provinsi: JAWA TIMUR

  • 1,48 Juta Tiket KA Jarak Jauh Periode Lebaran Sudah Terjual

    1,48 Juta Tiket KA Jarak Jauh Periode Lebaran Sudah Terjual

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatat, hingga Minggu 2 Maret 2025, telah menjual sebanyak 1.486.649 tiket Kereta Api Jarak Jauh (KA JJ) untuk periode angkutan Lebaran 1446 H/2025.

    Jumlah tersebut setara dengan 43,17% dari total kapasitas yang disediakan, yakni 3.443.832 tiket. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah.

    Vice President Public Relations KAI, Anne Purba menyampaikan bahwa pihaknya telah menyiapkan kapasitas sebanyak 3.443.832 tiket KA JJ untuk periode keberangkatan 21 Maret-11 April 2025.

    Anne membeberkan selain memastikan ketersediaan tiket, KAI juga menghadirkan berbagai program untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan. Salah satunya menghadirkan program berbagi takjil gratis di berbagai stasiun.

    Program ini akan berlangsung selama 10 hari, dari H-10 hingga H-1 Lebaran, dengan total 34.400 paket takjil yang dibagikan di 21 stasiun besar menjelang waktu berbuka puasa. Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan lebih bagi pelanggan yang berbuka puasa di perjalanan maupun di area stasiun.

    “KAI senantiasa menghadirkan layanan terbaik bagi pelanggan, termasuk di bulan Ramadhan. Pemberian takjil ini merupakan bentuk kepedulian kami kepada pelanggan yang sedang dalam perjalanan menjelang waktu berbuka,” ujar Anne Purba dalam keterangan tertulis, Minggu (2/3/2025).

    Menurut Anne, tren penjualan menunjukkan puncak permintaan terjadi pada H-3 atau 28 Maret 2025, dengan penjualan mencapai 102.233 tiket pada tanggal tersebut. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah mengingat periode pemesanan masih berlangsung.

    Berdasarkan data sementara, 10 stasiun dengan volume keberangkatan tertinggi selama musim mudik Lebaran 2025 adalah:

    1. Pasarsenen: 208.106 penumpang

    2. Gambir : 116.861 penumpang

    3. Bekasi: 65.489 penumpang

    4. Kiaracondong: 56.014 penumpang

    5. Yogyakarta: 47.663 penumpang

    6. Surabaya Pasar Turi: 47.198 penumpang

    7. Surabaya Gubeng: 44.973 penumpang

    8. Lempuyangan: 43.926 penumpang

    9. Bandung: 37.700 penumpang

    10. Semarang Tawang Bank Jateng: 35.456 penumpang

    Untuk memastikan pengalaman perjalanan yang lebih nyaman bagi pelanggan, KAI telah menyiapkan berbagai peningkatan layanan selama masa angkutan Lebaran 2025.

    Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah penempatan 170 petugas Customer Service Mobile (CSM) di 39 stasiun di berbagai Daerah Operasi (Daop) dan Divisi Regional (Divre). Para petugas ini bertugas memberikan informasi dan membantu pelanggan dalam berbagai keperluan selama perjalanan mereka.

    “Sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan, KAI juga terus memperluas penyediaan water station guna mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai,” katanya.

    Setidaknya, empat stasiun tambahan, yakni Kertapati, Lamongan, Wonokromo, dan Sidoarjo, kini telah dilengkapi dengan fasilitas ini. Dengan demikian, total 28 stasiun kini menyediakan water station, memungkinkan pelanggan untuk mengisi ulang air minum secara mandiri dan mendukung gaya hidup ramah lingkungan.

    Ia menekankan pelanggan yang ingin merencanakan perjalanan dapat melakukan pemesanan tiket KA Jarak Jauh hingga 45 hari sebelum keberangkatan. Sementara itu, tiket KA Lokal tersedia mulai H-30, dan beberapa layanan lainnya dapat dipesan sejak H-7 sebelum keberangkatan.

    KAI mengimbau masyarakat untuk segera melakukan pemesanan lebih awal melalui aplikasi Access by KAI atau situs web resmi kai.id guna mendapatkan jadwal keberangkatan sesuai kebutuhan.

    “Dengan berbagai peningkatan layanan ini, KAI berharap dapat menghadirkan perjalanan yang lebih nyaman, aman, dan berkesan bagi pelanggan selama momen Lebaran,” tutup Anne.

    (hsy/hsy)

  • KAI Daop 8 catat 72.247 orang gunakan KA jarak jauh awal Ramadan 2025

    KAI Daop 8 catat 72.247 orang gunakan KA jarak jauh awal Ramadan 2025

    Sejumlah calon penumpang memakai fasilitas layanan check-in dengan sistem face recognition boarding gate, di Stasiun Gubeng Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (1/3/2025). ANTARA/HO-KAI Daop 8 Surabaya

    KAI Daop 8 catat 72.247 orang gunakan KA jarak jauh awal Ramadan 2025
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 02 Maret 2025 – 10:41 WIB

    Elshinta.com – PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya, Jawa Timur, mencatat sebanyak 72.247 orang menggunakan layanan kereta api jarak jauh pada awal Ramadan 2025 atau periode Jumat (28/2) hingga Minggu ini.

    Manager Humas KAI Daop 8 Surabaya, Luqman Arif mengatakan masyarakat memiliki kebiasaan pulang kampung menjelang Ramadan (munggahan), dan cenderung ingin melaksanakan ibadah puasa pertama bersama keluarga di kampung halaman, sehingga permintaan perjalanan dengan kereta api meningkat.

    “KAI akan terus berkomitmen memberikan layanan terbaik bagi pelanggan dengan memastikan kesiapan operasional, peningkatan fasilitas, serta penerapan berbagai inovasi guna meningkatkan kenyamanan perjalanan,” ujar Luqman dalam keterangannya di Surabaya, Sabtu 1/3) malam.

    Luqman menjelaskan, dari total penumpang tersebut, sebanyak 35.809 pelanggan diberangkatkan dari stasiun wilayah Daop 8 Surabaya, sementara dan pelanggan yang turun di wilayah serupa sebanyak 36.638 pelanggan. Jika lebih dirinci lagi, kata dia pula, berdasarkan data yang diambil pada Sabtu (1/3) hingga pukul 09.00 WIB, jumlah pelanggan yang berangkat pada Jumat (28/2) mencapai 18.294 orang, sedangkan yang tiba sebanyak 15.723 orang.

    Pada Sabtu (1/3), tercatat 9.265 pelanggan berangkat dan 12.932 pelanggan tiba dan pada Minggu (2/3), jumlah pelanggan yang berangkat sebanyak 8.250 orang, yang tiba di wilayah Daop 8 sebanyak 7.983 orang.

    “Data ini akan terus bertambah, karena penjualan masih berlangsung. Sementara itu, para pelanggan didominasi dengan KA tujuan Semarang, Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan Ketapang,” ujarnya lagi.

    Pihaknya mengimbau bagi calon pelanggan yang akan melakukan perjalanan selama periode Ramadan, untuk merencanakan perjalanan lebih awal dan memanfaatkan sistem pemesanan tiket yang tersedia hingga 45 hari sebelum keberangkatan.

    “Manfaatkan berbagai fitur layanan digital yang telah disediakan untuk kemudahan perjalanan, termasuk pemesanan tiket secara daring serta layanan check-in dengan sistem face recognition boarding gate,” ujar Luqman.

    Sumber : Elshinta.Com

  • Kisah Elsa Laksono dan Lilie Wijayati: Sahabat Sejak SMP yang Tewas Bersama di Puncak Carstensz – Halaman all

    Kisah Elsa Laksono dan Lilie Wijayati: Sahabat Sejak SMP yang Tewas Bersama di Puncak Carstensz – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PAPUA – Lilie Wijayati dan Elsa Laksono Meninggal Dunia di Puncak Carstensz, Papua, pada Sabtu (1/3/2025).

    Lilie Wijayati dan Elsa Laksono merupakan teman sejak duduk di bangku SMP.

    Mereka sudah bersahabat sejak duduk di bangku SMP. 

    Mereka bersekolah di Malang, Jawa Timur. 

    Lilie Wijayati lahir di Malang pada 2 Oktober 1965. 

    Sementara Elsa Laksono merupakan pendaki kelahiran Malang pada 24 Juli 1965.

    Pada SMA, mereka bersekolah di SMAK St. Albertus Malang atau yang akrab disebut Dempo.

    Di Dempo, mereka mulai mendaki gunung.

    Setelah lulus SMA, mereka terpisah. Lilie Wijayati pernah mendapatkan pendidikan militer Susbintal Pusdikhub Cimahi pada 1985, atau saat usianya 20 tahun.

    Lilie menempuh pendidikan di Telkom hingga akhirnya bekerja di perusahaan Telkom Indonesia.

    Sementara itu, Elsa menempuh pendidikan di salah satu fakultas Ilmu Kedokteran di Jakarta.

    Setelah berpisah lama, mereka kembali berhubungan dekat. Melalui media sosial mereka kembali menjalin hubungan komunikasi.

    Hingga akhirnya mereka melakukan pendakian bersama.

    Di kalangan pendaki, mereka dikenal sebagai pendaki veteran.

    Mereka menjuluki diri sebagai Ratu Pendaki.

    Kronologi

    Puncak Carstensz Pyramid di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, memakan korban jiwa.

    Seperti dilansir dari TribunPapua, dua pendaki dilaporkan meninggal dunia saat menuruni Puncak Carstensz. Ini merupakan puncak tertinggi yang menjadi bagian dari Pegunungan Barisan Sudirman yang terdapat di Kabupaten Mimika.

    Berdasarkan informasi, insiden itu terjadi pada Sabtu (1/3/2025). Namun, kabar ini baru tersebar luas di media sosial pada Minggu (2/3/2025).

    Identitas Pendaki

    Dua orang pendaki wanita dikabarkan meninggal dunia, yaitu:

    Elsa Laksono

    Lilie Wijayati

    Mereka mengalami Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian. Sementara itu, dua pendaki lainnya, Indira Alaika dan Saroni, juga mengalami gejala AMS, namun kondisinya stabil.

    Keempat pendaki ini mulai menunjukkan gejala AMS sejak Jumat (28/2/2025), saat berada di area bawah Puncak Carstensz Tembagapura. Untuk korban selamat, mereka telah berhasil dievakuasi ke Timika.

    Elsa Laksono

    Elsa Laksono merupakan seorang pendaki perempuan asal Malang, Jawa Timur, yang lahir pada 24 Juli 1965.

    Elsa menghembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan turun dari Puncak Carstensz akibat gejala AMS yang dideritanya. Jenazahnya kini disemayamkan di RSUD Kabupaten Mimika.

    Lilie Wijayati

    Perempuan asal Bandung, Lilie Wijayanti Poegiono, meninggal dunia.

    Dia merupakan warga Jalan Mochamad Romadhan, No 63C, RT 002 RW 001, Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Jenazahnya masih berada di area Gunung Carstensz Pyramid dan direncanakan akan dievakuasi pada Senin (3/3/2025).

    Rencananya, jenazah kedua korban akan diterbangkan ke Jakarta pada Senin besok menggunakan pesawat Lion Air.

    Fiersa Besari Dikabarkan Ikut Ekspedisi

    Dikabarkan, musisi Fiersa Besari berada dalam rombongan ekspedisi itu. Fiersa Besari belum angkat bicara soal kejadian ini.

    Seperti dilihat dari akun media sosial Instagramnya pada Minggu (2/3/2025) sekitar pukul 13.05 WIB, Fiersa membuat unggahan di Instagram Story berupa layar hitam dengan emoji hati yang patah.

  • Kronologi Dua Pendaki Meninggal di Puncak Carstensz: Ada Badai, Kena Hipotermina

    Kronologi Dua Pendaki Meninggal di Puncak Carstensz: Ada Badai, Kena Hipotermina

    Bisnis.com, JAKARTA – Dua pendaki perempuan, yang bernama Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia saat mendaki puncak Carstensz di Papua. Simak kronologi lengkapnya dari sudut pandang pendaki Indira Alaika.

    Indira Alaika mengonfirmasi bahwa dirinya merupakan salah satu dari pihak ikut dalam dalam rombongan untuk mendaki puncak Carstensz bersama almarhum Lilie dan Elsa. 

    Dikutip melalui instagram pribadi @indiraalaika, Indira membagikan unggahan melalui instastorynya untuk menjelaskan kronologi dapat selamat dari cuaca ekstrem yang melanda Puncak Carstensz.

    “Sebanyak 3 Pendaki selamat dan 2 pendaki meninggal dunia akibat cuaca yang sangat buruk hujan salju, hujan deras dan angin kencang sehingga menyebabkan hipotermia,” ujarnya melalui unggahan Instagram Story yang dikutip Minggu (2/3/2025).

    Dia melanjutkan bahwa dua Pendaki meninggal dunia Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono bertempat di teras 2. Pada saat perjalanan turun dari Puncak Carstensz, keduanya menghembuskan nafas terakhir akibat hipotermia atau kedinginan akut akibat cuaca buruk.  

    Sementara itu, tiga pendaki yang selamat terjebak terpaksa bermalam di area Summit Ridge dekat puncak hingga tim rescue datang, yaitu Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana. dan Saroni.

    Detik-detik Dua Pendaki Meninggal di Puncak Carstensz

    Indira menceritakan bahwa Insiden ini bermula pada pukul 04.00 WIT atau ketika rombongan pendaki berangkat menuju Puncak Carstensz, salah satu gunung tertinggi di Indonesia.

    Rombongan yang terdiri dari 20 orang, termasuk lima orang pemandu, tujuh pendaki WNI, enam pendaki WNA, dan dua pendaki dari Taman Nasional Lorentz, memulai perjalanan mereka dari Basecamp Yellow Valley.

    Sebelumnya, mereka telah melakukan aklimatisasi dan latihan teknis selama dua hari di basecamp untuk mempersiapkan pendakian menuju puncak. 

    Namun, perjalanan tersebut tidak berjalan sesuai rencana. Sekitar pukul 20.45 WIT, seorang pemandu lokal bernama Nurhuda, tiba di basecamp dalam kondisi hipotermia dan meminta bantuan untuk menyelamatkan rekan-rekannya yang terjebak di atas. Tim basecamp pun segera melakukan briefing untuk mencari solusi terbaik guna memberikan pertolongan. 

    Upaya penyelamatan dilakukan oleh beberapa pemandu. Yustinus Sondegau, salah satu guide lokal, mencoba naik untuk mencapai para korban yang berada di summit ridge, tetapi terkendala oleh cuaca buruk di teras besar.

    Selanjutnya, guide asal Nepal Dawa Gyalje Sherpa juga berusaha memberikan bantuan di teras dua. Sayangnya, langkah mereka terhenti saat menemui dua pendaki, yaitu Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono, sudah dalam keadaan meninggal dunia.

    Poxy dan Damar, dua guide lainnya, kembali naik untuk memberikan pertolongan di teras dua dan menghubungi basecamp untuk melaporkan kondisi para korban. Kedua korban Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal dunia. 

    Tim penyelamat kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Tim pertama, yang terdiri dari tiga guide internasional, Garret Madison, Tashi Sherpa, dan Ben Jones, berhasil mencapai tiga pendaki yang masih hidup, yaitu Indira, Alvin Reggy, dan Saroni, yang berada di summit ridge.

    Ketiganya dalam kondisi kritis, dan tim memberikan pertolongan pertama dengan mengganti pakaian, memberi isotonik, makanan, dan obat-obatan. 

    Setelah memberikan pertolongan, tim penyelamat bersama dengan para survivor akhirnya berhasil turun ke basecamp Yellow Valley. Pada akhirnya, seluruh tim penyelamat dan tiga pendaki yang selamat tiba kembali di basecamp dalam keadaan selamat, meski mengalami masa-masa kritis yang penuh tantangan. 

    Keberhasilan penyelamatan menjadi momen duka lantaran tidak bisa menyelamatkan nyawa Lilie dan Elsa. Namun, semua pihak tetap mengapresiasi dedikasi tim penyelamat. 

    Sementara itu, pegiat jurnalisme sastrawi Andreas Harsono mengamini bahwa dua pendaki Puncak Jaya atau Carstensz di Papua meninggal dunia lantaran disebabkan oleh hipotermia atau kedinginan akut. 

    Saat dihubungi oleh Bisnis, Andreas Harsono, seorang jurnalis dan juga merupakan teman SMA dari Lilie mengonfirmasi bahwa dua pendaki yang meninggal itu adalah Lilie Wijati Poegiono dan Elsa Laksono.

    “Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya berumur 60 tahun, meninggal dunia karena kedinginan di di Puncak Carstensz, dekat Timika, Papua. Lilie perancang busana di Bandung, Elsa dokter gigi di Jakarta. Mereka alumni SMA Dempo Malang tahun 1984,” katanya kepada Bisnis melalui pesan teks, Minggu, (2/3/2025).

    Di sisi lain, penyanyi Fiersa Besari turut mengunggah emoji patah hati tak lama setelah beredar kabar dua korban meninggal di pendakian ke Puncak Carstenz yang menewaskan dua orang pendaki.

    Berdasarkan akun X @Jateng_Twit, Fiersa pun menjadi salah satu pihak yang tergabung dalam tim pendakian ke Puncak Carstenz yang menelan korban. Kendati demikian, Fiersa Besari belum memberi pernyataan apa pun terkait dengan kejadian ini.

    Pria kelahiran 3 Maret 1984 itu hanya membagi cerita di Instagram @fiersabesari melalui unggahan Instastory berlatar hitam dengan emotikon ‘broken heart’ atau patah hati yang menyisipkan lagu Now At Last dari Fesit sebagai backsound.

    Kronologi Pendakian Puncak Carstensz hingga Lilie dan Elsa Meninggal Dunia

    1. Rombongan berangkat dari Bandara Moses Kilangin Timika menuju basecamp Yellow Valley Carstensz Pyramid menggunakan helikopter.

    2. Setelah sampai di basecamp Yellow Valley Carstensz Pyramid, rombongan melakukan aklimatisasi selama 2 hari.

    3. Rombongan melaksanakan kegiatan aklimatisasi dan latihan teknis hingga Teras 1 (Teknik ascending dan descending).

    4. Rombongan pendaki yang berjumlah 20 orang berangkat untuk melakukan summit dari basecamp Yellow Valley menuju Puncak Carstensz pukul 04.00 WIT (5 orang guide, 7 WNI pendaki, 6 WNA pendaki, dan 2 pendaki Taman Nasional Lorentz).

    5. Tim BC melakukan briefing untuk mengupayakan pertolongan terhadap korban dan sekitar pukul 20.45 WIT Nurhuda (Guide WNI) tiba di basecamp sendirian dengan gejala hipotermia, selanjutnya meminta bantuan kepada Tim BC. Beliau istirahat sebentar untuk kemudian naik membantu pendaki yang ada di atas.

    6. Yustinus Sondegau (Guide lokal) berusaha naik untuk mencapai titik lokasi survivor yang berada di summit ridge korban atas nama Indira, Alvin Reggy, dan Saroni, dengan membawa bantuan emergency (sleeping bag), flysheet, air panas, dan radio. Tetapi upaya tersebut terhenti di teras besar karena cuaca semakin memburuk dan pada perjalanan turun, Yustinus bertemu dengan Luddy dan mendampingi Luddy hingga ke basecamp. Seluruh peralatan yang dibawa ditinggal di teras besar.

    7. Guide Nepal Dawa Gyalje Sherpa naik untuk memberikan pertolongan, tetapi terhenti di teras dua untuk memberikan pertolongan terhadap kedua korban, Lilie Wijayati dan Elsa Laksono yang kemudian meninggal dunia. 

    8. Poxy (guide lokal) dan Damar (Guide) kembali mencoba naik ke teras dua untuk memberikan bantuan kepada korban, menghubungi basecamp dan melaporkan sudah memberikan pertolongan kepada kedua korban, namun korban Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal dunia.

    9. Octerus (Guide) yang berkomunikasi dengan Poxy dan Dawa menginformasikan dari basecamp bahwa dua pendaki WNI atas nama Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono yang berada di Teras Dua telah meninggal dunia.

    10. Huda (Guide) naik untuk mencoba menolong Indira, Alvin, dan Saroni yang berada di summit ridge.

    11. Huda mengabarkan bahwa mereka tiba di basecamp dan tidak sanggup lagi meneruskan ke titik posisi Indira, Alvin, dan Saroni. (Barang untuk melaksanakan emergency sudah disimpan di bawah summit ridge). 

    12. Dibagi dua tim penyelamat, tim 1 terdiri atas tiga guide Internasional. Garret Madison, Tashi Sherpa, dan Ben Jones kembali mendaki untuk menyelamatkan Indira, Alvin, dan Saroni di Summit Ridge, dan tim 2 yaitu Dokter Adnan dan Meidi bergerak menuju korban di teras dua. 

    13. Tashi, Garret, dan Ben bertemu dengan tiga pendaki (Indira, Alvin, dan Saroni), menginformasikan ke basecamp bahwa semuanya masih hidup dan dalam kondisi kritis. Tim rescue memberikan pertolongan pertama dan menormalisasi dengan mengganti pakaian, memberikan isotonik, makanan, obat-obatan.

    14. Tim rescue dan survivor melakukan perjalanan turun ke basecamp Yellow Valley.

    15. Tim rescue dan survivor dari Summit Ridge tiba di basecamp Yellow Valley.

  • Fiersa Besari Unggah Simbol Patah Hati di Instagram, Warganet Kepo Soal Tragedi Pendaki di Carstensz – Halaman all

    Fiersa Besari Unggah Simbol Patah Hati di Instagram, Warganet Kepo Soal Tragedi Pendaki di Carstensz – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PAPUA – Musisi Fiersa Besari mengunggah simbol patah hati di media sosial Instagram pada Minggu (2/3/2025).

    Seperti dilihat Tribunnews.com, di Instastory FIersa Besari terlihat berlatar hitam dengan emotikon ‘patah hati’ atau broken heart.

    Ini membuat Warganet penasaran.

    Di antara mereka ada yang menanyakan soal insiden yang dialami dua pendaki wanita di Puncak Carstenzs, Papua.

    Dikabarkan Fiersa Besari ikut dalam rombongan ekspedisi tersebut.

    Warganet menuliskan di kolom komentar yang ada di salah satu foto bergambar gunung.

    “Turut berduka cita bung utk Lili dan Elsa,” tulis akun Sumar1204

    “Turut berduka ya bang, semoga kalian diberi kesabaran dan almarhum diterima amal ibadahnya,” tulis _winda_m.

    “Tombol CARTENS>>>>>” tulis rafik_hasan 07

    “Bang lu aman? Denger berita simpang siur meresahkan,” tulis nurmhammadiikhsan.

    Puncak Carstensz Pyramid di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, memakan korban jiwa.

    Seperti dilansir dari TribunPapua, dua pendaki dilaporkan meninggal dunia saat menuruni Puncak Carstensz.

    Ini merupakan sebuah puncak tertinggi yang menjadi bagian dari Pegunungan Barisan Sudirman yang terdapat di Kabupaten Mimika.

    Berdasarkan informasi, insiden itu terjadi pada Sabtu (1/3/2025).

    Namun, kabar ini baru tersebar luas di media sosial pada Minggu (2/3/2025).

    Identitas Pendaki

    Dua orang pendaki wanita dikabarkan meninggal dunia.

    Yaitu:

    Elsa Laksono 

    Lilie Wijayati

    Mereka mengalami Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian.

    Sementara itu, dua pendaki lainnya, Indira Alaika dan Saroni, juga mengalami gejala AMS namun kondisinya stabil.

    Keempat pendaki ini mulai menunjukkan gejala AMS sejak Jumat (28/2/2025), saat berada di area bawah Puncak Cartenz Tembagapura.

    Untuk korban selamat telah berhasil dievakuasi ke Timika.

    Elsa Laksono 

    Elsa Laksono merupakan seorang pendaki perempuan asal Malang, Jawa Timur,  yang lahir pada 24 Juli 1965.

    Elsa menghembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan turun dari Puncak Cartenz akibat gejala AMS yang dideritanya.

    Jenazahnya kini disemayamkan di RSUD Kabupaten Mimika.

    Lilie Wijayati

    Perempuan asal Bandung, Lilie Wijayanti Poegiono, meninggal dunia.

    Dia merupakan warga Jalan Mochamad Romadhan, No 63C, RT 002 RW 001, Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Kota Bandung.

    Jenazahnya masih berada di area Gunung Cartenz Pyramid dan direncanakan akan dievakuasi pada Senin (3/3/2025).

    Rencananya, jenazah kedua korban akan diterbangkan ke Jakarta pada Senin besok menggunakan pesawat Lion Air.

  • Profil Lilie Wijayati, Mamak Pendaki yang Meninggal Dunia di Puncak Carstensz Papua – Page 3

    Profil Lilie Wijayati, Mamak Pendaki yang Meninggal Dunia di Puncak Carstensz Papua – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Pendaki Lilie Wijayati Poegiono meninggal dunia di Puncak Jaya atau Carstensz, Papua. Lilie Wijayati meninggal dunia diduga kuat disebabkan oleh gejala Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian.

    Siapakah sebenarnya sosok Lilie Wijayati Poegiono? Melihat akun sosial media Instagram miliknya @mamakpendaki, Lilie memang memiliki hobi naik gunung.

    Lilie Wijayati merupakan kelahiran Malang 2 Oktober 1965, sehingga saat ini berumur 59 tahun. Lilie diketahui beralamat di Jalan Mochamad Romadhan, Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Kabupaten Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Jabar).

    Lilie sendiri aktif dalam akun Instagram @mamakpendaki dan kerap mengunggah kegiatannya naik gunung. Tampak Instagram miliknya, Lilie merupakan seorang perancang busana yang cukup ternama.

    Beberapa gunung yang belakangan pernah didaki Lilie adalah Gunung Merbabu, Gunung Manglayang, Gunung Slamet, Gunung Burangrang, dan Gunung Kelud. Lilie juga terlihat beberapa kali melakukan panjat tebing.

    Sebelum mendaki Puncak Jaya atau Carstensz, Lilie sempat mengunggah video momen persiapannya memilih pakaian yaang akan dipakai untuk mendaki.

    “H-4 menuju Atap Indonesia, Carstensz Pyramid.

    Setelah berbulan-bulan berlatih fisik dan mental, salah satu hal penting yang harus dipersiapkan adalah gear. Kali ini, aku berkunjung ke Columbia Gandaria City Jakarta untuk memilih perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan ekspedisi.

    Mengingat ekspedisi kali ini agak berat, gunung dengan curah hujan tertinggi dan salju, maka aku sangat berhati-hati dalam memilih gear, berdiskusi, dan inilah pilihanku:

    – Lapisan Pertama: Baselayer Omni-Heat Infinity, untuk menghangatkan dan menjaga suhu tubuh.- Lapisan Kedua: Titanium Arctic Crest Sherpa Fleece.- Lapisan Tambahan: Jika perlu, aku akan menambah Titanium Arctic Crest Down Jacket.- Lapisan Terluar: Outdry Extreme Jacket, jaket waterproof yang tahan terhadap curah hujan tinggi.

    Untuk celana, pilihanku pada Hazy Trail Rain Pant.Dan untuk sepatu, aku mantap memilih Facet 75 Mid-Outdry dalam warna burgundy yang sedang tren di 2025.

    Terima kasih kepada @columbiasportswear.id yang telah mendukung Mamak dalam ekspedisi ke Carstensz Pyramid. Semoga dengan persiapan dan gear yang tepat, ekspedisi ini berjalan lancar dan sukses!

    Menurut aku sih pilihanku dah bener dan keren. Menurut kalian bagaimana?

    #ekspedisi #gear #mamakpendaki #pendakiindonesia #columbia,” tulis Lilie dikutip Liputan6.co

     

    Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto bagikan sebuah video yang menampilkan para Kepala Daerah mendaki puncak Gunung Tidar.

  • Dua Pendaki Perempuan Meninggal di Puncak Carstensz karena Hipotermia

    Dua Pendaki Perempuan Meninggal di Puncak Carstensz karena Hipotermia

    Bisnis.com, JAKARTA – Dua pendaki perempuan yang bernama Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono meninggal dunia lantaran terkena hipotermia atau kedinginan saat mendaki puncak Carstenz, Papua. 

    Kabar duka tersebut disampaikan oleh jurnalis senior Andreas Harsono melalui akun X resmi miliknya @andreasharsono, yang telah diizinkan untuk dikutip. 

    Andreas Harsono, yang ternyata merupakan teman SMA dari Lilie, mengonfirmasi bahwa dua pendaki yang meninggal itu adalah Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono.

    “Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya berumur 60 tahun, meninggal dunia karena kedinginan di di Puncak Carstensz, dekat Timika, Papua. Lilie perancang busana di Bandung, Elsa dokter gigi di Jakarta. Mereka alumni SMA Dempo Malang tahun 1984,” katanya kepada Bisnis melalui pesan teks, Minggu, (2/3/2025).

    Andreas menambahkan Lilie dan Elsa ikut dalam kelompok pendaki puncak Carstenz yang terdiri dari 10 orang. Rombongan tersebut termasuk 1 orang warga negara Rusia, 2 warga negara Turki, penyanyi Fiersa Besari, dan lima orang pemandu. 

    Di sisi lain, penyanyi Fiersa Besari turut mengunggah emoji patah hati tak lama setelah beredar kabar dua korban meninggal di pendakian ke Puncak Carstenz yang menewaskan dua orang pendaki.

    Berdasarkan akun X @Jateng_Twit, Fiersa pun menjadi salah satu pihak yang tergabung dalam tim pendakian ke Puncak Carstenz yang menelan korban.

    Pendakian dilakukan pada akhir Februari 2025 tersebut berakhir dengan meninggalnya Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono.

    Menurut pantauan Bisnis, hingga berita ini dibuat, sudah lebih dari 4.100 netizen ikut memantau pergerakan kabar duka ini. Kendati demikian, Fiersa Besari belum memberi pernyataan apa pun terkait dengan kejadian ini.

    Pria kelahiran 3 Maret 1984 itu hanya membagi cerita di Instagram @fiersabesari melalui unggahan Instastory berlatar hitam dengan emotikon ‘broken heart’ atau patah hati yang menyisipkan lagu Now At Last dari Fesit sebagai backsound.

  • 6
                    
                        Kapolres Mimika Pastikan 2 Pendaki Puncak Cartenz Tewas karena Hipotermia
                        Regional

    6 Kapolres Mimika Pastikan 2 Pendaki Puncak Cartenz Tewas karena Hipotermia Regional

    Kapolres Mimika Pastikan 2 Pendaki Puncak Cartenz Tewas karena Hipotermia
    Tim Redaksi
    JAYAPURA, KOMPAS.com – 
    Kepala Polres Mimika, Papua Ajun Komisaris Besar Polisi Bily Hildiarto Budiman memastikan, ada dua korban tewas dalam pendakian Puncak Cartenz Pyramid.
    Bily menyebut, para korban tewas akibat serangan
    cuaca buruk
    di Puncak Cartenz Pyramid, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, pada Sabtu (1/3/2025).
    Dia menyebutkan, dua orang pendaki yang meninggal dunia, adalah 
    Lilie Wijayanti Poegiono
    dan
    Elsa Laksono
    .
    Selain itu, masih ada tiga pendaki lainnya yang selamat, yaitu Indira Alaika, Alvin Reggy, dan Saroni.
    “Meninggal karena hipotermia,” ungkap Bily saat dikonfirmasi
    Kompas.com
    melalui sambungan telepon, Minggu (2/3/2025).

    Ya
    benar, dua pendaki lokal, perempuan asal Indonesia,” ujar dia. “Tiga orang pendaki asal WNI selamat,” ungkap Bily lagi. 
    Diberitakan sebelumnya, Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 1 Maret 2025 sekitar pukul 02.07 WIT.
    Disebutkan, mereka sempat dievakuasi oleh
    guide
    dan rekan-rekannya di
    basecamp
    yang sempat naik membantu proses evakuasi.
    Lilie Wijayanti Poegiono adalah perempuan kelahiran Malang, 2 Oktober 1965, dan berdomisili di Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Bandung Jawa Barat.
    Sedangkan Elsa Laksono adalah perempuan, kelahiran Malang, 24 Juli 1965, yang beralamat di Tebet Timur, Jakarta Selatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kisah Elsa Laksono dan Lilie Wijayati: Sahabat Sejak SMP yang Tewas Bersama di Puncak Carstensz – Halaman all

    Dua Pendaki Wanita Meninggal di Carstensz Papua, Fiersa Besari Dikabarkan Ikut dalam Ekspedisi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PAPUA – Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, dua pendaki Carstensz Papua, dikabarkan meninggal dunia saat berada di puncak gunung pada Sabtu (1/3/2025).

    Seperti informasi yang dihimpun dari akun media sosial, penyebab kematian karena hipotermia.

    Hipotermia adalah kondisi di mana suhu tubuh turun di bawah suhu normal. Hal ini bisa terjadi akibat terpapar suhu yang sangat dingin.

    Dikabarkan, musisi Fiersa Besari berada dalam rombongan ekspedisi itu.

    Fiersa Besari belum angkat bicara soal kejadian ini.

    Seperti dilihat dari akun media sosial Instagramnya pada Minggu (2/3/2025) sekitar pukul 13.05 WIB, Fiersa membuat unggahan di Instagram Story berupa layar hitam dan dengan emoji hati yang patah.

    Sosok Dua Wanita

    Lilie Wijayati dan Elsa Laksono meninggal dunia karena hipotermia atau suhu tubuh turun drastis di bawah suhu normal.

    Menurut informasi, cuaca buruk yang meliputi hujan salju, hujan deras, dan angin kencang menjadi penyebab utama insiden itu.

    Sementara itu, tiga pendaki lainnya, yaitu Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana, dan Saroni, berhasil selamat meskipun mengalami hipotermia.

    Mereka sempat terjebak dan terpaksa bermalam di area dekat puncak hingga tim penyelamat tiba keesokan harinya.

    Proses evakuasi dilakukan oleh pemandu dan rekan-rekan di basecamp yang langsung naik ke lokasi untuk membantu.

    Lilie Wijayati merupakan wanita asal Desa Cigereleng, Regol, Bandung.

    Sementara Elsa Laksono merupakan wanita asal Jl KH Abdulah Safei, No 8, RT. 005 RW. 001, Tebet Timur, Jakarta Selatan.

    Keduanya merupakan sahabat sejak duduk di bangku SMA Dempo Malang, Jawa Timur, pada 1984.

    Lilie adalah perancang busana di Bandung, Jawa Barat.

    Adapun Elsa adalah dokter gigi di Jakarta. 

    Adapun tiga pendaki selamat diketahui bernama Indira Alaika (mengalami hipotermia akibat cuaca buruk), Alvin Reggy Perdana (mengalami hipotermia akibat cuaca buruk) dan Saroni (mengalami hipotermia akibat cuaca buruk).

    Kelimanya tergabung dalam rombongan pendaki berjumlah 20 orang.

    Rombongan itu terdiri dari lima pemandu, tujuh WNI dan enam WNA dan dua pendaki Taman Nasional Lorentz.

     

  • UMKM Jadi Salah Satu Motor Utama Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen – Halaman all

    UMKM Jadi Salah Satu Motor Utama Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sampoerna Retail Community (SRC) mendorong transformasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), khususnya toko kelontong, sebagai salah satu pilar utama ekonomi lokal yang berkelanjutan.

    Untuk menciptakan kemandirian ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, SRC menggelar Pesta Retail Daerah (PRD) 2025 pada 4 – 28 Februari 2025 di 11 kota di Indonesia.

    Direktur PT SRC Indonesia Sembilan (SRCIS), Romulus Sutanto menjelaskan, PRD 2025 diadakan di 11 kota yang tersebar di Indonesia yaitu Palembang, Makassar, Semarang, Malang, Batam, Banda Aceh, Balikpapan, Jambi, Singkawang, Surakarta, dan Bandung.

    “Momen ini memperkuat komitmen bersama dalam membangun ekonomi lokal dan meningkatkan kemandirian UMKM,” ujar Romulus dalam keterangannya, Minggu (2/3/2025).

    Ia berharap kegiatan PRD 2025 dapat memperkuat jaringan dan komunitas UMKM di Indonesia, menciptakan inovasi, dan peluang kolaborasi demi kemajuan dan daya saing UMKM.

    Dengan demikian, terjadi peningkatan kapasitas usaha, penguatan kualitas sumber daya manusia, dan perluasan pasar.

    “Semoga momentum positif ini dapat terus berlanjut dan mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen,” ungkap Romulus.

    Romulus menambahkan, dengan memperkuat UMKM, Indonesia dapat membangun fondasi ekonomi yang lebih inklusif dan tangguh.

    “Optimalisasi peran UMKM, termasuk toko kelontong, berpotensi menjadi salah satu motor utama dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia,” jelas Romulus.