.
Beruang itu kini keluar dari hutan dan masuk ke permukiman warga untuk mencari makanan.
“Perilaku ini terjadi karena memang di dalam sana (hutan) tidak ada makanan,” tambahnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
-

Viral Awan Kinton Jatuh di Kalimantan Tengah, Ini Penjelasan BMKG
TRIBUNJATENG.COM – Sebuah video dengan narasi benda yang disebut mirip awan kinton jatuh di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), beredar di media sosial Instagram.
Video tersebut viral.
Untuk diketahui, awan kinton adalah awan terbang yang muncul dalam animasi Jepang, Dragon Ball.
Dalam video yang diunggah akun @und****, gumpalan putih mirip awan tersebut nampak melayang-layang di udara.
Tampak pula beberapa orang berseragam “Adaro Energy” melihat benda tersebut terbang dari jarak dekat.
Tidak berselang lama, benda yang disebut awan kinton itu jatuh dan menyentuh tanah dengan kondisi masih utuh.
Lantas, benarkah ada awan kinton yang muncul di Kalteng?
Penjelasan BMKG soal “awan kinton” jatuh di Kalteng
Terkait video viral di Murung Raya, Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Ida Pramuwardani mengatakan, awan tidak pernah jatuh ke permukaan tanah sebagai gumpalan padat.
Ia menjelaskan, awan adalah kumpulan partikel air atau kristal es yang berada di atmosfer dan terbentuk ketika uap air di udara mengembun atau mengkristal.
Proses tersebut terjadi ketika uap air yang ada di udara dingin cukup untuk membentuk tetesan air atau kristal es yang sangat kecil lalu kemudian berkumpul menjadi awan.
Meskipun awan tampak seperti objek padat yang mengambang, awan sebenarnya terdiri dari tetesan air atau kristal es kecil yang tersebar dalam jumlah besar.
“Awan tidak pernah jatuh ke Bumi sebagai gumpalan padat karena partikelnya sangat kecil dan ringan, tersebar dengan kerapatan rendah, dan arus udara. Gaya angkat atmosfer menjaga partikel tetap tersuspensi,” jelas Ida, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (16/11/2024).
Faktor lainnya adalah perubahan lingkungan seperti suhu dan kelembapan yang menyebabkan partikel-partikel tersebut menguap sebelum mencapai tanah.
“Yang kita lihat sebagai jatuhnya awan sebenarnya adalah presipitasi seperti hujan dan hujan es, yang merupakan hasil penggabungan (koalesensi) tetesan atau kristal es menjadi cukup besar untuk mengatasi arus udara dan jatuh ke permukaan Bumi,” kata Ida.
Awan dapat terlihat turun karena beberapa faktor
Ida mengatakan, awan seolah-olah dapat terlihat turun ke permukaan Bumi karena kondisi atmosfer dan mekanisme fisik yang memengaruhi posisi awan di atmosfer.
Hal tersebut dipengaruhi oleh:
Perubahan atmosfer seperti peningkatan kelembapan, pendinginan permukaan, atau inversi suhu
Topografi yang membawa awan ke area lebih rendah
Fenomena cuaca seperti tekanan rendah, kabut, atau arus udara dalam awan
Efek visual yang membuat awan terlihat lebih dekat.Ida mengatakan, peristiwa yang memperlihatkan awan seolah-olah turun adalah hasil dari interaksi dinamis antara kelembapan, suhu, tekanan, dan gerakan udara dalam atmosfer.
Terkait kemunculan benda yang disebut awan kinton di Kalteng, Ida menuturkan, pihaknya memerlukan data dan informasi lebih detail untuk bisa memastikannya.
Adaro tegaskan bukan awan tapi busa
Terpisah, Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk Febriati Nadira menyatakan, benda berbentuk awan kinton yang jatuh di tambang milik Adaro di Muara Tuhup, Murung Raya, Kalteng tersebut adalah busa.
Busa tersebut jatuh di tanah diambil pada Jumat (15/11/2024) sekitar pukul 06.00-07.00 Wita.
“Iya benar kejadiannya. Tapi, itu busa,” ujar Nadira, saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (16/11/2024). (*)
-

Viral Video Awan Jatuh ke Tanah di Kalteng, Ini Penjelasan BMKG
Jakarta, Beritasatu.com – Di media sosial tengah viral sebuah vidio yang memperlihatkan benda mirip awan jatuh di ke permukaan tanah di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Menurut penjelasan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), benda putih yang terlihat melayang dari langit hingga turun ke permukaan tanah di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, bukanlah awan yang jatuh. Fenomena tersebut diduga merupakan gumpalan uap yang terbentuk di area pertambangan.
“Fenomena tersebut kemungkinan besar bukan awan alami, melainkan kondensasi uap air atau gas karena adanya aktivitas manusia di wilayah pertambangan,” kata Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani, dikutip dari Antara, Sabtu (16/11/2024).
Andri menjelaskan, secara ilmiah, awan tidak mungkin jatuh ke permukaan sebagai gumpalan padat. Awan terdiri dari partikel kecil berupa tetesan air atau kristal es yang sangat ringan dan tersebar dengan kerapatan rendah. Partikel ini tetap melayang di atmosfer karena terbawa oleh arus udara.
Menurutnya, partikel awan biasanya menguap sebelum mencapai permukaan tanah, terutama apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan. Karena itu, benda dalam video tersebut hampir pasti bukan awan alami, melainkan hasil kondensasi uap air atau gas akibat aktivitas teknis,” tambahnya.
Fenomena ini diduga terjadi karena adanya pelepasan gas bertekanan tinggi dari aktivitas tambang, yang dalam kondisi tertentu, seperti suhu rendah dan kelembapan tinggi, dapat memicu terbentuknya gumpalan uap.
Gumpalan tersebut tampak seperti awan yang turun karena densitasnya lebih berat daripada udara di sekitarnya, sehingga bergerak ke area yang lebih rendah. Uap atau gas ini sering kali lebih padat daripada awan biasa, sehingga tampak seolah-olah bisa disentuh. Namun, itu hanyalah efek visual dan bersifat sementara.
BMKG menegaskan, fenomena ini tidak berbahaya dan bersifat sementara. Oleh karena itu, masyarakat yang berada di sekitar lokasi kejadian tidak perlu khawatir, karena ini bukan merupakan indikasi gangguan alam atau fenomena luar biasa.




