provinsi: KALIMANTAN SELATAN

  • Wow! Kerugian di Kasus Beras Oplosan dalam 10 Tahun Capai Satu Kuadriliun

    Wow! Kerugian di Kasus Beras Oplosan dalam 10 Tahun Capai Satu Kuadriliun

    GELORA.CO – Bareskrim Polri saat ini tengah mengusut praktik curang produsen dalam mengoplos dan mengemas ulang beras mengakibatkan kerugian besar bagi konsumen mencapai Rp99 triliun per tahun.

    Sebanyak empat perusahaan produsen dan distributor beras yaitu Wilmar Group, PT Food Station Tjipinang Jaya, PT Belitang Panen Raya, dan PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group) telah diperiksa Bareskrim terkait dugaan pelanggaran mutu dan takaran.  

    “Betul, masih dalam proses pemeriksaan,” kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigjen Helfi Assegaf kepada wartawan, Jumat (11/7/2025). 

    Keempatnya diperiksa berdasarkan sampel beras kemasan dari berbagai daerah yang sebelumnya dikumpulkan oleh Satgas Pangan. Wilmar Group diperiksa terkait produk beras merek Sania, Sovia, Fortune, dan Siip, berdasarkan 10 sampel dari wilayah Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, Jabodetabek, dan Yogyakarta. 

    PT Food Station Tjipinang Jaya dimintai keterangan terkait produk seperti Alfamidi Setra Pulen, Beras Premium Setra Ramos, dan Setra Pulen, dari total 9 sampel asal Sulsel, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Aceh. 

    Sementara itu, PT Belitang Panen Raya diperiksa atas produk Raja Platinum dan Raja Ultima dari 7 sampel yang dikumpulkan di Sulsel, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Aceh, dan Jabodetabek. 

    Sedangkan PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group) diperiksa atas produk beras Ayana yang sampelnya berasal dari Yogyakarta dan Jabodetabek. 

    Satgas Pangan saat ini masih menganalisis hasil pemeriksaan terhadap sampel-sampel tersebut. Jika ditemukan pelanggaran terhadap standar mutu dan takaran, Bareskrim memastikan akan menindaklanjuti secara hukum sesuai dengan peraturan yang berlaku. 

    Kerugian Rp 1.000 T dalam 10 tahun

    Modusnya dilakukan dalam kasus tersebut dengan mencampur beras biasa ke dalam kemasan premium atau medium, serta mengurangi isi bersih dari jumlah yang tercantum di label.

    “Contoh di kemasan tertulis 5 kilogram, padahal isinya hanya 4,5 kilogram. Ada juga yang mengklaim beras premium, padahal isinya beras biasa. Selisih harga per kilogramnya bisa mencapai Rp2.000 sampai Rp3.000,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman.

    Maka, kerugian yang ditanggung konsumen akibat praktik semacam itu sangat besar. Amran memprediksi, kerugian bisa mencapai Rp 1.000 triliun atau satu kuadriliun selama 10 tahun.

    “Itu bisa mencapai Rp99 triliun per tahun. Kalau dibiarkan terus selama 10 tahun, kerugian total bisa mencapai Rp1.000 triliun,” tegasnya. 

    Adapun temuan ini diperoleh Kementerian Pertanian (Kementan) setelah melakukan pengecekan terhadap ratusan merek beras yang beredar di pasar. 

    Setidaknya 212 merek ditemukan tidak memenuhi ketentuan mutu dan label. Kementan telah melaporkan dugaan pelanggaran ini kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Jaksa Agung ST Burhanuddin. Pun, Amran berharap aparat penegak hukum segera mengambil tindakan tegas terhadap pelaku karena dampaknya sangat merugikan masyarakat, khususnya kalangan ekonomi lemah.

  • Samarinda, Tepian Harmoni Kehidupan di Antara Aliran Mahakam yang Tak Pernah Tidur

    Samarinda, Tepian Harmoni Kehidupan di Antara Aliran Mahakam yang Tak Pernah Tidur

    Di kota ini, tepian tidak hanya berarti batas air dan daratan, tetapi juga pertemuan berbagai peradaban dan kebudayaan. Pasar-pasar tradisional dipenuhi dengan aroma rempah-rempah khas Banjar, masakan Bugis yang kaya rasa, seni ukir Dayak yang magis, serta kesenian Jawa yang membaur dalam kehidupan masyarakat urban.

    Festival budaya kerap diselenggarakan untuk merayakan keragaman ini, dan menjadikan Samarinda sebagai miniatur toleransi dan persaudaraan yang berakar dari kehidupan di tepi sungai. Di sisi lain, perkembangan ekonomi dan urbanisasi Samarinda turut memperkuat citra kota ini sebagai Kota Tepian yang dinamis.

    Kawasan tepian Mahakam tidak hanya menjadi lokasi hunian dan dermaga, tetapi juga diubah menjadi ruang publik yang representatif seperti Tepian Mahakam sebuah ruang terbuka yang dipenuhi taman, tempat bersantai, pertunjukan seni, hingga wisata kuliner yang menjadi primadona di akhir pekan.

    Pemerintah kota sadar betul akan nilai strategis dan estetika dari kawasan tepian sungai ini, sehingga revitalisasi dilakukan untuk menata ulang kawasan tersebut menjadi wajah kota yang modern namun tetap menyimpan nuansa kearifan lokal.

    Dari sinilah terlihat bagaimana Samarinda membangun dirinya dengan tetap memelihara identitas historis dan geografisnya sebagai kota tepian, yang tidak hanya bersahabat dengan sungai, tetapi juga menghidupi dan menjadikannya sebagai pusat keseimbangan sosial dan ekologis kota.

    Lebih dari itu, Samarinda sebagai Kota Tepian juga menyimpan simbol harapan dan transformasi. Dari sebuah kota kecil yang dulunya hanyalah perkampungan nelayan dan pelabuhan sungai, kini ia tumbuh menjadi salah satu pusat perekonomian terbesar di Kalimantan Timur, sekaligus penyangga utama bagi Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang berada tidak jauh dari wilayahnya.

    Di sinilah makna tepian juga mendapat dimensi baru dan bukan hanya soal posisi fisik, tetapi juga sebagai ambang perubahan dan peluang masa depan. Kota ini berada di tepian sejarah besar, sebagai bagian penting dalam transformasi Indonesia ke arah pembangunan yang lebih hijau, berkelanjutan, dan berkeadilan.

    Peran Samarinda pun semakin strategis, dan warga kota ini memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan sungai yang telah membesarkan mereka.

    Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa julukan Kota Tepian yang melekat pada Samarinda adalah ungkapan penuh makna yang merangkum kekayaan alam, sejarah sosial, pluralitas budaya, dan semangat kolektif masyarakat dalam menjalani kehidupan di tengah arus zaman yang terus berubah.

    Kota ini bukan hanya terletak di tepi sungai, melainkan berada di tepian harapan, tepian kebangkitan, dan tepian perubahan besar yang akan membentuk wajah Kalimantan masa depan.

    Di tepi Mahakam yang tenang namun dalam itu, Samarinda berdiri dengan keanggunannya sendiri yaitu sebagai kota yang menjadikan tepian bukan sebagai batas, melainkan sebagai jembatan menuju harmoni, kemajuan, dan masa depan yang lebih cerah.

    Penulis: Belvana Fasya Saad

     

  • Banjarmasin belajar kelola komoditas cabai ke petani milenial Sleman

    Banjarmasin belajar kelola komoditas cabai ke petani milenial Sleman

    Wali Kota Banjarmasin H Muhammad Yamin HR saat mengunjungi tempat hasil pertanian cabai di Koperasi Pemasaran Perkumpulan Petani Hortikultura Puncak Merapi (PPHPM) di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (13/7/2025) (ANTARA/HO-Humas Pemkot Banjarmasin)

    Banjarmasin belajar kelola komoditas cabai ke petani milenial Sleman
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 14 Juli 2025 – 07:51 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, belajar sistem pengelolaan dan pemasaran hortikultura dari para petani milenial di Koperasi Pemasaran Perkumpulan Petani Hortikultura Puncak Merapi (PPHPM) Sleman di Yogyakarta guna memaksimalkan produktivitas komoditas cabai di daerahnya. 

    Wali Kota Banjarmasin H Muhammad Yamin HR saat di konfirmasi di Banjarmasin, Minggu, mengatakan pemerintah kota sangat tertarik dengan sumber daya pertanian cabai di Kabupaten Sleman.

    Yamin mengatakan telah mengunjungi langsung pertanian cabai di sekitar Gunung Merapi di Sleman, termasuk Koperasi Pemasaran Perkumpulan Petani Hortikultura Puncak Merapi (PPHPM) Sleman. Dirinya belajar langsung dari sistem pengelolaan dan pemasaran hortikultura yang diterapkan oleh para petani milenial di sana.

    “Kita di sini dalam rangka ‘sharing’ dan berbagi pengalaman mengenai pengelolaan dan pemasaran cabai. Di Kabupaten Sleman ini, mereka memiliki sistem yang tertata rapi melalui Koperasi PPHPM,” ujar dia. 

    Menurut dia, keunggulan Sleman terletak pada koordinasi petani yang solid. 

    “Mereka mengumpulkan seluruh petani dalam sistem koperasi, yang diperkirakan mencakup sekitar 10 ribu petani. Hal ini menjadikan harga pasar cabai di wilayah ini sangat terkendali,” katanya.

    Sebagai daerah yang tidak memiliki lahan pertanian yang luas, kata Yamin, Kota Banjarmasin berminat menjajaki kolaborasi dengan Kabupaten Sleman untuk memenuhi kebutuhan komoditas cabai yang menjadi sumber pemicu inflasi di daerahnya.  Yamin yang melakukan kunjungan ke Sleman bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) itu mengatakan pentingnya kolaborasi antardaerah untuk menjaga kestabilan harga bahan pangan, khususnya komoditas strategis seperti cabai.

    Harapannya Kota Banjarmasin dapat mengadopsi sistem pengelolaan yang efektif demi mendukung ketahanan pangan dan menekan angka inflasi, ujar dia. “Terutama menjelang momen-momen hari besar keagamaan dan nasional”.

    Sumber : Antara

  • sebagian besar wilayah RI hujan ringan pada Minggu

    sebagian besar wilayah RI hujan ringan pada Minggu

    Logo BMKG

    BMKG: sebagian besar wilayah RI hujan ringan pada Minggu
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 13 Juli 2025 – 10:05 WIB

    Elshinta.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hujan ringan akan mengguyur sebagian besar wilayah ibu kota provinsi di Indonesia pada Minggu.

    Prakirawan BMKG Zen Putri pada kanal Youtube yang diikuti di Jakarta menyampaikan, diawali dari Pulau Sumatra, cuaca diprakirakan hujan ringan di wilayah Banda Aceh, Medan, dan Pekanbaru.

    “Waspadai hujan yang dapat disertai dengan petir di Kota Padang dan Tanjung Pinang,” katanya.

    Masih di Pulau Sumatera, cuaca diprakirakan hujan ringan untuk wilayah Jambi, Palembang, dan Bandar Lampung, sedangkan masyarakat di Kota Bengkulu dan Pangkal Pinang diminta waspada hujan petir.

    Beralih ke Pulau Jawa, cuaca diprakirakan berawan tebal di Kota Surabaya, sementara hujan ringan berpotensi terjadi wilayah Serang, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta.

    Beranjak ke wilayah Bali dan Nusa Tenggara, cuaca diprediksi berawan di Kota Denpasar, berawan tebal di Kota Mataram, dan hujan ringan di wilayah Kota Kupang.

     

    Selanjutnya bergeser ke Pulau Kalimantan, cuaca diprakirakan berawan di Banjarmasin, berawan tebal di Samarinda, serta hujan ringan di wilayah Samarinda.

    “Waspadai hujan petir yang dapat terjadi di Tanjung Selor dan Pontianak,” ucap Putri.

    Kemudian untuk Pulau Sulawesi, cuaca diprakirakan berawan tebal di Makassar dan Gorontalo, serta hujan ringan di wilayah Manado, Palu, Mamuju, dan Kendari.

    Bergerak ke wilayah Indonesia bagian timur, cuaca diprediksi hujan ringan di wilayah Ternate, Ambon, Sorong, Manokwari, dan Jayawijaya.

    “Sementara Kota Nabire, Jayapura, dan Merauke diprakirakan hujan dengan intensitas sedang,” tuturnya.

    Putri juga menyampaikan potensi peningkatan kecepatan angin hingga mencapai lebih dari 25 knot diprediksi terdapat di perairan utara Aceh, Samudra Hindia barat Sumatera, Samudra Hindia barat daya Banten, dan Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat.

    Kemudian, di Laut Timor dan Laut Arafura juga mampu meningkatkan ketinggian gelombang di wilayah-wilayah tersebut.

    Selain itu, BMKG juga memperingatkan potensi banjir rob yang dapat terjadi di pesisir Kepulauan Riau, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua Selatan.

    Sumber : Antara

  • Karya Bapa Begeg Bergaung di Ksirarnawa Lewat Sekaa Gong Taruna Mekar Tunjuk

    Karya Bapa Begeg Bergaung di Ksirarnawa Lewat Sekaa Gong Taruna Mekar Tunjuk

    Liputan6.com, Denpasar – Panggung Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, menjadi saksi pergelaran istimewa yang memuliakan karya-karya emas I Wayan Begeg, maestro karawitan Bali asal Banjar Pangkung, Tabanan. Pada Selasa (8/7/2025), Sekaa Gong Taruna Mekar Tunjuk dari Banjar Tunjuk Kaja, Tabanan, menghidupkan kembali warisan seni sang maestro melalui pementasan bertajuk “Pemuliaan Karya Maestro Bapa Begeg” dalam rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47. 

    Pertunjukan ini bukan sekadar seni panggung, melainkan sebuah upaya pelestarian budaya yang sarat makna. Pertunjukan yang melibatkan 27 penabuh dan 13 penari ini dipandu oleh pembina seni I Made Arnawa, SSKar., M.Sn. “Kami bawakan karya-karya orisinal Bapa Begeg, sebagai bentuk pemuliaan dan pengenalan ulang kepada generasi kini,” ujar Arnawa.

    Guna memastikan keaslian, Arnawa berkolaborasi dengan penari dari Desa Delod Peken dan menggali rekaman-rekaman langka karya Bapa Begeg, termasuk yang tersimpan dari pentas di Amerika pada tahun 1957 dan 1962, hasil kerja sama dengan Perbekel Desa Delod Peken.

    Pementasan diawali dengan Gending Gambang Misagagang, karya Bapa Begeg tahun 1956 yang diciptakan untuk lawatan Sekaa Gong Pangkung Tirta Kentjana ke luar negeri. Komposisi ini menghadirkan nuansa ritual yang kental, membawa penonton ke suasana klasik yang penuh rasa. 

    Dilanjutkan dengan Tari Pendet Pangkung (1942), sebuah tari penyambutan yang diadaptasi dari tari pependetan sakral. Tari ini pernah dipentaskan di Betawi atas undangan pemerintah Jepang, dengan gerakan penari yang menabur bunga dalam sembah bhakti, menciptakan kesyahduan yang sederhana namun mendalam.

    Puncak emosional pementasan terjadi saat Tari Oleg Tamulilingan ditampilkan. Menggambarkan kisah simbolik kumbang dan bunga, tarian ini dibawakan dalam versi klasik Tabanan yang mempertahankan format iringan asli. “Kami bawakan dengan cara lama, agar publik tahu bentuk awalnya,” kata Arnawa. Versi ini mengingatkan penonton pada kepekaan estetika yang menjadi ciri khas Bapa Begeg sebelum tarian ini berkembang dalam bentuk modern. 

    Tak hanya karya Bapa Begeg, pergelaran juga menampilkan Tabuh Kreasi Ratna Wijaya, karya I Wayan Sinti dari tahun 1970-an. Komposisi ini menonjol dengan struktur musikal yang kompleks, mencakup gegineman, gegenderan, ocak-ocakan, hingga pengecet, yang memperkaya dinamika pertunjukan.

  • 9
                    
                        Beras Oplosan Menghantui Pasar
                        Nasional

    9 Beras Oplosan Menghantui Pasar Nasional

    Beras Oplosan Menghantui Pasar
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Fenomena pengoplosan bahan pangan kembali menyeruak, di mana makanan pokok masyarakat yang menjadi sasaran.
    Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan,
    beras
    oplosan beredar bahkan sampai di rak supermarket dan minimarket, dikemas seolah-olah premium, tapi kualitas dan kuantitasnya menipu.
    Hal ini menjadi sebuah keprihatinan serius di sektor pangan nasional.
    Temuan tersebut merupakan hasil investigasi Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Satgas Pangan yang menunjukkan 212
    merek beras
    terbukti tidak memenuhi standar mutu, mulai dari berat kemasan, komposisi, hingga label mutu.
    Beberapa merek tercatat menawarkan kemasan “5 kilogram (kg)” padahal isinya hanya 4,5 kg. Lalu banyak di antaranya mengklaim beras premium, padahal sebenarnya berkualitas biasa.
    Mentan Amran Sulaiman menegaskan, praktik semacam ini menimbulkan kerugian luar biasa hingga Rp 99 triliun per tahun, atau hampir Rp 100 triliun jika dipertahankan.
    “Contoh ada volume yang mengatakan 5 kilogram padahal 4,5 kg. Kemudian ada yang 86 persen mengatakan bahwa ini premium, padahal itu adalah beras biasa. Artinya apa? Satu kilo bisa selisih Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kilogram,” ujarnya dalam video yang diterima Kompas.com, dikutip Sabtu (12/7/2025).
    “Ini kan merugikan masyarakat Indonesia, itu kurang lebih Rp 99 triliun, hampir Rp 100 triliun kira-kira, karena ini terjadi setiap tahun. Katakanlah 10 tahun atau 5 tahun, kalau 10 tahun kan Rp 1.000 triliun, kalau 5 tahun kan Rp 500 triliun, ini kerugian,” sambungnya.
    Pemerintah langsung menindaklanjuti isu tersebut dengan melaporkan kasus ke Kapolri dan Jaksa Agung, berharap proses penegakan hukum berjalan cepat dan memberi efek jera ke para pelaku.
    Saat ini, Satgas Pangan bersama aparat penegak hukum telah memanggil dan memeriksa produsen-produsennya.
    Dalam menangani kasus ini, Kementan dan Satgas Pangan mengoordinasikan langkah-langkah serius.
    Amran mengatakan bahwa temuan 212
    produsen beras nakal
    itu telah diserahkan kepada Kapolri, Satgas Pangan dan Jaksa Agung untuk segera diproses secara hukum agar tidak merugikan masyarakat luas dan petani Indonesia.
    Harapannya proses hukum terhadap pelanggaran tersebut berjalan cepat dan tegas, demi memberi efek jera kepada produsen beras nakal yang bermain di sektor pangan pokok nasional.
    “Mudah-mudahan ini diproses cepat. Kami sudah terima laporan tanggal 10 (Juli) dua hari yang lalu, itu telah dimulai pemeriksaan, kami berharap ini ditindak tegas,” kata Amran.
    Ketua Satgas Pangan Polri, Brigjen (Pol) Helfi Assegaf menegaskan, pihaknya bergerak cepat dalam memeriksa perusahaan-perusahaan produsen beras itu.
    “Betul, masih dalam proses pemeriksaan,” ujar Helfi kepada wartawan, Jumat (11/7/2025).
    Berdasarkan hasil pemeriksaan, baru didapati 26 merek beras diduga merupakan hasil praktik penipuan sebagaimana yang diungkapkan Mentan Amran.
    Sebanyak 26 merek beras itu berasal dari empat perusahaan besar produsen beras, yakni
    Wilmar Group
    , PT
    Food Station
    Tjipinang Jaya, PT Belitang Panen Raya, dan PT Sentosa Utama Lestari (
    Japfa Group
    ).
    Satgas Pangan mengumpulkan sampel produk beras keempat perusahaan dari berbagai daerah dan mendapati bahwa produk mereka tidak sesuai regulasi.
    Wilmar Group diperiksa terkait produk beras merek Sania, Sovia, Fortune, dan Siip, berdasarkan 10 sampel dari wilayah Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, Jabodetabek, dan Yogyakarta.
    PT
    Food Station Tjipinang Jaya
    dimintai keterangan terkait produk Alfamidi Setra Pulen, Beras Premium Setra Ramos, dan Setra Pulen, dari total sembilan sampel asal Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Aceh.
    Sementara itu, PT Belitang Panen Raya diperiksa atas produk Raja Platinum dan Raja Ultima dari 7 sampel yang dikumpulkan di Sulsel, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Aceh, dan Jabodetabek.
    Sedangkan PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group) diperiksa atas produk beras Ayana yang sampelnya berasal dari Yogyakarta dan Jabodetabek.
    Merespons temuan Satgas Pangan Polri itu, Kepala Divisi Unit Beras PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group), Carmen Carlo Ongko S tak membantah hal tersebut.
    Kendati begitu, ia memastikan bahwa seluruh proses produksi serta distribusi produk beras kemasannya sudah sesuai dengan standar perusahaan.
    “Dalam menjalankan operasional bisnis, kami memastikan seluruh proses produksi dan distribusi beras PT SUL dijalankan sesuai dengan standar mutu dan regulasi yang berlaku,” kata Carmen dalam pernyataan resminya, Sabtu.
    Pihaknya menghormati proses hukum yang ada. Hal itu disebutnya sebagai upaya untuk menjaga kepercayaan publik terhadap rantai pasok pangan nasional.
    Sementara itu, Direktur Utama Food Station, Karyawan Gunarso memilih untuk tidak menjawab terlebih dahulu.
    Ia akan berkoordinasi dengan tim internal demi menanggapi kasus ini.
    Kompas.com juga telah berupaya menghubungi Wilmar Group dan PT Belitang Panen Raya, tetapi hingga artikel ini ditayangkan, belum mendapatkan respons.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BMKG prakirakan mayoritas wilayah alami berawan-hujan ringan

    BMKG prakirakan mayoritas wilayah alami berawan-hujan ringan

    Logo BMKG

    BMKG prakirakan mayoritas wilayah alami berawan-hujan ringan
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Sabtu, 12 Juli 2025 – 10:15 WIB

    Elshinta.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini berupa potensi hujan ringan, sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat dan angin kencang di berbagai kota besar di Indonesia pada Sabtu. 

    Dikutip dari laman resmi BMKG di Jakarta, prakirawan Andika Hapsari menerangkan secara umum daerah konvergensi memanjang di Laut Filipina, perairan barat Sumatera Barat, perairan utara Aceh, Selat Karimata, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Laut Sawu, Laut Maluku, Laut Banda dan Laut Arafuru.  

    Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah yang dilewati konvergensi atau konfluensi.

    Oleh karena itu, pihaknya memprakirakan beberapa kota besar akan berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang, di antaranya Pekanbaru, Tanjung Pinang, Tanjung Selor, Mamuju, dan Nabire. 

    Sementara itu, beberapa kota besar lainnya akan mengalami hujan ringan hingga sedang, yaitu Medan, Palembang, Pangkal Pinang, Mataram, Samarinda, Banjarmasin, Palu, Manado, Makassar, Kendari, Ternate, Manokwari, Jayawijaya, Jayapura, dan Merauke.

    Adapun beberapa kota besar yang lain diprakirakan hanya akan mengalami kondisi berawan pada hari ini, meliputi Banda Aceh, Padang, Bengkulu, Jambi, Bandar Lampung, Serang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Kupang, Palangka Raya, Pontianak, Gorontalo, Ambon, dan Sorong.

    Untuk prakiraan tinggi gelombang air laut di wilayah Indonesia, BMKG memprakirakan umumnya berada di kisaran 0.5 hingga 2.5 m, sementara gelombang tinggi hingga 4 m berpotensi terjadi di sekitar perairan Utara Aceh, Laut Cina Selatan, Laut Natuna Utara, Laut Jawa bagian timur, Laut Flores, Laut Arafuru, Laut Timur, Laut Banda, Laut Seram, Samudra Hindia sebelah barat daya Banten dan sebelah selatan NTT.

    Pihaknya juga menghimbau agar masyarakat mewaspadai potensi banjir rob di pesisir Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Banten hingga Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara.

    Sumber : Antara

  • Geledah Penginapan di sekitar IKN, Polisi Temukan Alat Kontrasepsi

    Geledah Penginapan di sekitar IKN, Polisi Temukan Alat Kontrasepsi

    GELORA.CO –  Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Timur (Kaltim) menemukan sejumlah alat kontrasepsi saat menggeledah beberapa penginapan dan indekos di sekitar kawasan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.

    Menurut Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Masyarakat (Humas) Polda Kaltim, Komisaris Besar (Kombes) Yulianto, pihaknya mendapat informasi di beberapa tempat penginapan di sekitar IKN terjadi praktik prostitusi.

    “Setelah dicek, memang ada kamar-kamar yang terindikasi kuat digunakan untuk itu,” ujarnya di Balikpapan, dilansir dari tempo.co, Sabtu (12/7).

    Pada penggeledahan tersebut, polisi juga memeriksa enam orang perihal dugaan praktik prostitusi di IKN.

    Ia mengatakan, langkah tersebut menjadi bagian dari pencegahan agar praktik-praktik ilegal tidak berkembang di wilayah yang tengah dibangun sebagai pusat pemerintahan di masa mendatang.

    “Kami akan terus memantau dan tidak segan-segan menutup tempat-tempat yang terbukti digunakan untuk kegiatan melanggar hukum,” katanya.

    Pihak kepolisian kini memperketat pengawasan di seluruh penginapan, kontrakan dan tempat sewa harian, khususnya di sekitar Sepaku.

    Polisi berkomitmen menjaga kawasan IKN dari segala bentuk penyakit sosial yang dapat mencoreng citra pembangunan ibu kota baru tersebut.

    Praktik prostitusi di sekitar kawasan IKN awalnya terungkap setelah Satpol PP Penajam Paser Utara menerima laporan dari masyarakat dan pemerintah desa setempat. 

  • 9
                    
                        Produsen Beras Diduga Tipu Rakyat Indonesia, dari Kurangi Takaran hingga Dioplos
                        Nasional

    9 Produsen Beras Diduga Tipu Rakyat Indonesia, dari Kurangi Takaran hingga Dioplos Nasional

    Produsen Beras Diduga Tipu Rakyat Indonesia, dari Kurangi Takaran hingga Dioplos
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Sejumlah produsen
    beras
    diduga melakukan praktik penipuan terhadap konsumen di Indonesia.
    Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, ada sekitar 212 merek beras yang tidak sesuai dengan aturan. Perbuatan mereka pun beragam.
    Ada yang mengurangi berat bersih dalam setiap kemasan. Ada pula yang mengoplos beras berkualitas premium dengan beras berkualitas di bawahnya lalu dijual mahal.
    “Contoh, ada volume yang mengatakan 5 kilogram, padahal 4,5 kilogram,” ungkap Amran melalui video yang diterima
    Kompas.com
    , Sabtu (12/7/2025).
    “Kemudian, ada yang mengatakan bahwa ini (produk) premium, padahal itu adalah beras biasa,” lanjut dia.
    Praktik mengoplos beras itu bisa menyebabkan selisih harga Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kilogram lebih mahal dibandingkan harga asli.
    Amran pun geram dengan praktik penipuan yang disebutnya sudah merugikan rakyat sekitar Rp 100 triliun per tahunnya itu.
    “Ini kan merugikan masyarakat Indonesia. Itu kurang lebih Rp 99, hampir Rp 100 triliun terjadi setiap tahun,” ujar Amran.
    “Katakanlah 10 tahun (praktik penipuan dilakukan), Rp 1.000 triliun. Kalau 5 tahun Rp 500 triliun. Ini kerugian,” lanjut dia.
    Amran sudah melaporkan temuan tersebut ke Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Jaksa Agung ST Burhanuddin dan berharap para produsen beras yang melanggar mendapat tindakan tegas.

    Ia sekaligus mengimbau kepada seluruh produsen beras se-Indonesia untuk bersikap jujur.
    “Pengusaha beras seluruh Indonesia, jangan melakukan hal serupa. Tolong menjual beras sesuai standar yang sudah ditentukan,” tegas Amran.
    Ketua Satgas Pangan Polri, Brigjen (Pol) Helfi Assegaf menegaskan, pihaknya bergerak cepat dalam memeriksa perusahaan-perusahaan produsen beras itu.
    “Betul, masih dalam proses pemeriksaan,” ujar Helfi kepada wartawan, Jumat (11/7/2025).
    Berdasarkan hasil pemeriksaan, baru didapati 26 merek beras diduga merupakan hasil praktik penipuan sebagaimana yang diungkapkan Mentan Amran.
    Sebanyak 26 merek beras itu berasal dari empat perusahaan besar produsen beras, yakni
    Wilmar Group
    , PT Food Station Tjipinang Jaya, PT Belitang Panen Raya, dan PT Sentosa Utama Lestari (
    Japfa Group
    ).
    Satgas Pangan mengumpulkan sampel produk beras keempat perusahaan dari berbagai daerah dan mendapati bahwa produk mereka tidak sesuai regulasi.
    Wilmar Group diperiksa terkait produk beras merek Sania, Sovia, Fortune, dan Siip, berdasarkan 10 sampel dari wilayah Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, Jabodetabek, dan Yogyakarta.
    PT Food Station Tjipinang Jaya dimintai keterangan terkait produk Alfamidi Setra Pulen,
    Beras
    Premium Setra Ramos, dan Setra Pulen, dari total 9 sampel asal Sulsel, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Aceh.
    Sementara itu, PT Belitang Panen Raya diperiksa atas produk Raja Platinum dan Raja Ultima dari 7 sampel yang dikumpulkan di Sulsel, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Aceh, dan Jabodetabek.
    Sedangkan PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group) diperiksa atas produk beras Ayana yang sampelnya berasal dari Yogyakarta dan Jabodetabek.
    Merespons temuan Satgas Pangan Polri itu, Kepala Divisi Unit Beras PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group), Carmen Carlo Ongko S tidak membantah temuan itu.
    Tetapi, ia memastikan bahwa seluruh proses produksi serta distribusi produk beras kemasannya sudah sesuai dengan standar perusahaan.
    “Dalam menjalankan operasional bisnis, kami memastikan seluruh proses produksi dan distribusi beras PT SUL dijalankan sesuai dengan standar mutu dan regulasi yang berlaku,” kata Carmen dalam pernyataan resminya, Sabtu (12/7/2025).
    Meski demikian, pihaknya menghormati proses hukum yang ada. Hal itu disebutnya sebagai upaya untuk menjaga kepercayaan publik terhadap rantai pasok pangan nasional.
    Sementara itu, Direktur Utama Food Station Karyawan Gunarso memilih untuk tidak menjawab terlebih dahulu. Ia akan berkoordinasi dengan tim internal demi menanggapi kasus ini.
    Kompas.com
    juga telah berupaya menghubungi Wilmar Group dan PT Belitang Panen Raya, tetapi hingga artikel ini ditayangkan, belum mendapatkan respons.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 6
                    
                        4 Perusahaan Beras Diperiksa Bareskrim, dari PT SUL hingga Food Station Tjipinang
                        Nasional

    6 4 Perusahaan Beras Diperiksa Bareskrim, dari PT SUL hingga Food Station Tjipinang Nasional

    4 Perusahaan Beras Diperiksa Bareskrim, dari PT SUL hingga Food Station Tjipinang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Empat perusahaan produsen dan distributor beras yaitu 
    Wilmar Group
    , PT
    Food Station Tjipinang Jaya
    , PT
    Belitang Panen Raya
    , dan PT Sentosa Utama Lestari (
    Japfa Group
    ) diperiksa Bareskrim terkait dugaan pelanggaran mutu dan takaran. 
    Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigjen Helfi Assegaf membenarkan, proses pemeriksaan terhadap sejumlah perusahaan besar masih berlangsung.
    “Betul, masih dalam proses pemeriksaan,” ujar Helfi kepada wartawan, Jumat (11/7/2025).
    Keempatnya diperiksa berdasarkan sampel beras kemasan dari berbagai daerah yang sebelumnya dikumpulkan oleh Satgas Pangan.
    Wilmar Group diperiksa terkait produk beras merek Sania, Sovia, Fortune, dan Siip, berdasarkan 10 sampel dari wilayah Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, Jabodetabek, dan Yogyakarta.
    PT Food Station Tjipinang Jaya dimintai keterangan terkait produk seperti Alfamidi Setra Pulen, Beras Premium Setra Ramos, dan Setra Pulen, dari total 9 sampel asal Sulsel, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Aceh.
    Sementara itu, PT Belitang Panen Raya diperiksa atas produk Raja Platinum dan Raja Ultima dari 7 sampel yang dikumpulkan di Sulsel, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Aceh, dan Jabodetabek.
    Sedangkan PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group) diperiksa atas produk beras Ayana yang sampelnya berasal dari Yogyakarta dan Jabodetabek.
    Satgas Pangan saat ini masih menganalisis hasil pemeriksaan terhadap sampel-sampel tersebut.
    Jika ditemukan pelanggaran terhadap standar mutu dan takaran, Bareskrim memastikan akan menindaklanjuti secara hukum sesuai dengan peraturan yang berlaku.
    Terkait pemeriksaan itu, Kepala Divisi Unit Beras PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group), Carmen Carlo Ongko S, mengatakan pihaknya menghormati dan mendukung penuh proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Satgas Pangan Polri.
    Ia menegaskan pentingnya langkah tersebut demi menjaga kepercayaan publik terhadap rantai pasok pangan nasional.
    “Dalam menjalankan operasional bisnis, kami memastikan seluruh proses produksi dan distribusi beras PT SUL dijalankan sesuai dengan standar mutu dan regulasi yang berlaku,” kata Carmen dalam pernyataan resminya, Sabtu (12/7/2025).
    Sementara itu, Direktur Utama Food Station Karyawan Gunarso mengaku akan berkoordinasi dengan tim internal terlebih dahulu untuk menanggapi kasus ini. 
    Kompas.com juga telah berupaya menghubungi Wilmar Group dan PT Belitang Panen Raya, tetapi belum mendapatkan respons. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.