provinsi: JAWA TIMUR

  • Jelang Ramadhan, PT PLN UIP JBTB Sinergi dengan Balai Taman Nasional Baluran, Dukung Proyek Nasional

    Jelang Ramadhan, PT PLN UIP JBTB Sinergi dengan Balai Taman Nasional Baluran, Dukung Proyek Nasional

    TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Dalam upaya meningkatkan keandalan kelistrikan serta menyalurkan energi bersih ke Pulau Bali, PT PLN (Persero) melalui unitnya PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Timur dan Bali (UIP JBTB) berkolaborasi dengan Balai Taman Nasional Baluran dalam pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi SUTET 500 kV Paiton – Watudodol / Kalipuro pada Senin, (24/2/2025). 

    Proyek ini merupakan bagian dari Java Bali Connection (JBC) yang bertujuan untuk meningkatkan keandalan kelistrikan serta mendukung pemanfaatan energi ramah lingkungan. 

    Pembangunan SUTET 500 kV Paiton – Watudodol / Kalipuro akan melintasi kawasan konservasi Taman Nasional Baluran, dengan total 49 tower yang akan dibangun di area tersebut.

    Oleh karena itu, kolaborasi ini mencakup tindak lanjut dari Perjanjian Kerja Sama yang meliputi Rencana Pelaksanaan Program (RPP), termasuk Rencana Kelola Lima Tahun (RKL) serta Rencana Kerja Tahunan (RKT) untuk memastikan proyek berjalan sesuai regulasi lingkungan.

    Jelang Bulan Ramadhan, PT PLN (Persero) UIP JBTB dan Balai Taman Nasional Baluran menggelar pertemuan strategis yang dihadiri oleh General Manager PT PLN (Persero) UIP JBTB,  I Njoman Surjana D., Senior Manager Perizinan, Pertanahan dan Komunikasi, Eko Rahmiko, Manajer Sub Bidang Perizinan dan Komunikasi, Galih Eka Sanjaya, serta Kepala Balai Taman Nasional Baluran, Dr. Johan Setiawan S.Hut.,M.Sc. Turut hadir pula, Kepala Sub Direktorat Penguatan Fungsi dan Pembangunan Strategis Kawasan Konservasi Pada Direktorat Perencanaan Kawasan Konservasi Dirjen KSDAE, Probo Wresni Adji S.Hut.,M.PA mewakili. 

    General Manager PT PLN (Persero) UIP JBTB, I Njoman Surjana D., mengungkapkan bahwa sinergi ini merupakan langkah penting dalam memastikan proyek berjalan lancar.

    “Kami sangat mengapresiasi keterbukaan dan kerja sama dari Balai Taman Nasional Baluran. Dukungan ini sangat berarti bagi kelangsungan proyek strategis nasional yang berdampak langsung bagi masyarakat,” terang I Njoman Surjana D. “Melalui sinergi antara PT PLN (Persero) UIP JBTB dan Balai Taman Nasional Baluran, diharapkan proyek ini dapat berjalan optimal serta memberikan manfaat bagi masyarakat luas, khususnya dalam mendukung pasokan listrik yang andal, berkelanjutan, dan tetap menjaga kelestarian lingkungan.” harap I Njoman Surjana D.

    Sementara itu, Kepala Balai Taman Nasional Baluran, Dr. Johan Setiawan S.Hut.,M.Sc, menegaskan komitmennya dalam mendukung proyek ini dengan tetap mengedepankan aspek konservasi.

    “Kami memastikan bahwa pembangunan infrastruktur ini tetap selaras dengan prinsip pelestarian lingkungan,” jelas Johan. “Melalui kerja sama ini, kami berkomitmen untuk menjaga keseimbangan ekosistem di kawasan konservasi,” lanjut Johan.

    Senior Manager Perizinan, Pertanahan, dan Komunikasi PT PLN (Persero) UIP JBTB, Eko Rahmiko, menambahkan bahwa koordinasi antara PT PLN (Persero) dan Taman Nasional Baluran akan terus diperkuat. “Kami ingin memastikan bahwa pembangunan ini tidak hanya berdampak positif bagi kelistrikan, tetapi juga tetap memperhatikan aspek lingkungan dan sosial di sekitar Kawasan,” terang Eko Rahmiko.

    Probo Wresni Adji, Kepala Sub Direktorat Penguatan Fungsi dan Pembangunan Strategis Kawasan Konservasi Pada Direktorat Perencanaan Kawasan Konservasi Dirjen KSDAE, menyampaikan bahwa kerja sama ini menjadi contoh nyata sinergi antara sektor energi dan konservasi. “Kolaborasi ini adalah langkah strategis dalam membangun infrastruktur nasional yang tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan,” terang Probo Wresni Adji.

  • Pegawai KFC Geruduk Kantor Kemenaker, Menaker Yassierli: Kita Berusaha Tidak Ada PHK – Halaman all

    Pegawai KFC Geruduk Kantor Kemenaker, Menaker Yassierli: Kita Berusaha Tidak Ada PHK – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyatakan, pemerintah berusaha untuk menekan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan di gerai KFC, sebagaimana yang dikabarkan bahwa ada PHK sepihak.

    Menurutnya, saat ini Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) tengah menunggu laporan terkait PHK sepihak itu. Hal tersebut merespons kabar bahwa perusahaan KFC melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak terhadap 11 karyawan.

    “Kita kan selalu berusaha tidak ada PHK. Nanti kita lihat, saya lagi dengar nunggu laporannya seperti apa,” kata Menaker Yassierli saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (27/2/2025).

    Sayangnya Yassierli irit bicara menyoal PHK sepihak oleh KFC. Tapi dia bilang bahwa PHK merupakan langkah terakhir bagi perusahaan.

    “Bukan dipastikan secara UU kan perusahaan menjadikan PHK sebagai langkah terakhir, kita mau cek itu,” ungkap dia.

    Adapun pada Rabu (26/2/2025) kemarin, Serikat Perjuangan PT Fastfood Indonesia menggelar unjuk rasa di Kementerian Ketenagakerjaan. Aksi ini dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban Kemenaker soal PHK sepihak di KFC.

    Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan mengaku belum mendapat laporan soal PHK sepihak dari perusahaan Fastfood KFC.

    “Saya belum dapat laporan soal itu,” ujar Noel saat dihubungi Tribunnews, Kamis.

    Sementara berdasarkan siaran pers dari Serikat Perjuangan PT Fastfood Indonesia menyatakan bahwa KFC sengaja melanggar peraturan undang-undang yang berlaku.

    “KFC INDONESIA arogansi dan diskriminasi, serta dugaan anti serikat terhadap anggota dan pengurus SP-KFC-KASBI (11 orang) dalam melakukan keputusan PHK Sepihaknya. PHK sepihak dilakukan dengan arogansi, tanpa komunikasi dengan pihak pengurus serikat pekerja dan tanpa musyawarah sesuai Putusan MK No. 168/PUU-XXI/2023,” tulis rilis yang diterima Tribunnews.

    Serikat Perjuangan PT Fastfood juga menyebut bahwa keputusan PHK sepihak tersebut juga dilakukan dengan diskriminasi yakni dengan mutasi pekerja staff KFC yang faktanya anggota serikat lain yang mayoritas yakni SP.FFI.

    “Akan tetapi, hal yang terbaru terjadi di store lain yakni KFC Box Manggarai Jakarta yang tutup store nya bisa di mutasi di store lainnnya,” tuturnya. 

    Hal tersebut, bertolak belakang dengan yang disampaikan pihak KFC di forum Tripartit Mediasi Disnaker Kota Surabaya, dimana menyampaikan di PHK semua ketika tutup store KFC permanent. 

    “PHK yang dilakukan KFC adalah PHK karena alasan telah merugi dan dengan nilai 0,5xpesangon. Hal ini bertentangan dengan putusan MK no.19/PUU-IX/2011 pada tanggal 20 Juni 2012. Artinya, PHK di KFC tidak bisa menggunakan alasan tersebut diatas, karena faktanya store- store KFC masih banyak yang buka/operasional di seluruh Indonesia,” jelasnya.

    Untuk informasi, Tribunnews telah mengonfirmasi terkait PHK sepihak kepada pihak KFC. Namun hingga berita ini dimuat, pihak KFC belum merespons.

  • Keseruan Warga Desa Panjer di Kediri Berebut Gunungan Hasil Bumi, Tradisi Jelang Ramadan

    Keseruan Warga Desa Panjer di Kediri Berebut Gunungan Hasil Bumi, Tradisi Jelang Ramadan

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

    TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Menjelang bulan suci Ramadan, warga Desa Panjer Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri menggelar tradisi kirab gunungan hasil bumi di area Situs Adipati Panjer pada Kamis (27/2/2025) pagi.

    Puluhan warga berbondong-bondong untuk mengikuti acara ini yang telah menjadi tradisi turun-temurun sebagai wujud syukur atas hasil panen selama setahun.

    Pantauan di lokasi, sejak pagi warga telah berkumpul di sekitar area situs untuk menunggu prosesi pembagian gunungan yang berisi beragam hasil bumi.

    Sayur-mayur dan buah-buahan seperti kacang panjang, mentimun, tomat, belimbing, serta nanas disusun dalam bentuk gunungan sebelum akhirnya diperebutkan secara gratis oleh masyarakat.

    Prosesi dimulai dengan pembacaan doa oleh panitia sebagai ungkapan syukur atas berkah yang diberikan. Begitu doa selesai, warga langsung bergegas berebut hasil bumi dari gunungan tersebut. Suasana pun menjadi riuh, namun tetap penuh kegembiraan dan kebersamaan. 

    Salah satu warga yang ikut berebut gunungan, Yanti (40) mengaku senang bisa mendapatkan beberapa hasil bumi.

    “Saya tadi dapat kacang panjang, mentimun, dan belimbing. Yang paling menyenangkan itu kebersamaannya, bisa berebut bareng warga lain,” katanya. 

    Menurutnya, mengikuti tradisi ini bukan hanya soal mendapatkan hasil bumi, tetapi juga menjaga kebersamaan dengan sesama warga. Yanti mengaku rutin mengikuti acara serupa setiap tahun menjelang Ramadhan. 

    “Sering ikut acara seperti ini, rasanya selalu seru,” imbuhnya. 

    Sementara itu, Kepala Desa Panjer Suhardi, menjelaskan bahwa tradisi kirab dan gunungan hasil bumi ini sudah ada sejak zaman leluhur dan terus dilestarikan. 

    “Ini adalah bentuk rasa syukur kepada Tuhan karena selama setahun terakhir masyarakat Panjer diberikan hasil bumi yang melimpah,” ungkapnya. 

    Selain sebagai ungkapan syukur, acara ini juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan antarwarga. Suhardi berharap tradisi ini terus dijaga agar generasi mendatang tetap mengenal budaya dan nilai-nilai kebersamaan yang diwariskan oleh leluhur mereka. 

    Situs Adipati Panjer sendiri dipilih sebagai lokasi acara karena memiliki nilai sejarah yang kuat. Tempat ini dikenal sebagai lokasi awal dibukanya Desa Panjer oleh Adipati Panjer, sehingga menjadi simbol penting dalam kehidupan masyarakat setempat.

  • Menteri Trenggono pastikan ketersediaan ikan aman selama Ramadhan

    Menteri Trenggono pastikan ketersediaan ikan aman selama Ramadhan

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono memastikan bahwa ketersediaan ikan dalam kondisi yang aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama bulan Ramadhan hingga Lebaran 2025.

    Trenggono dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi IV DPR RI di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pihaknya menunjukkan bahwa kebutuhan ikan di berbagai sentra konsumsi dapat dipenuhi tanpa ada gangguan.

    “Hasil analisis dengan mempertimbangkan ketersediaan ikan dan kebutuhannya di masing-masing lokasi sentra konsumsi, KKP optimistis bahwa ketersediaan ikan menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1446 Hijriah aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Trenggono.

    Ketersediaan ikan diharapkan tidak mengalami kenaikan harga, meskipun permintaan biasanya meningkat selama bulan puasa dan menjelang Idul Fitri. KKP memastikan akan ada pengawasan untuk menjaga kestabilan harga.

    “Kita akan menjaga Untuk tidak akan ada kenaikan harga,” ujar Trenggono.

    Selain itu, KKP juga telah melakukan perhitungan terhadap produksi ikan pada periode Januari hingga Maret 2025. Diprediksi akan ada produksi total sebesar 3,06 juta ton ikan dalam kurun waktu tersebut.

    Rincian produksi ikan selama periode tersebut mencakup 1,59 juta ton dari ikan budidaya dan 1,47 juta ton dari hasil tangkapan. KKP memastikan kedua sektor ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan hingga Idul Fitri.

    “KKP telah menghitung prognosa produksi ikan bulan Januari sampai dengan Maret 2025 sebesar 3,06 juta ton dengan rincian produksi ikan budidaya sebesar 1,59 juta ton dan 1,47 juta ton produksi ikan tangkap,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Trenggono mengaku bahwa KKP juga telah mengidentifikasi beberapa lokasi yang rawan kekurangan ketersediaan ikan selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Identifikasi ini dilakukan untuk memantau distribusi dan memastikan pasokan tetap stabil.

    “KKP telah mengidentifikasi lokasi-lokasi yang rawan terhadap kekurangan ketersediaan ikan dan preferensi konsumsi jenis ikan di masing-masing lokasi,” ucap Dia.

    Beberapa daerah yang menjadi perhatian adalah Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Bandar Lampung, Makassar, Ambon, dan Banjarmasin. Di lokasi-lokasi ini, pemerintah akan memastikan pasokan ikan tetap lancar.

    Trenggono menegaskan bahwa melalui upaya yang telah dilakukan, diharapkan kebutuhan ikan masyarakat selama Ramadhan dan Lebaran 2025 dapat dipenuhi tanpa kendala. KKP juga akan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

  • RUU KUHAP dan RUU Kejaksaan akan Pangkas Praperadilan, Pakar: Lembaga Hukum Harus Saling Koordinasi

    RUU KUHAP dan RUU Kejaksaan akan Pangkas Praperadilan, Pakar: Lembaga Hukum Harus Saling Koordinasi

    Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi

    TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Universitas Bhayangkara Surabaya mengajak diskusi para pakar hukum dan elemen mahasiswa Fakultas Hukum se-Jatim, guna mendiskusikan potensi overlapping kewenangan penyidikan dalam RUU KUHAP dan RUU Kejaksaan, serta implikasinya terhadap sistem peradilan pidana, Kamis (27/2/2025). 

    Diskusi tersebut, melibatkan para pakar, seperti Prof Sri Winarsih sebagai Guru Besar Hukum Administrasi Universitas Airlangga Surabaya, Prof I Nyoman Nurjaya sebagai Guru Besar Hukum Pidana Universitas Brawijaya Malang, Prof Dadjijono sebagai Guru Besar Ilmu Kepolisian Universitas Bhayangkara Surabaya, dan Pitra Ramadani Nasution, sebagai Ketum PETISI Ahli. 

    Guru Besar Hukum Pidana Universitas Brawijaya Malang, Prof I Nyoman Wijaya, yang juga menjadi pembicara dalam forum yang melibatkan ratusan mahasiswa sebagai peserta diskusi itu, mengulas RUU KUHAP perlu dikritisi secara akademik. 

    Pasalnya, RUU yang bakal diimplementasikan pada 2026 mendatang itu, di satu sisi berpotensi memangkas beberapa mekanisme peradilan pada koridor kehakiman, menjadi lebih ringkas dan efektif. 

    Seperti ditiadakannya tahapan praperadilan untuk sekadar menguji persesuaian sah tidaknya penahanan, penggeledahan, dan penyitaan sebuah penanganan sebuah perkara hukum.

    Namun, di sisi lain, berpotensi pada munculnya nuansa yang mengarah pada pengambilalihan kewenangan. Terutama dalam hubungan dengan pengaturan penyidik dengan penuntut umum. 

    Penyidik dalam hal ini, disebut Nyoman Wijaya, bisa saja dari Polri, PNS atau lembaga hukum Ad Hoc seperti lembaga antirasuah di Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 

    Melalui Forum Group Discussion (FGD) tersebut, secara akademis, ia berharap semua elemen masyarakat yang memiliki tanggung jawab secara moril, seperti kalangan civitas akademika kampus, dapat berkontribusi mengedukasi secara menyeluruh kepada semua elemen masyarakat. 

    Bahwa, pengaturan kewenangan penyidik dengan penuntut umum, harus berjalan secara serasi dan harmoni.

    Harmoni dalam proses penegakan hukum, yang ia maksud adalah merujuk pada sistem peradilan pidana terpadu yang harus berprinsip pada diferensiasi fungsi (functional differenciation). 

    Artinya, pembedaan fungsi penegakan hukum atau diferensiasi fungsi pada masing-masing lembaga penegak hukum, seperti polisi, penyidik, penuntut umum, dan hakim, bersifat independen dan fungsional atau saling melengkapi. 

    Selain itu, masing-masing fungsi penegakkan peradilan hukum tersebut, diberi kewenangan-kewenangan sesuai dengan tahapannya. 

    Sehingga, menurut Nyoman Wijaya, kata dan istilah yang tepat menggambarkan fungsionalisme kerja kelembagaan hukum tersebut, adalah koordinasi.

    Bukannya malah dianggap sebagai intervensi. 

    “(Karena) Ada kecenderungan di sana. Dan yang terlihat memang pengaturan mengenai kewenanangan fungsi penuntut umum jaksa itu juga mengintervensi fungsi penyidikan yang diberi kewenangan kepada penyidik. Penyidik bisa saja penyidik polisi, atau penyidik PNS, bisa juga penyidik lembaga tertentu seperti KPK. Nah itu ada nuansa mengintervensi sehingga terjadi istilah overlapping dalam pengaturan kewenangan-kewenangan itu,” ujarnya seusai forum di Lobby Gedung Graha Bhayangkara Universitas Bhayangkara Surabaya,Kamis (27/2/2025). 

    Nyoman Wijaya menerangkan, manakala berpegang pada perspektif akademi, seperti dalam ilmu perundang-undangan, proses pembuatan suatu peraturan undang-undang (UU) yang baik, harus merujuk dua asas penting. 

    Yakni, pertama, asas pembentukan peraturan perundangan-undangan.

    Kedua, asas muatan materi di dalam UU tersebut. 

    Menurutnya, sentuhan di sini muatan materinya itu ada nuansa kontradiksi. Artinya ada lembaga penegak hukum pada tahapan itu ingin mengambil alih kewenangan-kewenangan dari penegak hukum yang lain. 

    Sehingga, muncul nuansa sebuah lembaga penegak hukum yang cenderung tampak superior dan inferior, atau tampak ordinasi dan subordinasi dalam hubungannya. 

    Padahal, dalam hubungan antar kelembagaan penegak hukum itu, harus bersifat koordinasi dan tertib.

    Karena ini saling melengkapi satu sama lain, dalam pelaksanaan mekanisme peradilannya.

    “Oleh karena itu, fungsi dari masing-masing penegak hukum dengan kewenangan yang ada. Itu harus independen sendiri, tetapi tetap ada kaitan-kaitannya gak boleh saling mengintervensi,” jelasnya. 

    Lalu, bagaimana dengan produk UU lama, Nyoman Wijaya menjelaskan, produk UU yang lama seperti UU Nomor 8 Tahun 1981, sudah cukup mewakili ke-Indonesia-an bangsa Indonesia hingga saat ini. 

    Karena, pertimbangan untuk melindungi Hak Asasi Manusia (HAM), lalu penggunaan asas praduga tak bersalah, termasuk pengaturan mengenai kewenangan-kewenangan lain sudah lengkap, jelas dan sesuai dengan kondisi ke-Indonesia-an saat ini. 

    Namun ia menegaskan, RUU KUHAP ini nantinya, secara simpel bakal memangkas proses praperadilan yang tujuannya sekadar menguji persesuaian sah tidaknya penetapan status hukum seseorang, mekanisme penahanan, proses penggeledahan, hingga penyitaan sebuah proses penegakkan hukum. 

    “Dalam rancangan KUHAP nanti praperadilan juga gak ada. Sudah diambil alih dengan lembaga pemeriksa pendahuluan mengurangi kaplingnya lawyer,” pungkasnya. 

  • Kisahkan Banyuwangi Lewat Puisi, Tengsoe Tjahjono Hadirkan Buku Jenggirat!

    Kisahkan Banyuwangi Lewat Puisi, Tengsoe Tjahjono Hadirkan Buku Jenggirat!

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Benni Indo

    TRIBUNJATIM.COM, MALANG – Sastrawan dari Banyuwangi yang tinggal di Kota Malang, Tengsoe Tjahjono menerbitkan karya terbarunya berjudul Jenggirat!. Karya terbarunya ini berisi kumpulan puisi.

    Jenggirat! banyak bercerita tentang kampung halamannya yang berada di ujung Pulau Jawa. Tengsoe yang lahir pada 1958 di Jember memiliki banyak kenangan tentang sejarah hidupnya di Banyuwangi.

    “Meskipun saya ini lahir di Jember, tapi kampung halaman orangtua saya di Banyuwangi. Saya banyak menghabiskan waktu di sana. Di Desa Ringin Pitu,” ujar Tengsoe dalam acara bincang buku puisi Jenggirat! di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, Rabu (26/2/2025).

    Tengsoe menghabiskan masa pendidikannya sejak sekolah dasar hingga SPG di Banyuwangi. SPG adalah sekolah pendidikan guru yang setara dengan SMA. Pengalaman hidupnya di Banyuwangi itulah yang ia tuliskan kembali dalam puisi-puisinya.

    “Sejak SD hingga SPG, saya belajar di Banyuwangi sehingga itu menjadi bagian yang tak bisa saya lepaskan dari pergulatan masa saya tumbuh menjadi manusia setengah dewasa. Pada 1978 pindah ke Kota Malang dan tidak kembali sampai sekarang. Jadi itu kisahnya, tetapi ingatan tentang Banyuwangi ini tidak dapat dilebur begitu saja. Ada kerinduan, kangen, ketika menonton tari jejer gandrung, rasanya terharu juga. Mengingat kembali situasi Banyuwangi yang pernah saya tinggali,” ujar Tengsoe.

    Bagi Tengsoe, Banyuwangi adalah daerah luar biasa. Baik dari sisi alam, budaya, tradisi, kesenian, serta kuliner. Ada banyak kekhasan di Banyuwangi yang menurutnya luar biasa. Kondisi itu mendorong dirinya menulis puisi.

    “Banyak objek seperti itu yang mendorong saya membuat puisi. Puisi itu tidak akan pernah lahir kalau saya tidak pernah tinggal di sana. Teks sastra itu mau tidak mau berangkat dari pengalaman penyair dari kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

    Keinginannya menulis tentang Banyuwangi ini sudah lama dipendam. Tengsoe menerangkan, ada tulisan lama dari tahun 2008 yang juga menjadi bagian di dalam ratusan puisi yang ia tulis di Jenggirat!. Judul Jenggirat! ia dapatkan melalui pemikiran yang cukup dalam. 

    Tengsoe berpikir untuk menghadirkan Banyuwangi tanpa menulis kata Banyuwangi di bukunya. Munculah nama jenggirat yang memang ungkapan khas dari Banyuwangi. Jenggirat berarti bangkit atau bangun dari keterpurukan.

    “Ketika saya memberikan judul antologi ini, apa ya yang bisa merepresentasikan Banyuwangi tanpa memberikan kata Banyuwangi di dalam judul. Maka munculah nama jenggirat itu. Jenggirat ini artinya bangkit atau bangun. Kenapa jenggirat, tentu saja bagi saya teks budaya Banyuwangi banyak yang baik, tapi juga ada yang direvisi agar coock dengan perkembangan zaman dan menjawab tantangan zaman. Tapi tentu saja nilai-nilai tradisi tidak bisa menghapus begitu saja,” katanya.

    Tradisi dan kebudayaan Banyuwangi sudah melekat pada diri Tengsoe. Wajar saja karena sejak kecil, ia telah belajar budaya Banyuwangi. Dikisahkan oleh Tengsoe, sekurang-kurangnya ia bisa menari sejak sekolah dasar. Pasalnya, menari telah menjadi bahan ajar wajib pada saat itu. Pun menyanyikan sebuah lagu juga ia lakukan.

    “Saya pernah menjadi pelajar di Banyuwangi. Itu sekurang-kurangnya harus bisa menari satu tarian. Waktu itu tarian padang bulan. Senam pagi diganti tarian padang bulan, sehingga setiap pagi saya menari. Sekurang-kurangnya bisa menyanyi satu lagu juga. Ketika saya SPG, minta tandatangan guru nyanyi dulu. Saya pikir peran pemerintah daerah itu sangat besar untuk ikut mengembangkan budayanya masing-masing,” paparnya.

    Pada puisi-puisi yang ia tulis, terdapat banyak catatan kaki. Di situ ada keterangan yang menjelaskan tempat atau istilah asing bagi pembaca. Semuanya masih berkaitan dengan Banyuwangi. Tengsoe seolah tak ingin pembacanya bingun mengenal nama atau istilah baru yang berkaitan dengan Banyuwangi.

    Joko Saryono, guru besar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang memiliki catatan terhadap karya Tengsoe. Joko memiliki ikatan pengalaman hidup yang sangat dekat dengan Tengsoe. Ia mengaku megenal karakter tulisan Tengsoe yang pernah ia baca ketika menjadi promotor untuk gelar doktornya Tengsoe. 

    Menurtnya, Tengsoe memiliki hasrat literer sangat tinggi ketika menulis karya ilmiah. Catatan kaki yang dibuat oleh Tengsoe dalam sejumlah puisinya menunjukan bahwa penulis tidak ingin pembacanya kebingungan.

    “Saya kira catatan kaki yang begitu banyak adalah infiltrasi atau resapan dari hasrat agar puisinya bisa dipahami. Padahal, kalau menulis puisi itu, paham tidak paham ya silahkan. Tapi kalau menulis karya ilmiah, pembacanya harus paham dan dipahamkan. Kalau puisi tidak paham tidak apa-apa, tapi Tengsoe berhasrat agar pembacanya paham. Makannya puisi ini terayun-ayun juga di antara hasrat agar tetap metaforis dengan membiarkan segala diksi dan terminologi,” katanya.

    Di sisi lain, Joko menilai bahwa catatan kaki itu sebenarnya membatasi metafora yang dibangun di dalam puisi. Tengsoe secara tidak langsung telah ‘membunuh’ pesan metaforis pada puisinya.

    “Bagi saya membatasi metafora yang dibangun di dalam puisi. Bahkan boleh saya katakan, sesuatu yang sudah metaforis, tiba-tiba dalam tanda petik, dibunuh sendiri oleh Tengsoe dalam bentuk catatan itu. Menurut saya itu hasrat memberitahu pembacanya agar tidak tersesat, padahal menurut saya tersesat membaca puisi itu bagus,” ujarnya.

    “Membaca puisi itu bukan intended impact, tapi unintended impact. Kalau kita bisa menemukan suatu yang baru, terpendam di antara yang tertulis itu lebih bagus. Sepertinya Tengsore menggiring pembaca agar tidak tersesat di tempat, suasana, atau alam tertentu. Bisa juga ditafsirkan bahwa Tengsoe terlalu baik kepada pembacanya. Ini mungkin kebaikan hati, sekaligus membatasi puisinya. Tengsoe ini menciptakan puisi metafor, tapi juga membunuh metafor itu melalui catatan kaki,” imbuhnya.

    Yusri Fajar, sastrawan yang juga pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya menilai, Tengsoe tidak bisa lepas dari Banyuwangi. Meskipun saat ini secara fisik ia berada di Kota Malang, menjalani kehidupannya di Kota Malang, namun ingatan dan sejarah Banyuwangi tidak dapat dilepaskan begitu saja.

    Yusri, yang juga kelahiran Banyuwangi, merasa ikut terpanggil ketika membaca puisi-puisi di buku Jenggirat!. Ia menyadari kalau Tengsoe seperti berada di ruang antara, di satu sisi ada kepergiaan dari Banyuwangi, di sisi lain masih terngiang segala hal tentang Banyuwangi.

    “Seseorang yang tidak bisa lepas dari Banyuwangi, berada di ruang antara. Di mana satu sisi kepergian, langkah pergi dari Banyuwangi itu sebuah keharusan untuk melanjutkan kehidupan, tapi di sisi lain hatinya tetap di Banyuwangi. Tetapi kalau kita lihat bagaimana Tengsoe mengeksplorasi Banyuwangi, ada hal yang menarik,” katanya. 

    Banyuwangi adalah satu wilayah yang memiliki ragam budaya yang sangat kompleks. Cerita rakyat, folklor, dan kesenian Banyuwangi memiliki banyak ciri khas yang tidak ditemukan daerah lain. 

    “Itulah saya kira, menjadi inspirasi Tengsoe menulis Banyuwangi. Kalau kita mencoba mengamati berbagai puisi di dalam Jenggirat!, hampir semua khasanah kebudayaan Banyuwangi terepresentasikan. Ada kawah Ijen, Pulau Merah, Sukamade, Bangsring, dan khasanah alam yang indah, teman-teman bisa eksplorasi,” paparnya.

    Salah satu penggelan puisi di dalam Jenggirat!:

    Padang Savana Bekol

    “Datanglah pagi-pagi” pesanmu.
    Aku pun datang bersama matahari,
    seakan cahaya bisa menembus rimbun hutan tropis,
    mengiris sunyi yang tak pernah padam.
    Jalan kecil ini, membelah remang,
    membawa aroma rindu yang terjerat waktu.

  • Warga Terpaksa Tandu Jenazah Sarti 6 Km karena Jalan Rusak dan Becek, Kades: Ambulans Tidak Mampu

    Warga Terpaksa Tandu Jenazah Sarti 6 Km karena Jalan Rusak dan Becek, Kades: Ambulans Tidak Mampu

    TRIBUNJATIM.COM – Terekam momen warga tandu jenazah 6 km lewati jalan becek dan rusak.

    Peristiwa ini terjadi di Desa Sinar Mulia, Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur, Bengkulu.

    Para warga terpaksa menandu jenazah bernama Sarti (65) pada Rabu (26/2/2025).

    Sarti sebelumnya dirawat di rumah sakit beberapa hari.

    Setelah itu, dia dirawat di rumah keluarganya di luar Desa Sinar Mulia, lalu meninggal dunia.

    Jasad Sarti hendak dikebumikan ke Desa Sinar Mulia dan dibawa malam hari dengan kondisi jalan yang rusak parah.

    Kepala Desa Sinar Mulia, Senia, saat dikonfirmasi melalui telepon, Kamis (27/2/2025), membenarkan belasan warganya menandu jenazah Sarti ke desa, melintasi jalan rusak dan becek sepanjang enam kilometer.

    Jenazah terpaksa ditandu karena mobil ambulans tidak bisa melintas.

    “Tadi malam jenazahnya terpaksa ditandu, mobil ambulans tidak mampu naik ke desa. Kejadian ini sering terjadi setiap orang sakit parah meninggal, terpaksa ditandu untuk dibawa ke desa,” kata Senia saat dihubungi melalui telepon, Kamis (27/2/2025), melansir dari Kompas.com.

    Jalan menuju desanya itu, menurut Senia, sudah lama rusak.

    Bila musim hujan, kondisinya berlumpur dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.

    “Jalan kami rusak berat, apabila warga sakit, kami kesulitan mengantar ke luar desa. Begitu juga kalau ada yang meninggal, terpaksa ditandu,” tuturnya.

    Kasus jenazah ditandu akibat jalan rusak kerap terjadi di Provinsi Bengkulu.

    Sebelumnya, jenazah Wan Sepi (60), warga Dusun Damar Kencana, Desa Sosokan Taba, Kecamatan Muara Kemumu, Kepahiang, Bengkulu, ditemukan meninggal dunia di rumahnya.

    Pria ini adalah warga Kota Lubuklinggau, Sumsel.

    Belasan warga terpaksa membawa jasad Wan Sepi dengan tandu sambil berjalan kaki sejauh 9 kilometer.

    Mobil ambulans tidak mampu masuk ke Desa Sosokan Baru akibat jalan rusak.

    Sementara itu, sebelumnya ada cerita Jumadi (38) lebih pilih menandu jenazah Paiman (70), warga Desa Jipurapah, Kecamatan Plandaan, Jombang daripada harus menunggu transportasi tiba. 

    Jumadi (38) warga Desa Jipurapah, Kecamatan Plandaan, Jombang, mengaku memilih menandu jenazah Paiman ketimbang harus menunggu lama.

    Meskipun, ia menyadari jarak yang ditempuh dari Desa Marmoyo ke Desa Jipurapah cukup jauh. 

    Paiman merupakan mertuanya, Jumadi adalah orang yang berangkat menjenguk mertuanya itu di Desa Marmoyo untuk diantar ke bidan desa.

    Setelah mengetahui mertuanya itu sakit. 

    Jumadi juga menjadi saksi, ketika mengetahui mertuanya sudah meninggal dunia di dalam kamar mandi setelah izin Buang Air Besar (BAB) di rumah saudaranya saat hendak menuju ke bidan desa. 

    Setelah mengetahui mertuanya sudah meninggal, Jumadi menceritakan mengapa memilih menandu jenazah mertuanya itu ketimbang menunggu transportasi.

    “Daripada terlalu lama menunggu, lebih baik ditandu saja karena juga banyak warga yang membantu untuk memikul kerandanya,” ucapnya saat dikonfirmasi awak media pada Selasa (6/8/2024). 

    Ia juga mengakui, bahwa ide untuk memikul jenazah mertuanya itu datang dari dirinya.

    Karena yang ada di pikirannya kala itu hanya bagaimana jenazah cepat di makamkan.

    “Iyaa saya, daripada terlalu lama menunggu kasihan sama jenazahnya,” ujarnya. 

    Lebih lanjut Jumadi mengatakan, keluarga memilih tidak menggunakan mobil jenazah karena tidak memiliki cukup uang dan harus membuat laporan terlebih dahulu.

    “Selain tidak punya cukup uang, yah katanya harus buat laporan dulu. Takutnya terlalu lama menunggu prosesnya,” katanya. 

    Sebab itu, ia dan puluhan warga memilih untuk menandu jenazah dari Desa Marmoyo ke Desa Jipurapah meskipun jarak yang ditempuh tidaklah dekat. 

    Mereka setidaknya harus menempuh jarak 3 kilometer untuk menandu keranda mayat jenazah mertuanya itu sampai ke tempat peristirahatan terakhir.

    “Lumayan jauh, tapi untungnya banyak warga juga yang membantu untuk menggotong dari Marmoyo ke Jipurapah. Setelah sampai langsung dimakamkan,” pungkasnya.

    Sebagai informasi, puluhan warga Desa Jipurapah, Kecamatan Plandaan, Jombang berjalan kaki tandu jenazah sejauh 3 kilometer. 

    Peristiwa itu diketahui terjadi pada Senin (5/8/2024) pagi. Dari video amatir yang diterima Surya, tampak puluhan warga ramai-ramai menggotong keranda mayat yang di dalamnya terdapat jenazah Paiman (70). 

    Paiman merupakan warga Desa Jipurapah yang meninggal di Desa Marmoyo pada Senin dini hari. Tetangganya yang mendengar kabar Paiman meninggal lalu bergegas menuju Desa Marmoyo untuk mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir. 

    Namun, niat baik tersebut tampak tidak menemui jalan yang mulus. Pasalnya puluhan warga yang berasal dari Desa Jipurapah itu harus menggotong jenazah Paiman dengan berjalan kaki sejauh 3 kilometer. 

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Ingin Perkuat Jaringan di Jatim, GWM Buka Dealer Pangsud, Jadi yang Kedua di Surabaya

    Ingin Perkuat Jaringan di Jatim, GWM Buka Dealer Pangsud, Jadi yang Kedua di Surabaya

    Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah

    TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Great Wall Motor (GWM) Indonesia mengumumkan peresmian GWM Pangsud Surabaya sebagai dealer kedua GWM di Jawa Timur yang berlokasi di Jalan Panglima Sudirman Nomor 46-48, Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (27/2/25).

    Peresmian ini menandai langkah strategis GWM Indonesia dalam memperluas jaringan dealernya dan semakin mengukuhkan kehadirannya di pasar otomotif Indonesia yang semakin dinamis.

    GWM Pangsud Surabaya menjadi dealer GWM Indonesia ke-12 yang telah beroperasi di seluruh Indonesia, yang mana saat ini sudah menjangkau berbagai kota besar mencakup Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, dan Pekanbaru.

    Hingga akhir tahun 2025 ini, GWM Indonesia menargetkan ketersediaan hingga 30 jaringan dealer untuk terus mendekatkan inovasi GWM ke cakupan konsumen yang lebih luas lagi.

    President Director Inchcape Indonesia, Khoo Shao Tze menyampaikan, Inchcape memiliki komitmen kuat untuk menghadirkan solusi mobilitas yang inovatif dan berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia.

    “Bersama GWM, kami terus memperluas jaringan untuk memastikan produk-produk berkualitas tinggi dapat diakses lebih mudah oleh pelanggan. Terkait kehadiran diler ini, lantaran kami melihat Surabaya sebagai pasar yang sangat potensial, dan dengan hadirnya GWM Pangsud Surabaya, kami ingin memberikan pengalaman berkendara terbaik yang didukung oleh teknologi canggih serta layanan pelanggan yang optimal. Kedepannya, kami berharap dapat terus mendukung perkembangan ekosistem kendaraan energi baru di wilayah ini,” ujar Khoo Shao Tze.

    Ia mengakui, bahwa Jawa Timur merupakan salah satu pasar otomotif dengan potensial yang besar berkat perkembangannya yang pesat.

    Berdasarkan data sebaran kendaraan bermotor dari GAIKINDO, Jawa Timur menempati posisi 3 besar dalam pencapaian sebaran otomotif nasional pada tahun 2024, memberikan kontribusi hampir 10 persen dari capaian di Indonesia. 

    Sementara itu, Lisa Wijaya selaku Sales & Network Director GWM Indonesia menambahkan, peresmian GWM Pangsud Surabaya merupakan bagian dari langkah strategis pihaknya untuk memperkuat jaringan dealer GWM di Indonesia.

    “Dengan fasilitas 3S yang lengkap, pelanggan akan mendapatkan layanan komprehensif dan menyeluruh, siap untuk memenuhi setiap kebutuhan pelanggan,” kata dia.

    Terlebih lagi, lanjut Lisa, GWM Pangsud didirikan di atas lahan seluas 1.461m2 dengan luas bangunan 2.080m2, menghadirkan fasilitas berkonsep 3S (Sales, Service, Spare Part), untuk memberikan kenyamanan maksimal bagi pelanggan dalam memilih kendaraan serta menikmati layanan purna jual yang berkualitas.

    “Bahkan, dealer ini juga dilengkapi dengan display area yang siap menampilkan seluruh pilihan produk GWM Indonesia, dan juga cafe area untuk pengalaman pelanggan terbaik saat membawa kendaraan mereka di dealer yang memiliki 6 workbay yang siap untuk memenuhi seluruh kebutuhan servis pelanggan,” tandasnya.

  • Jelang Operasi Ketupat 2025, Satlantas Polres Malang Gelar Simulasi Penanganan Kecelakaan

    Jelang Operasi Ketupat 2025, Satlantas Polres Malang Gelar Simulasi Penanganan Kecelakaan

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Lu’lu’ul Isnainiyah

    TRIBUNJATIM.COM, MALANG – Satlantas Polres Malang bersama menggelar simulasi penanganan kecelakaan lalu lintas di halaman Polres Malang, Kamis (27/2/2025). Simulasi dilakukan dalam rangka menjelang Operasi Ketupat Semeru 2025 untuk meminimalisir fatalitas korban kecelakaan. 

    Kegiatan ini melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Public Savety Center (PSC) 119, Jasa Marga, serta relawan ambulan ambulan Kabupaten Malang.

    Kasatlantas Polres Malang, AKP Widyagana Putra Dhirotsaha menjelaskan, kegiatan simulasi ini sebagai bentuk koordinasi dan kolaborasi antar stakeholder untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan ketika menangani kecelakaan.

    “Pada prinsipnya kami memiliki tugas masing-masing dalam praktiknya, yang kita tekankan kolaborasi dan koordinasi di lapangan. Sehingga penanganan khususnya kecelakaan lalulintas dapat memiliki peran masing-masing serta korban dapat diselamatkan,” kata Gana.

    Gana mengatakan, simulasi dilakukan ini berawal dari pemberian materi dari Kapolres Malang, AKBP Danang Setyo Pambudi. Termasuk prosedur penanganan sesuai prioritas dengan penandaan kelas P1, P2, dan P3 pada korban kecelakaan lalu lintas.

    Selanjutnya, dalam praktiknya, memperagakan kondisi kecelakaan lalu lintas. Dalam simulasi ini, mempraktikan kecelakaan antara bus dengan mobil angkutan.

    “Dengan kegiatan ini, jadi tidak ada keragu-raguan lagi bagi mereka yang melaksanakan tugas di lapangan. Sehingga dapat meminimalisir korban meninggal dunia,” bebernya.

    Gana memaparkan, kolaborasi dengan relawan ini dapat membantu pihak kepolisian di lapangan dalam menangani kecelakaan. Baik itu pengantaran korban ke rumah sakit maupun ke keluarga korban

  • Tentukan Awal Ramadan 2025, Kemenag akan Gelar Rukyatul Hilal di MAN 3 Kediri

    Tentukan Awal Ramadan 2025, Kemenag akan Gelar Rukyatul Hilal di MAN 3 Kediri

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

    TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Kediri akan menggelar rukyatul hilal untuk menentukan awal bulan Ramadan 1446 Hijriah.

    Pengamatan hilal ini dijadwalkan berlangsung di Markas Rukyatul Hilal MAN 3 Kediri yang berlokasi di Jalan Jombang Kasreman, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jumat (28/2/2025) sore. 

    Humas Kemenag Kabupaten Kediri, Paulo Jose Ximenes menyampaikan, pelaksanaan rukyatul hilal di Kabupaten Kediri tahun ini tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya.

    Acara akan dimulai setelah salat Dzuhur atau Jumat dan melibatkan berbagai pihak, termasuk organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan LDII, serta Kemenag Kota Kediri, Pengadilan Agama Kediri, dan ahli falak dari beberapa pesantren di Kediri. 

    “Seluruh tim akan berkumpul sudah standby di lokasi pada pukul 16.00 WIB untuk memulai persiapan pengamatan hilal,” kata Paulo saat dikonfirmasi, Kamis (27/2/2025). 

    Sejak 2020, MAN 3 Kediri telah menjadi lokasi utama rukyatul hilal di Kediri, menggantikan lokasi sebelumnya di Kabupaten Blitar.

    Paolo mengatakan, nantinya setiap saksi yang melakukan pengamatan hilal akan disumpah oleh Pengadilan Agama Kabupaten Kediri untuk memastikan validitas laporan mereka.

    “Para saksi akan disumpah agar memastikan bahwa pengamatan mereka benar-benar terjadi dan mereka benar-benar melihat hilal,” jelas Paulo. 

    Adapun titik pengamatan di Kediri ini merupakan salah satu dari 29 lokasi pengamatan hilal yang tersebar di Jawa Timur.

    Hasil pengamatan, baik hilal terlihat maupun tidak, akan dilaporkan ke Kemenag tingkat wilayah sebagai bahan pertimbangan dalam sidang isbat yang akan menentukan awal Ramadan secara resmi.  

    Meskipun saat ini masih dalam musim hujan, Paulo tetap optimistis kegiatan rukyatul hilal akan berjalan lancar tanpa kendala cuaca.  

    “Kami berharap cuaca mendukung sehingga pengamatan hilal bisa dilakukan dengan baik,” pungkasnya.