provinsi: JAWA TENGAH

  • Alfamidi Salurkan Ratusan Ribu Telur untuk Tekan Stunting

    Alfamidi Salurkan Ratusan Ribu Telur untuk Tekan Stunting

    Jakarta

    PT Midi Utama Indonesia Tbk (Alfamidi) menyalurkan lebih dari 100.000 telur kepada 415 balita terindikasi stunting di 11 cabang Alfamidi dari Medan hingga Ambon. Hal itu bertujuan untuk berkontribusi terhadap peningkatan gizi balita di Indonesia.

    Adapun penyaluran telur itu merupakan bagian dari program Protein Cegah Stunting Alfamidi. Sejak tahun 2023 telah menyalurkan 60 butir telur per bulan secara berkelanjutan selama enam bulan pada penerima manfaat. Program ini juga turut mendukung upaya pemerintah menurunkan prevalensi stunting di Indonesia.

    Corporate Communication Manager Alfamidi, Retriantina Marhendra mengatakan program Protein Cegah Stunting bentuk dukungan Alfamidi untuk mewujudkan kesehatan keluarga dan balita Indonesia. Melalui program ini diharapkan berdampak positif menurunkan prevalensi stunting di Indonesia.

    “Sejak 2023, Alfamidi menjalankan program cegah stunting secara berkelanjutan selama enam bulan intensif. Penyaluran bantuan tidak cukup satu kali, karena dibutuhkan pendampingan dan pemantauan rutin untuk melihat hasilnya,” kata Retriantina dalam keterangan tertulis, Rabu (19/11/2025).

    Dia mengatakan anak-anak penerima bantuan program ini adalah generasi masa depan Indonesia. Intervensi gizi melalui bantuan telur diharapkan membawa mereka bebas dari stunting dan memiliki tumbuh kembang yang optimal.

    “Telur kaya nutrisi, mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, kalsium, fosfor, kalium serta natrium, sangat baik untuk mencukupi kebutuhan protein anak dan mencegah stunting,” ungkapnya.

    “Dari hasil monitoring lebih dari 130 balita berhasil lulus stunting, berat dan tinggi badannya naik signifikan,” jelasnya.

    Sementara itu, ibu balita penerima manfaat asal Samarinda, Nady, menyambut baik program tersebut. Menurutnya, program tersebut mampu membantu dirinya untuk memenuhi asupan protein buah hatinya. Berkat bantuan ini, balitanya mengalami kenaikan berat dan tinggi badan.

    Senada, Sunggal ibu asal Medan, bersyukur setelah menerima bantuan telur, berat badan anaknya bertambah.

    “Alhamdulillah, bantuan ini menambah gizi anak saya. Setelah mendapat bantuan, berat badan anak saya bertambah. Saya berharap program ini terus berlanjut kedepannya,” ujar Sunggal.

    Sebagai informasi tambahan, atas kontribusi program Protein Cegah Stunting, Alfamidi meraih penghargaan dari BKKBN Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Jawa Tengah. Survei Status Gizi Indonesia menyebut, Indonesia punya target penurunan prevalensi stunting dari 19,8% tahun 2024 menjadi 18,8% di tahun 2025. Alfamidi meyakini komitmen berkelanjutan melalui Protein Cegah Stunting berkontribusi positif terhadap tumbuh kembang balita untuk mencapai masa depan terbaiknya.

    (prf/ega)

  • Kabar Baik! Prabowo Beri Beasiswa Penuh untuk Rakyat yang Ingin Jadi Dokter

    Kabar Baik! Prabowo Beri Beasiswa Penuh untuk Rakyat yang Ingin Jadi Dokter

    Bisnis.com, SOLO — Presiden Prabowo Subianto menyampaikan kabar penting terkait dukungan pemerintah terhadap pendidikan tenaga kesehatan. Prabowo menekankan upaya untuk menyediakan beasiswa penuh bagi mahasiswa kedokteran, perawat, dan tenaga paramedis.

    Hal ini dia sampaikan saat meresmikan Rumah Sakit Kardiologi Emirates–Indonesia (KEI) di Solo, Jawa Tengah, Rabu (19/11/2025).

    “Khusus untuk dokter, saya upayakan bahwa sebagian besar kalau bisa semuanya, InsyaAllah bisa itu beasiswa penuh. Jadi pendidikan kita akan tambah beasiswa penuh untuk kedokteran, perawat, dan tenaga paramedis,” ujarnya dalam agenda tersebut.

    Prabowo menegaskan bahwa pembangunan rumah sakit modern tidak akan optimal tanpa diimbangi ketersediaan sumber daya manusia kesehatan yang memadai. 

    Dia menyoroti kebutuhan mendesak untuk menambah jumlah dokter, dokter gigi, perawat, serta tenaga paramedis di seluruh Indonesia.

    “Rumah sakit penting, tapi juga awaknya. Dokter kita butuh tambahan sangat banyak. Dokter gigi, perawat, paramedis dan itu kita juga akan melakukan perluasan, penambahan fasilitas pendidikan dokter, perawat, paramedis secara besar-besaran,” ujarnya.

    Presiden Ke-8 RI itu juga mengungkapkan bahwa Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin telah merekomendasikan penambahan 30 fakultas kedokteran baru untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga medis. 

    Selain membangun institusi baru, Prabowo juga meminta fakultas kedokteran yang sudah ada untuk menambah jumlah mahasiswa agar kebutuhan nasional dapat terpenuhi lebih cepat.

    “Menteri Kesehatan menyarankan kepada saya, kita perlu tambah 30 fakultas kedokteran baru, 30. Dan yang lama pun saya minta ditambah alokasi mahasiswanya,” lanjutnya.

    Prabowo juga mengatakan Peresmian RS KEI Solo disebut sebagai langkah strategis dalam membangun layanan jantung terintegrasi yang mampu melayani kebutuhan masyarakat sekaligus meningkatkan kapasitas layanan rujukan nasional. 

    Rumah sakit ini diharapkan menjadi model kolaborasi internasional dalam peningkatan infrastruktur dan kualitas layanan kesehatan Indonesia.

    Dengan komitmen memperluas pendidikan dan memperbanyak tenaga kesehatan, pemerintah menargetkan percepatan pemenuhan kebutuhan dokter dan paramedis di seluruh daerah, termasuk wilayah terpencil yang selama ini mengalami kekurangan tenaga medis.

  • 3
                    
                        Ketika Kader Gerindra Menolak Budi Arie
                        Nasional

    3 Ketika Kader Gerindra Menolak Budi Arie Nasional

    Ketika Kader Gerindra Menolak Budi Arie
    Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

    Kesetiaan bukan berarti harus menjilat, melainkan juga mencegah beliau dari kesesatan yang justru dilakukan kaum penjilat itu
    .” – Leonardus Benyamin Moerdani
    LEONARDUS
    Benjamin (LB) Moerdani adalah Panglima ABRI dari tahun 1983 hingga 1988 dan pernah menjabat pula sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan periode 1988 – 1993.
    Berkat keberaniannya di medan laga seperti penumpasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) serta Operasi Trikora di Irian Barat, Presiden Soekarno pernah menganugerahi Bintang Sakti untuk LB Moerdani.
    Peringatan yang disampaikan LB Moerdani di atas disampaikan kepada pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari Presiden Soeharto ketika itu.
    Moerdani tidak ingin Soeharto salah langkah, sama sebangun dengan para penjilat kekuasaan yang “pura-pura” setia, tetapi “menusuk” dari belakang.
    Moerdani adalah sosok yang begitu konsisten, walau akhirnya tersingkirkan oleh kekuasaan yang dibelanya dengan segenap jiwa raganya.
    Walau saat ini kita begitu sulit menemukan figur-figur seperti Moerdani, tapi sejumlah kader
    Gerindra
    di berbagai daerah mulai berani mengejahwantahkan sikap Moerdani terhadap rencana Ketua Umum
    Projo
    ,
    Budi Arie
    Setiadi yang ingin bergabung dengan Gerindra.
    Budi Arie mencari “rumah politik” baru dengan berencana bergabung ke Partai Gerindra. Bahkan keinginannya itu dia sampaikan di forum internal organisasinya, yakni di Munas ke III ProJo di Jakarta pada Sabtu, 1 November 2025 lalu.
    Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika di era Jokowi itu merasa Presiden Prabowo mempersilahkan dirinya bergabung ke Gerindra.
    Padahal, konteks pernyataan Prabowo yang juga Ketua Umum Partai Gerindra saat menghadiri Kongres PSI di Solo, 20 Juli 2025 lalu, adalah sekadar bertanya ke Budi Arie mengenai langkah lanjutan kariernya di politik.
    Jika “ke-ge-er-an” politik tersebut dianggap serius oleh Budi Arie, tentu dirinya kurang paham dengan basa-basi dalam pergaulan.
    Basa basi adalah adat sopan santun, tata krama dalam pergaulan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia (KKBI), ungkapan yang digunakan hanya untuk sopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi.
    Jika melihat sepak terjang Budi Arie yang dianggap berbagai kalangan sebagai sosok yang oportunis, tentu penolakan sejumlah kader Gerindra adalah wajar.
    Jangan lupakan sejarah, ketika Projo dideklarasikan pada 2013, maksud pendiriannya sudah “cetho weleh-weleh”. Projo dididirikan untuk mendukung Joko Widodo dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2014.
    Di berbagai baliho, spanduk, dan atribut kampanye, kata “Projo” selalu berdampingan dengan foto Jokowi. Bahkan, diabadikan sebagai lambang resmi organisasi.
    Dalam konteks komunikasi politik, asosiasi ini bukan kebetulan, melainkan strategi simbolik yang efektif (
    Rmoljatim.id
    , 4 November 2025).
    Menjadi “lucu” ketika Jokowi sudah turun dari panggung politik nasional dan semakin menguatnya posisi politik Prabowo Subianto, tiba-tiba Budi Arie merevisi jati diri Projo.
    Projo bukan lagi akronim dari “Pro Jokowi”, melainkan menurut Budi Arie, berasal dari bahasa Sansekerta dan Kawi yang berarti “rakyat” atau “warga negara”.
    Pernyataan ini tentu sekilas terdengar seperti klarifikasi linguistik yang netral. Namun, jika ditarik ke dalam konteks politik, ia menyerupai upaya
    rebranding
    ideologis yang kaya makna. Bahkan terkesan ambigu, seperti ingin “mencari selamat”
    Penolakan kader Partai Gerindra di sejumlah daerah seperti dari Gresik, Blitar, Tulungagung, Sidoarjo dan Pati terhadap niatan Budi Arie untuk bergabung dengan Gerindra adalah realitas politik terkiwari.
    Selama ini, urusan “pindah-pindah” partai menjadi kewenangan elite partai, sementara kader di daerah hanya “manut” dan pasrah dengan kebijakan dewan pimpinan pusat partai. Praktik ini berlaku umum di semua partai politik.
    Ketika PDI Perjuangan (dulu PDI) berjaya jelang kejatuhan Orde Baru, sejumlah kader partai lain eksodus ke partai “banteng”.
    Begitu Demokrat menang di Pemilihah Presiden 2004, maka partai berlogo “mercy” pun sibuk menerima “naturalisasi” kader dari partai-partai lain.
    Pun demikian dengan kemenangan Jokowi di Pemilihah Presiden 2014, maka partai-partai pengusung Jokowi ramai dijadikan sasaran perpindahan kader partai. Kini fenomena “kutu loncat” terjadi di Partai Gerindra.
    Fenomena kutu loncat dalam partai politik adalah perilaku politikus yang sering berpindah-pindah partai tanpa alasan ideologis yang kuat. Sering kali didorong kepentingan pribadi seperti perebutan kekuasaan atau keuntungan.
    Dalam kasus niatan Budi Arie “loncat” ke Gerindra, tentu publik dengan mudah membacanya sebagai mencari “perlindungan” politik mengingat kasus situs judi online semasa dirinya menjabat Menkoinfo.
    Fenomena kutu loncat bisa terjadi karena partai politik tidak memiliki ideologi yang kuat, sehingga politikus lebih mudah “loncat” saat terjadi konflik internal atau mencari partai lain yang menawarkan peluang lebih besar.
    Kurangnya ikatan ideologis yang kuat membuat politikus tidak memiliki kesabaran untuk mengelola konflik internal dan lebih memilih “kabur”.
    Kasus Ruhut Sitompul yang “hatrick” pindah partai politik (dari Golkar ke Demokrat lalu ke PDI Perjuangan) adalah gambaran betapa partai sekelas PDI Perjuangan pun rentan dalam fondasi partai yang kokoh.
    Begitu pula Priyo Budi Santoso. Setelah lama menjadi kader Partai Golkar, Priyo yang sempat “mampir” di Partai Berkarya kini mukim di Partai Amanat Nasional.
    Ferdinand Hutahean pun kini menjadi kader banteng setelah sempat bercokol di Demokrat dan Gerindra.
    Fenomena kutu loncat dalam jangka panjang tentu akan menggerus kepercayaan publik terhadap partai politik. Publik menjadi resisten dan apatis terhadap partai dan politikus “bunglon”.
    Politikus yang sering berpindah dapat melemahkan partai dan menciptakan ketidakstabilan politik.
    Partai politik memberikan kesempatan kepada politisi “kutu loncat” untuk bergabung dengan harapan bisa mendongkrak suara partai karena dana atau tuah kepopuleran.
    Ketika “hijrah” dari Golkar ke Partai Berkarya, Priyo semula diandalkan untuk menjalankan mesin partai karena dianggap berpengalaman di partai sebelumnya.
    Di Pemilu 2019, Berkarya meraup 2.929.495 suara atau setara 2,09 persen. Sementara di Pemilu 2024, Berkarya malah tidak lolos sebagai partai peserta Pemilu.
    Sikap keterbukaan partai yang asal menerima kader “bunglon” merupakan sesuatu yang tidak elok dalam etika politik.
    Motivasi politisi seperti ini dipastikan hanya untuk kepentingan pribadi yang jelas-jelas mengabaikan prinsip etika dan norma dalam berpolitik.
    Partai yang memiliki ideologi yang kuat dan jelas sebenarnya dapat mencegah munculnya politisi “bunglon” dan tidak mudah memberikan privilege kepada politisi lain tanpa
    screening
    yang ketat demi menjaga kemurnian ideologi partai.
    Partai harus menghargai kader-kader yang loyal dan berdedikasi terhadap partai selama ini.
    Apakah Gerindra pada akhirnya akan memilih sikap yang sama dengan partai-partai lain yang “asal” menerima anggota tanpa pertimbangan?
    Apakah suara-suara penolakan sejumlah kader Gerindra di berbagai daerah menjadi pertimbangan elite Gerindra?
    Ketua DPP Gerindra, Prasetyo Hadi menyebut partainya belum final menerima atau tidak menerima permohonan bergabung dari Budi Arie.
    Sikap arus bawah tentu menjadi pertimbangan DPP Gerindra.
    “Kekuatan aksi nyata sekecil apapun lebih berarti daripada seribu kata” – Mendiang Prof Suhardi (salah satu pendiri Partai Gerindra).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Momen Menarik Kala Prabowo Terpincut Pianis Cilik saat Peresmian RS KEI di Solo

    Momen Menarik Kala Prabowo Terpincut Pianis Cilik saat Peresmian RS KEI di Solo

    Bisnis.com, JAKARTA — Terdapat momen menarik yang mencuri perhatian Presiden RI Prabowo Subianto dan seluruh rombongan saat peresmian Rumah Sakit Kardiologi Emirates–Indonesia (KEI) di Surakarta, Rabu (19/11/2025).

    Pematik suasana itu muncul dari penampilan seorang pianis cilik berusia 10 tahun yang memainkan musik di area lobi rumah sakit. Saat itu, Presiden Ke-8 RI itu tengah meninjau fasilitas di lantai dua.

    Tiba-tiba terdengar alunan piano lembut yang dimainkan oleh Lasmina Andini Anjani, siswi kelas 4 SD Muhammadiyah Kota Surakarta. Permainannya yang rapi membuat orang nomor satu di Indonesia itu berhenti sejenak untuk mendengarkan sebelum mendekati Anjani dan berbincang hangat.

    Bahkan usai tampil, Anjani mengaku sangat senang bisa bertemu langsung dengan Presiden.

    “Terima kasih saya sudah diberi kesempatan untuk berbicara dengan Pak Presiden. Nama saya Anjani, saya 10 tahun. Saya sekolah di SD Muhammadiyah Kota Surakarta, senang sekali,” ucapnya.

    Dia juga bercerita bahwa belajar musik bukan selalu hal mudah baginya. Namun, menurutnya bisa bermain di depan Kepala negara merupakan cerita menarik baginya.

    “Kadang-kadang susah, kadang-kadang juga gampang. Terima kasih [Pak Presiden Prabowo] saya sudah diberi kesempatan bermain piano di sini,” lanjutnya.

    Di balik penampilan Anjani, ada peran sang ibu, Vinessa Winatesia, yang mendorong dan mengasah keberanian putrinya. Vinessa menjelaskan bahwa kesempatan tampil itu berawal dari pertemuannya dengan CEO RS Emirates–Indonesia, yang ingin menghadirkan suasana rileks di rumah sakit melalui alunan musik.

    “Beliau menyampaikan bahwa di RS Emirates ada piano dan dia ingin sekali RS ini terkesan rileks. Jadi ada yang bisa memainkan piano supaya pasien pengunjung bisa rileks senang ketika berkunjung di rumah sakit ini,” jelasnya.

    Tanpa disengaja, Vinessa menyebut bahwa putrinya sedang belajar piano, yang kemudian disambut antusias oleh CEO rumah sakit.

    “Besok kalau pas waktu peresmian saya ingin mengundang putri Ibu untuk memainkan piano di sini,” tutur Vinessa menirukan permintaan tersebut.

    Meskipun baru satu tahun belajar, tetapi Anjani telah beberapa kali mengikuti lomba untuk melatih kepercayaan dirinya.

    “Baru satu tahun [belajar piano] saya melatihnya dia dengan mengikuti lomba supaya dia percaya dirinya muncul,” ujar Vinessa.

    Oleh sebab itu, dia berharap bakat-bakat seperti putrinya dapat mendorong lebih banyak apresiasi terhadap musik, terutama piano.

    “Harapan saya semoga ke depannya nantinya orang-orang lebih bisa mengapresiasi mengenai musik, apalagi khususnya piano,” katanya.

  • Buron 2 Tahun, Kades Nonaktif Brebes Tersangka Korupsi Rp 547 Juta Ditangkap

    Buron 2 Tahun, Kades Nonaktif Brebes Tersangka Korupsi Rp 547 Juta Ditangkap

    Brebes

    Kepala Desa (Kades) Kebonagung nonaktif, Kecamatan Jatibarang, Saefudin, ditangkap Polres Brebes usai buron selama 2 tahun. Dia dinonaktifkan sebagai Kades karena korupsi dana desa Rp 547 juta dan menggadaikan mobil desa ke muncikari di salah satu lokalisasi.

    Dilansir detikjateng, Rabu (19/11/2025), Saefudin telah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi. Dia dibekuk di persembunyiannya di Banyumas setelah dua tahun buron.

    Kapolres Brebes, AKBP Lilik Ardhiansyah, menjelaskan polisi melakukan penyidikan terhadap kasus ini setelah keluar hasil audit dari Inspektorat Pemkab Brebes. Hasil audit menyebut Saefudin menggunakan dana desa dari tahun 2022 hingga tahun 2024 sebesar Rp 547 juta.

    “Jadi pada tanggal 3 Maret 2024 berdasarkan audit tim Inspektorat Brebes, ditemukan adanya kerugian negara Rp 547 juta. Karena itu kita melakukan penyelidikan dan menetapkan tersangka atas penggelapan dan penggunaan dana desa dan alokasi dana desa,” ujar Lilik.

    Lilik menambahkan, tersangka juga menggadaikan mobil siaga milik pemerintah desa senilai Rp 47 juta. Mobil siaga desa ini digadaikan kepada seorang muncikari di salah satu tempat lokalisasi di Kabupaten Tegal.

    Simak selengkapnya di sini

    (isa/isa)

  • Kabupaten Bandung Diguncang 2 Kali Gempa Malam Ini

    Kabupaten Bandung Diguncang 2 Kali Gempa Malam Ini

    Bisnis.com, JAKARTA – BMKG mencatat terjadi tiga kali gempa mengguncang wilayah Kabupaten Bandung Jawa Barat malam ini.

    Dikutip dari akun twitter BMKG, gempa pertama terjadi pada pukul 22.54 WIB dengan magnitudo 3,2, dengan lokasi Lok:7.22LS, 107.58BT (22 km Tenggara KAB-BANDUNG-JABAR), Kedlmn:5 Km.

    Kemudian gempa kedua Mag:2.3, 19-Nov-2025 23:50:36WIB, Lok:7.18LS, 107.62BT (20 km Tenggara KAB-BANDUNG-JABAR), Kedlmn:4 Km

    Selain Bandung, wilayah Bantul Jawa Tengah juga diguncang gempa Mag:2.4, 19-Nov-2025 23:52:14WIB, Lok:8.72LS, 110.14BT (93 km BaratDaya BANTUL-DIY), Kedlmn:50 Km

  • Fenomena Baru, Anak Direkrut Teroris Melalui Gim dan Medsos

    Fenomena Baru, Anak Direkrut Teroris Melalui Gim dan Medsos

    Jakarta, Beritasatu.com – Mantan Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri Komjen Pol Martinus Hukom mengungkapkan perekrutan anak-anak oleh teroris melalui platform media sosial (medsos) dan gim online menjadi fenomena baru. 

    Menurut Martinus, saat dirinya menjabat kadensus pada periode 2020-2030, platform medsos belum begitu variatif, sehingga praktik terorisme saat itu masih terbatas di aplikasi Telegram saja. 

    “Sementara hari ini, pekerjaan Densus jadi semakin banyak karena platform medsos semakin banyak juga,” ujar Martinus dalam program “Beritasatu Utama” yang tayang Beritasatu TV, Rabu (19/11/2025). 

    Martinus bahkan menyebutkan penyedia medsos di era kiwari telah mempelajari anak-anak pengguna media digital sehingga menghasilkan algoritma. Dalam alogaritma tersebut, perilaku anak-anak dalam menggunakan medsos menjadi berkembang dalam bentuk gim online guna menjadi sarana komunikasi. 

    “Jadi gim online saat ini bukan lagi menyalurkan kreativitas anak-anak dalam bermain gim, tetapi juga komunikasi, sehingga menjadi suatu fenomena yang membuat anak-anak lebih banyak masuk ke dunia digital,” katanya. 

    Oleh karena itu, menurut Martinus, gim online saat ini digunakan anak-anak tanpa mengetahui adanya wacana ajaran kekerasan hingga terorisme yang berkembang di dalamnya. 

    “Pada akhirnya mereka (anak-anak) bertemu dengan doktrin-doktrin atau ajaran yang mengusung kekerasan sebagai suatu upaya untuk memasukkan kognitif buat mereka,” terang Martinus. 

    Diketahui sebelumnya, kelompok radikal dan intoleran kini menjadikan ruang siber sebagai medan utama dalam menyebarkan paham terorisme dan ideologi kekerasan. Fakta ini ditegaskan Kadensus 99 Satkornas Banser Ahmad Bintang Irianto, menanggapi penangkapan dua pelaku penyebaran konten radikal di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dan Purworejo, Jawa Tengah.

    “Pelaku radikalisme dan intoleransi masih hidup dan aktif menyebarkan narasi terorisme melalui dunia digital,” ujar Ahmad Bintang, Sabtu (7/6/2025).

    Penangkapan pertama terjadi di Gowa. Seorang remaja 18 tahun berinisial MAS ditangkap karena menyebarkan propaganda ISIS dan ajakan pengeboman tempat ibadah via media sosial. Di Purworejo, pria berinisial AF (32) yang terafiliasi dengan kelompok Anshor Daulah juga ditangkap karena aktif menyebar paham radikal secara daring.

    Ahmad Bintang menilai ini sebagai bukti nyata perubahan strategi kelompok teroris. Mereka kini menyasar dunia maya untuk menjaring simpatisan, menyebarkan ideologi, dan merekrut anggota baru.

  • Pencarian Tanpa Henti di Lokasi Longsor Banjarnegara

    Pencarian Tanpa Henti di Lokasi Longsor Banjarnegara

    Foto

    Tripa Ramadhan – detikNews

    Rabu, 19 Nov 2025 20:15 WIB

    Banjarnegara – Pencarian korban longsor di Dusun Situkung terus berpacu dengan waktu. Tim SAR gabungan berhasil menemukan satu jenazah dan masih mencari 25 korban lainnya.

  • Dilarang Prabowo, Begini Awal Tradisi Pengerahan Siswa Sambut Presiden

    Dilarang Prabowo, Begini Awal Tradisi Pengerahan Siswa Sambut Presiden

    Jakarta, Beritasatu.com – Pengerahan massa siswa atau pelajar sekolah untuk menyambut setiap kunjungan presiden ke daerah sudah lazim terjadi di Indonesia. Tradisi yang dilestarikan oleh pemerintah sejak Orde Baru ini baru ini sepertinya bakal berakhir. Presiden Prabowo Subianto menyurati kepala daerah untuk menghentikan kebiasaan itu.

    Setiap ada kunjungan presiden ke daerah, biasanya para siswa tingkat SD hingga SMA dimobilisasi oleh pemda bekerja sama dengan aparat TNI/Polri akan berjejer di pinggir jalan di bawah terik matahari, memegang bendera merah putih, dan melambaikan tangan saat rombongan presiden melintas. 

    Pemandangan tersebut masih terjadi sampai hari ini dan tidak ada siswa yang berani menolak karena akan berhadapan dengan aparat. Tujuannya tentu saja pemda dan aparat setempat ingin membuat suasana penyambutan yang meriah dan menampilkan masyarakat setempat seolah menerima kunjungan presiden dengan baik.

    Saat Presiden Prabowo berkunjung ke Kota Solo, Jawa Tengah untuk meresmikan Rumah Sakit Kardiologi Emirates Indonesia (RS KEI), Rabu (19/11/2025), para siswa SD berjejer di pinggir Jalan Ki Hajar Dewantara menyambut kedatangannya. 

    Begitu rombongan presiden melintas, para siswa langsung kompak melambai-lambaikan bendera merah putih dan meneriakkan nama “Pak Prabowo”.

    Presiden Prabowo Subianto menyapa anak-anak SD yang menyambutnya dari atas mobil Maung RI 1 saat melintas menuju RS KEI di Kota Solo, Jawa Tengah, Rabu, 19 November 2025. – (Beritasatu.com/Wijayanti Putri)

    Riuh sambutan para pelajar membuat Prabowo yang berada dalam mobil Maung berpelat RI 1 senang dan melambaikan tangan ke arah siswa dari balik jendela mobil. Tak hanya itu, Prabowo lalu membuka sunroof di atap mobil dan mengeluarkan sebagian tubuhnya untuk menyapa para siswa sambil melambaikan tangan.

    Para siswa tentu saja senang melihat langsung presiden secara dekat. Seperti diungkap Muhammad, seorang siswa SDN Tugu Kota Solo. “Senang bisa lihat Pak Presiden Prabowo langsung, keren banget,” katanya.

    Dari Solo, Prabowo lanjut ke Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meresmikan Jembatan Kabanaran yang mengubungkan Bantul dan Kulon Progo. Kedatangan Prabowo juga mendapat sambutan meriah.

    Dalam pidato sambutannya, Prabowo mengaku terkesan dengan sambutan hangat para pelajar kepada dirinya saat berkunjung ke daerah, tetapi dia menginginkan agar para pelajar lebih baik bersekolah saja, tidak perlu sibuk dalam urusan seremonial penyambutan pejabat.

    Prabowo lantas meminta Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya untuk mengirimkan surat kepada seluruh kepala daerah agar tidak perlu lagi mengerahkan para pelajar untuk penyambutan dirinya.

    “Kalau seandainya saya kunjungan kerja mohon anak-anak sekolah tidak perlu menyambut saya di pinggir jalan, biarlah mereka di sekolah masing-masing,” ujar Prabowo.

    Prabowo memahami kalau banyak anak-anak ingin melihatnya secara langsung, tetapi dia tak mempermasalahkannya apabila mereka tidak menunggu sampai terlalu lama di bawah terik matahari. 

    “Saya senang setiap kali lihat wajah wajah rakyat, wajah anak-anak itu. Saya juga tambah semangat, saya tambah muda karena energi dari mereka,” ujarnya.

    Pelajar menyambut pemimpin negara, tamu peserta Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika di depan Jakarta Convention Center, 22 April 2015. – (Suara Pembaruan/Joanito De Saojoao)

    Prabowo menyarankan para siswa apabila ingin melihat dirinya cukup melalui televisi saja, tidak perlu harus capek-capek berdiri menunggu di bawah terik matahari di pinggir jalan.

    “Saya kasihan mereka menunggu lama di bawah panas terik matahari. Saya khawatir mengurangi waktu jam sekolah mereka,” sambung Prabowo.

    Prabowo menginstruksikan kepada kepala daerah untuk tidak lagi memobilisasi siswa dalam menyambut kunjungan presiden di daerah.

    “Saya mohon para bupati selanjutnya bupati di seluruh Indonesia, wali kota,  kalau saya datang tidak perlu anak-anak sekolah untuk dikerahkan,” tukasnya.

    Pengerahan anak sekolah untuk menyambut kunjungan presiden di daerah selama ini sering menimbulkan kontroversi karena dinilai tak ada urgensinya dengan dunia pendidikan, kecuali hanya sebatas pencitraan pejabat elite saja.

    Pengamat politik sekaligus filsuf Rocky Gerung mengkritik keras tradisi memobilisasi anak-anak sekolah untuk menyambut setiap kunjungan presiden dan para pejabat elite di daerah. 

    Menurutnya, kebiasaan ini sebagai cerminan praktik feodalistik yang tidak sejalan dengan pendidikan modern. Dia menuding langkah itu sebagai pelanggaran atas hak anak untuk belajar dan bermain.

    “Anak-anak seharusnya tidak dijadikan alat untuk pencitraan politik. Mereka memiliki hak untuk bersekolah dan mendapatkan gizi yang baik, bukan dilibatkan dalam aktivitas seremonial yang tidak mendidik,” ujarnya dikutip dari video di kanal YouTubenya.

    Tradisi orde baru

    Praktik pengerahan pelajar untuk menyambut kunjungan presiden di daerah telah berlangsung lama di Indonesia, meskipun tidak ada tanggal pasti kapan dimulainya. Tidak ada aturan tertulis mengenai hal ini, tetapi praktiknya sudah mengakar dalam pemerintahan.

    Setiap presiden berkunjung ke daerah, pemda akan sibuk mempersiapkan penyambutan meriah dengan melibatkan berbagai kalangan, bahkan mobilisasi siswa. Para pelajar sering diminta berpakaian rapi, memegang bendera merah putih, berjejer di pinggir jalan untuk menyambut rombongan presiden. 

    Aparat bahkan tak segan menutup jalan yang akan dilalui rombongan presiden, tanpa peduli kalau rakyat yang sudah membayar pajak untuk membiaya pembangunan jalan itu berhak untuk menggunakannya kapan saja.

  • Kepala BKP: Presiden Ingin Siapa Saja Bisa Jadi Dokter dan Perawat

    Kepala BKP: Presiden Ingin Siapa Saja Bisa Jadi Dokter dan Perawat

    Jakarta, Beritasatu.com – Kepala Badan Komunikasi Pemerintah (BKP) Angga Raka Prabowo mengatakan instruksi Presiden Prabowo Subianto untuk membuka 30 fakultas kedokteran baru sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dokter, perawat, dan paramedis. 

    Selain itu Prabowo juga meminta untuk menyediakan beasiswa penuh bagi mereka yang menempuh pendidikan dokter, perawat dan paramedis. Hal ini disampaikan Prabowo saat  meresmikan Rumah Sakit Kardiologi Emirates-Indonesia di Solo, Jawa Tengah, Rabu (19/11/2025). 

    “Beasiswa pendidikan ini adalah komitmen Presiden Prabowo agar semua kalangan bisa mengakses pendidikan untuk menjadi tenaga medis yang andal.  Pak Prabowo ingin  agar siapa saja, anak petani, anak nelayan, anak pedagang, memiliki kesempatan yang sama untuk jadi dokter atau perawat  tanpa memikirkan biayanya,” ujar Angga Raka dalam keterangannya, Rabu (19/11/2025).

    Kepala Badan Komunikasi Pemerintah, Angga Raka Prabowo menyampaikan bahwa presiden Prabowo berkomitmen penuh untuk menyediakan akses dan layanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat di seluruh Indonesia.

    “Presiden Prabowo menyatakan bahwa akses dan pelayanan kesehatan yang baik menjadi tanggung jawab negara. Maka saat ini pemerintah sedang membangun 66 rumah sakit baru di berbagai daerah di Indonesia agar layanan kesehatan yang berkualitas bisa lebih dekat ke rakyat yang membutuhkan,” ujar Angga.